Share

Bab 3

Author: Alfylla
last update Last Updated: 2025-09-16 19:47:20

Malam pertama tidur di rumah sang ayah, Alisya ditemani oleh Alvina. Alisya sendiri yang meminta Alvina untuk menginap di kamarnya, menemaninya. Sekaligus Alisya ada banyak pertanyaan yang mungkin bisa dijawab oleh Alvina.

Yang Alisya tanyakan pertama kali adalah sosok kakak-kakak Alvina yang menjadi kakak tiri Alisya juga. Alisya ingin mengenal mereka dengan baik, berharap hubungannya dengan mereka bisa sebaik dirinya dengan Axel. Dan karena itu, Alisya ingin tahu sesuatu tentang mereka, walau sedikit.

"Kak Andra. Kamu bisa bertanya pada Vian atau Vino nanti jika jawabanku tidak memuaskan. Tapi, memang tak ada yang spesial dari Kak Andra. Kak Andra orangnya sangat tertutup. Privasinya benar-benar dijaga hingga aku pun kurang tahu bagaimana kehidupannya selama ini." Itu gambaran sosok Andra dari Alvina. Memang tidak memuaskan, tapi bisa saja Alvina memang tak banyak tahu tentang kakaknya yang satu itu.

"Kak Andra pindah dan memiliki apartemen sendiri sejak satu tahun yang lalu. Kamar kamu ini, biasanya jadi tempat dia tidur saat menginap. Tapi, sudah beberapa bulan ini Kak Andra tak ke rumah. Datang ke rumah ini cuma saat ada urusan penting saja," lanjut Alvina. Alisya mendengar dengan seksama semua cerita dari Alvina.

"Lalu Kak Rama. Kak Rama juga sudah tak tinggal di rumah ini. Sejak menjadi fotografer, Kak Rama memutuskan tinggal sendiri agar studio pribadinya aman katanya. Kak Rama sebenarnya hampir sama dengan Kak Andra. Sikap maupun hidup mereka kurang asyik menurutku. Dan ya, aku juga memang tak terlalu dekat dengan mereka. Mereka seperti menjaga jarak dengan adik-adik mereka sendiri." Untuk kalimat terkahir, terdengar nada mengeluh dari Alvina. Entah mungkin gadis itu merasa kecewa atau apa, yang jelas dia tak terlihat senang.

"Lalu Kak Radit. Kak Radit bekerja sebagai dosen, dan menjadi salah satu dosen termuda di kampus tempatnya mengajar. Kamu tahu, Sya? Kak Radit memiliki banyak sekali fans. Alasan aku, Vian, Vino masuk kampus itu juga karena ada Kak Radit. Kak Radit itu memang kakak terbaik dalam versiku. Kak Radit selalu peduli pada kami bertiga dan selalu bisa kami andalkan. Kak Radit juga orang yang baik dan ramah. Aku yakin kamu juga akan mudah mengenal Kak Radit. Kak Radit gak susah bergaul kok. Dan jika kamu butuh bantuan, Kak Radit pasti akan selalu berusaha membantu sebisanya. Karena memang itu yang selama ini selalu dia lakukan pada aku, Vian, dan Vino."

Dari penjelasan Alvina tentang tiga sosok kakaknya, penjelasan tentang Radit yang cukup detail dan panjang. Harapan Alisya bisa akrab dengan tiga kakak tirinya langsung lenyap saat mendengar penjelasan Alvina. Dari penjelasan Alvina, Andra dan Rama sepertinya akan susah didekati. Hanya Radit saja sepertinya yang bisa Alisya andalkan nanti. Tapi, tidak. Dia akan berusaha mandiri. Meminta tolong dan bantuan saat benar-benar butuh saja.

"Kalau Vian dan Vino, begitulah. Kita akan sering bergaul dan bersama nanti. Jadi, aku tak perlu bercerita tentang mereka karena kamu juga akan mengenal mereka nantinya. Sekarang, giliranku bertanya. Apakah kakak tirimu yang di sana baik seperti Kak Radit? Atau tidak?" Selesai bercerita panjang lebar, kini Alvina balik bertanya, merasa penasaran akan sosok kakak tiri Alisya yang lain, yaitu Axel.

