Share

Bab 4

Penulis: Ziani
Baru saja aku sampai di rumah, ponselku berdering. Itu adalah telepon dari Alexander.

"Melly, kamu sudah sampai di rumah?"

Dia berbicara dengan lembut seperti biasa, seolah-olah semua pertengkaran dan tuduhan hari ini tidak pernah terjadi. Namun, nadanya yang seperti ini justru membuatku merasa dia hanya sedang berusaha untuk menyembunyikan kemunafikannya.

Aku hendak langsung memutuskan sambungan telepon, tetapi masalah antara Alexander dan aku harus diselesaikan. Jelas-jelas, dia yang bersalah dalam hubungan ini. Orang yang seharusnya merasa malu dan menghindar bukanlah aku.

"Ada apa?"

"Aku lagi di hotel sekarang. Aku sudah kirimkan lokasinya padamu. Kurasa, dekorasinya cukup bagus. Coba kamu lihat kamu suka sama dekorasinya atau nggak."

Aku menutup telepon dengan hati dipenuhi kebingungan.

Hotel? Apa karena pernikahan kami? Namun, ini sama sekali berbeda dengan sikap Alexander selama ini. Dulu, dia bahkan tidak akan ikut campur meskipun aku memaksanya. Kali ini, malah dia yang berinisiatif untuk mengungkitnya.

Aku memakai riasan tipis dan pergi menuju hotel sesuai lokasi. Setibanya di sana, aku menyadari hotel ini jauh lebih bagus daripada delapan hotel lain yang kupilih sebelumnya. Aku menatap Alexander dengan bingung.

"Bukankah kamu bilang mau adakan pernikahan yang sederhana? Kenapa kamu pilih hotel semewah ini?"

Begitu aku selesai berbicara, Veranita berjalan menuruni tangga sambil mengobrol dengan manajer hotel.

"Kak Melly, kamu juga merasa hotel ini bagus, 'kan? Alex bilang, dia mau adakan pesta ulang tahunku di sini."

Ekspresiku langsung membeku.

Alex melangkah maju untuk menyambut Veranita, lalu melirikku dengan agak jijik dan memarahiku, "Ngomong apa sih kamu? Aku minta kamu untuk datang menilai hotelnya bagus atau nggak, tapi kamu malah masih memimpikan pernikahan!"

Wajahku memucat dan aku menggertakkan gigi sebelum mengangguk. Kedua tanganku yang terselip di balik lengan baju sudah agak gemetar karena terkepal erat. Namun, aku harus menahan semua emosi di hatiku dan mengucapkan setiap patah kata dengan jelas. "Bagus. Bagus kok."

Veranita melangkah maju dan langsung meraih lenganku. "Kalau begitu, Kak Melly harus hadir di hari ulang tahunku, ya! Aku sangat ingin dapatkan ucapan selamat darimu!"

Sambil berbicara, di tempat yang hanya terlihat oleh kami, Veranita menyunggingkan senyum mengejek tanpa sedikit pun niat untuk menyembunyikannya.

Dia jelas tahu bahwa aku baru saja bertengkar hebat dengan Alexander gara-gara pemilihan hotel untuk menyelenggarakan pernikahan. Hari ini, dia malah memanfaatkan pesta ulang tahunnya untuk memprovokasiku.

Aku yang sudah tidak mampu menahan amarah langsung mendorong Veranita hingga dia terjatuh ke lantai. Dia menjerit kesakitan dan duduk di lantai sambil menangis.

"Kak Melly, aku cuma mau dapat ucapan selamat dari kamu. Aku nggak masalah meski kamu nggak suka sama aku. Tapi, kenapa kamu malah mendorongku!"

"Melinda, otakmu bermasalah!"

Alexander sangat sakit hati dan segera membantu Veranita berdiri. Setelah menghibur Veranita cukup lama, dia berbalik dan berteriak kepadaku, "Kalau kamu sakit, berobatlah! Jangan bertingkah gila di depanku! Vera itu penyelamat kakekku. Kalau kamu melukainya, kamu juga nggak akan bisa ganti rugi meski jual diri!"

Hatiku hancur berkeping-keping dan napasku tercekat. Namun, aku membalas tatapannya dengan keras kepala. Air mata menggenang di pelupuk mataku.

"Ya, aku akan berobat kalau aku sakit. Jadi, aku doakan kamu dan Veranita bisa hidup bahagia sampai tua, juga cepat punya anak!"

Seusai berbicara, aku langsung berbalik dan meninggalkan hotel.

Sesampainya di rumah, riasan tipisku sudah luntur karena menangis. Aku segera mengemasi barang-barangku dan langsung pergi ke apartemen sewaanku.

Aku hanya meninggalkan Alexander sebuah dokumen yang berisi perjanjian pembatalan pernikahan.

Selama dua hari berikutnya, Alexander dan aku tidak saling menghubungi. Dia juga tidak pulang. Sebab, melalui akun media sosial Veranita, aku melihat mereka menjelajahi hampir setiap sudut kota.