"Namanya Axel. Seperti yang kamu tahu, aku dan Kak Axel tumbuh bersama. Kami sudah bersama sejak aku masih kecil dan hubungan kami layaknya saudara kandung. Kak Axel itu sosok kakak terbaik bagiku. Selalu membantu, selalu menjaga, dan selalu memprioritaskan aku. Benar-benar kakak idaman deh. Dan sebagian alasanku pindah ke sini, karena aku ingin sedikit menjauh juga dari Kak Axel." Mendengar kalimat terakhir Alisya, Alvina terlihat kebingungan.

"Aku selalu jadi prioritas, dan hal itu membuatnya selalu terlibat masalah dengan para mantan pacarnya. Mereka jadi merasa tersaingi karena Kak Axel sangat perhatian padaku. Aku harap, dengan pindahnya aku ke sini, Kak Axel bisa memulai hidupnya sendiri tanpa harus ada bayang-bayang diriku yang perlu dia jaga dan lindungi." Alisya menghela nafas pelan setelahnya.

"Maaf, Sya. Tapi pendapatku, alasan kamu itu salah. Dengan adanya dirimu di dekat kakakmu itu, justru kamu akan bisa membantu Kak Axel menemukan sosok wanita yang tulus dan benar-benar mencintainya," ujar Alvina dengan serius. Alisya kini terdiam dan mulai berpikir.

"Jadi, keputusanku pindah ke sini salah?" tanya Alisya.

"Ya, gak gitu juga sih. Cuma, tetaplah jaga komunikasi dengan Kak Axel. Mungkin Kak Axel berat melepasmu karena kalian sudah bersama sejak lama. Atau mungkin, Kak Axel khawatir tak akan ada orang yang bisa menjagamu sebaik dirinya."

Ucapan Alvina barusan hampir persis seperti yang dikatakan oleh Axel tempo hari. Alisya menghela nafas pelan mendengar itu. Justru sifat posesif Axel yang kurang dia sukai. Selain membuatnya tak nyaman, Axel juga pasti tak tenang saat memikirkan dirinya. Takut begitulah, takut beginilah.

"Sudahlah. Kamu pindah ke sini bukan keputusan yang salah. Ayah sudah lama sekali berharap kamu bisa tinggal dengan kami di sini." Alvina berusaha menenangkan Alisya dan menepuk-nepuk pelan bahu Alisya.

"Terima kasih, Vin. Ngomong-ngomong, maksud Ibu tentang Kak Andra yang bendahara keluarga ini apa maksudnya ya?" Alisya bertanya lagi.

"Oh itu. Ya kan, Kak Andra yang mengelola perusahaan ayah, dan dipercaya oleh ayah mengatur segalanya. Masalah keuangan memang selalu menjadi urusan Kak Andra. Jatah bulanan aku, Vian dan Vino diatur oleh Kak Andra. Segala keperluan rumah, juga Kak Andra yang mengatur. Pokoknya masalah uang, Kak Andra yang mengaturnya," jelas Alvina. Alisya mengangguk, tanda paham. Oke, Andra memang bendahara keluarga, yang berarti orang yang mengurus dan mengelola keuangan keluarga.

"Ngomong-ngomong, untuk besok, aku sarankan saja agar kamu tak banyak bicara. Kak Andra itu sedikit galak. Percaya deh." Alvina mewanti-wanti untuk acara besok, karena Alisya akan didampingi oleh Andra untuk mendaftar kuliah.

"Jadi, aku diam saja kayak patung gitu?"