[ Ini hadiah ulang tahun terbaik yang pernah kuterima! ]

Foto terakhir menunjukkan mereka yang berpelukan dan berciuman di ruang perjamuan hotel.

Seperti biasa, aku menyukai postingan itu dan meninggalkan ucapan selamat di kolom komentar. Pada akhirnya, aku keluar dari aplikasi sambil tersenyum getir.

Aku sudah bersama Alexander selama bertahun-tahun, tetapi dia tidak pernah meluangkan waktu untuk berwisata denganku. Katanya, itu adalah hal yang membosankan. Sekarang, dia malah terlihat sangat gembira.

Hari ulang tahun Veranita bertepatan dengan hari pertama aku bekerja di rumah sakit.

Setelah dua hari, Alexander baru mengirimiku pesan untuk yang pertama kalinya.

[ Hari ini pesta ulang tahun Vera. Kamu harus datang. Kalau nggak, jangan salahkan aku bersikap kasar padamu! ]

Aku tidak membalas dan hanya fokus pada pekerjaanku.

Alarm di ruang perawat berdering dan aku bergegas pergi ke ruang rawat inap 18. Seorang pasien tua jatuh koma dan mesin di samping tempat tidurnya tidak berhenti berbunyi. Begitu selesai memeriksa pasien itu, dokter langsung menyuruhku menelepon keluarganya.

"Beri tahu keluarga pasien bahwa pasien ini harus segera dioperasi!"

Aku menggunakan telepon di ruang perawat untuk menelepon keluarga pasien tua itu.

"Apa ini keluarganya pasien bernama Johannes?"

Begitu aku selesai berbicara, terdengar tawa yang familier dari ujung telepon.

"Kamu Melinda, 'kan! Haha, sejak kapan kamu jadi perawat? Kamu licik juga! Tapi, kamu pikir kamu bisa menipuku dengan menelepon dari telepon rumah? Tahu nggak? Kegigihanmu ini justru membuatku jijik!"

Aku tidak menyangka orang yang berada di ujung telepon adalah Alexander. Dia benar-benar mengira aku sedang menipunya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Janji Pernikahan yang Tak Pernah Terwujud   Bab 8

    Keesokan paginya, aku pergi bekerja di rumah sakit.Baru saja aku tiba dan berganti pakaian, kepala perawat menatapku dengan aneh. Dia mengatakan bahwa ada seorang pasien yang secara khusus memintaku untuk membalut lukanya.Awalnya, aku tidak terlalu memikirkannya. Setelah tiba di UGD, aku baru menyadari bahwa orang itu adalah Alexander. Tangannya yang terjepit pintu tidak diobati semalaman sehingga menjadi sangat bengkak.Begitu melihatku, dia langsung terlihat gembira. Namun, karena takut aku akan pergi, dia pun menahan kegembiraannya dan berkata dengan nada kesal, "Melly, apa menurutmu luka di tanganku ini parah? Aku cuma bisa datang dan memintamu untuk membalutnya."Aku tidak menjawab, juga tidak pergi. Aku memperlakukannya seperti pasien biasa, lalu mengoleskan obat dan membalut luka Alexander. Pada akhirnya, aku dengan dingin berpesan kepadanya untuk ingat mengganti perban dalam waktu dekat.Setelah menangani lukanya, aku kembali ke pos perawat.Seusai pagi yang menyibukkan, Alex

  • Janji Pernikahan yang Tak Pernah Terwujud   Bab 7

    Selama dua hari berikutnya, Alexander mencari ke seluruh kota, tetapi tidak menemukan jejakku. Jadi, dia pergi ke rumah sakit untuk menungguku. Ketika tahu aku sedang cuti, dia hanya bisa memikirkan cara lain.Aku menghabiskan dua hari terakhir dengan beristirahat di rumah dan memesan makanan untuk diantar ke rumah. Setiap hari, aku menerima banyak panggilan telepon dan pesan teks aneh. Baru membaca sekilas isi beberapa pesan, aku langsung tahu itu adalah pesan dari Alexander. Sepertinya, dia sudah pulang dan melihat surat perjanjian pembatalan pernikahan yang kutinggalkan.Aku tidak membalas satu pun pesan itu dan langsung menonaktifkan ponselku. Tanpa perlu diragukan, tindakan ini merupakan respons yang paling pasti.Menjelang malam, terdengar ketukan tergesa-gesa di pintu apartemen sewaanku. Aku membuka pintu dan melihat Alexander yang terlihat menyedihkan. Rambutnya berantakan dan jaketnya basah karena hujan.Melihatku, dia bersandar di kusen pintu dan menghela napas lega. Dengan

  • Janji Pernikahan yang Tak Pernah Terwujud   Bab 6

    Sementara itu, di sisi lain, Alexander sedang mencari Melinda dengan panik. Dia telah mencari di rumah, rumah sakit, bahkan taman favorit Melinda, tetapi tetap tidak menemukannya.Alexander hanya menemukan lemari kosong dan dokumen perjanjian pembatalan pernikahan di atas meja. Dia membaca perjanjian itu kata demi kata. Tanpa terasa, matanya mulai memerah.Setelah membaca seluruh isi perjanjian itu, dia tiba-tiba merobeknya sampai hancur berkeping-keping."Mustahil! Melinda, aku nggak akan batalkan pernikahanku denganmu!"Teriakannya yang histeris mengganggu para tetangga. Ketika pengelola properti datang untuk menengahi situasi, mereka tiba-tiba bertanya kepada Alexander apakah dia berencana untuk pindah rumah dalam waktu dekat.Alexander tertegun sejenak, lalu menggeleng.Pengelola properti pun berbicara dengan bingung, "Beberapa hari yang lalu, aku lihat Bu Melinda memanggil truk dan memuat banyak barang, makanya aku pikir kalian mau pindah!"Pada detik berikutnya, Alexander menceng

  • Janji Pernikahan yang Tak Pernah Terwujud   Bab 5

    Berhubung harus mempertahankan sikap profesional seorang perawat, aku menahan amarah dan berbicara kepadanya dengan dingin, "Pak, pasien tiba-tiba mengalami gagal jantung dan disfungsi hati sehingga butuh dioperasi secepat mungkin. Harap segera datang ke rumah sakit. Aku sudah sampaikan pesannya. Terserah kamu percaya atau nggak. Aku cuma berharap kamu nggak menyesal!"Alexander yang berada di ujung telepon langsung murka dan berteriak histeris, "Melinda, aku peringati kamu. Kalau terjadi sesuatu pada kakekku, aku nggak akan pernah memaafkanmu!""Aku nggak butuh kamu memaafkanku!"Setelah itu, aku langsung memutuskan sambungan telepon tanpa peduli pada omelan histeris Alexander. Aku kembali ke kamar rawat inap dan berusaha keras untuk menyadarkan pria tua itu bersama dokter. Untung saja penyelamatan ini dilakukan tepat waktu. Tidak lama kemudian, pasien tua itu segera sadar kembali. Saat membuka matanya, dia meraih tanganku dan tersenyum berseri-seri."Kamu ... ternyata kamu. Terima k

  • Janji Pernikahan yang Tak Pernah Terwujud   Bab 4

    Baru saja aku sampai di rumah, ponselku berdering. Itu adalah telepon dari Alexander."Melly, kamu sudah sampai di rumah?"Dia berbicara dengan lembut seperti biasa, seolah-olah semua pertengkaran dan tuduhan hari ini tidak pernah terjadi. Namun, nadanya yang seperti ini justru membuatku merasa dia hanya sedang berusaha untuk menyembunyikan kemunafikannya.Aku hendak langsung memutuskan sambungan telepon, tetapi masalah antara Alexander dan aku harus diselesaikan. Jelas-jelas, dia yang bersalah dalam hubungan ini. Orang yang seharusnya merasa malu dan menghindar bukanlah aku."Ada apa?""Aku lagi di hotel sekarang. Aku sudah kirimkan lokasinya padamu. Kurasa, dekorasinya cukup bagus. Coba kamu lihat kamu suka sama dekorasinya atau nggak."Aku menutup telepon dengan hati dipenuhi kebingungan.Hotel? Apa karena pernikahan kami? Namun, ini sama sekali berbeda dengan sikap Alexander selama ini. Dulu, dia bahkan tidak akan ikut campur meskipun aku memaksanya. Kali ini, malah dia yang berini

  • Janji Pernikahan yang Tak Pernah Terwujud   Bab 3

    Keesokan paginya, Alexander keluar rumah pagi-pagi sekali. Jika dugaanku benar, dia seharusnya pergi menjemput Veranita untuk menjenguk kakeknya di rumah sakit.Setelah mencuci muka, aku memakai masker, lalu keluar untuk pergi menyewa rumah. Rumah yang kami tinggali saat ini adalah milik Alexander dan aku berniat untuk pindah.Dalam perjalanan pergi melihat rumah, aku tidak sengaja membuka akun media sosial Veranita. Ada foto dirinya, Alexander, dan seorang pria tua. Dia menambah sebaris kalimat. [ Foto keluarga. ]Kolom komentar di postingan itu dibanjiri ucapan selamat.Meskipun sudah mengetahui hal ini semalam, dadaku masih terasa sesak hingga membuatku kesulitan bernapas. Aku menatap foto itu sambil termenung sampai sopir taksi mengingatkanku bahwa aku sudah tiba di tempat tujuan.Sebelum menutup aplikasi, aku menyukai postingan itu dan meninggalkan komentar ucapan selamat.Ketika melihat rumah, segala sesuatu berjalan lancar. Lokasinya sempurna. Letaknya tepat di sebelah rumah sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status