"Yap. Bicara saja saat perlu." Mendengar itu Alisya jadi ragu dan sedikit khawatir. Jelas sudah, kalau Andra tak akan sama dengan Axel. Dia harus menyiapkan diri sebaik mungkin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuh Cinta Pada Kakak Tiri   Bab 77. End

    Hari ini, Andra dan Alisya sudah berada di kota Yogyakarta. Mereka datang ke sana untuk menengok anak Axel dan Aina yang sudah lahir. Alisya girang sekali saat diberitahu oleh ibunya kalau Aina sudah melahirkan. Hingga Alisya langsung meminta Andra agar mereka segera berangkat ke sana. Aina melahirkan normal, tanpa masalah apapun. Bayinya pun lahir dengan sehat dan selamat tanpa ada yang kurang. Karena tak ada masalah apapun, Aina hanya dirawat satu hari saja di rumah sakit. Esok paginya, dia diperbolehkan pulang oleh dokter. "Ah, jadi keponakanku perempuan ya. Namanya siapa?" Alisya bertanya seraya menatap pasangan orang tua baru yang berada di hadapannya. Sedangkan bayi mereka, ada dalam gendongan Alisya. "Alina Syaqeela Bimantara." Axel menjawab, memberitahu Alisya dan Andra nama anaknya dan Aina. Dia tersenyum lalu menatap istrinya yang berbaring di atas ranjang. "Nama yang cantik." Alisya memuji. Dia mendekati Andra dan membiarkan Andra melihat Alina dari dekat. Andra terseny

  • Jatuh Cinta Pada Kakak Tiri   Bab 76

    Alisya dan Andra berbaring di atas ranjang dengan posisi saling berpelukan. Selimut menutupi tubuh polos mereka dari kaki sampai dada. Namun, Andra malah membiarkan tubuh bagian atasnya tak tertutupi selimut. Dan tentu saja, tangan Alisya terus menggerayanginya. "Bicara apa dengan Aina tadi?" Andra bertanya, seraya memiringkan tubuhnya agar bisa berhadapan dengan sang istri. Tangannya bergerak, merapikan rambut Alisya yang acak-acakan dan lembab karena keringat. "Seperti biasa. Aku menanyakan kabar calon keponakanku saja," jawab Alisya dengan santai. Andra diam mendengar itu, padahal jelas-jelas Andra mendengar semuanya dari awal sampai akhir. "Itu saja? Atau ada yang lain?" Andra bertanya lagi. Alisya langsung mendongak, menatap lekat netra sang suami. Dan sepertinya Alisya paham apa yang dimaksud oleh Andra. "Kami membahas tentang anak juga. Kak Andra mendengar semuanya jadi tak perlu bertanya lagi," ucap Alisya dengan pelan. Gerakan tangannya di dada Andra langsung berhenti sek

  • Jatuh Cinta Pada Kakak Tiri   Bab 75

    Hari sudah malam, dan Alisya sedang duduk di sofa ruang tamu dengan tangan memegang ponsel miliknya. Dia sedang melakukan video call bersama dengan sang kakak ipar, Aina. "Bayinya gimana? Kapan perkiraan lahirnya?" Alisya bertanya dengan tangan mengambil camilan dari dalam toples dan memasukkannya ke dalam mulut. "HPL-nya sih lima minggu lagi." "Wah, bentar lagi dong. Aku gak sabar deh liat keponakanku nanti. Kira-kira nanti mirip siapa ya?" "Yang jelas mirip ayah atau ibunya lah. Masa iya mirip tetangga." Aina mendengus di seberang sana. Alisya yang mendengar itu tergelak. "Kamu bagaimana, Sya? Belum isi?" Kini Aina yang bertanya pada sahabat sekaligus adik iparnya tersebut. Karena tempat tinggal mereka yang kini berjauhan, hanya lewat ponsel saja mereka bisa bertukar cerita. "Belumlah. Baru juga beberapa minggu," jawab Alisya. Aina tersenyum mendengar itu. "Kamu benar. Aku juga menunggu selama tiga setengah tahun sampai akhirnya hamil. Padahal Kak Axel gak pernah pakai penga

  • Jatuh Cinta Pada Kakak Tiri   Bab 74

    Hari demi hari berlalu, kini Andra dan Alisya menikmati kebersamaan sebagai pasangan suami istri. Andra mengambil cuti dua minggu yang dia isi dengan acara bulan madu bersama dengan istri tercintanya. Tidak pergi jauh-jauh, Andra dan Alisya hanya mengunjungi beberapa pantai dan tempat wisata yang terkenal di Indonesia. Setelah selesai masa bulan madu, tentu Andra pun harus kerja seperti biasa. Alisya mulanya merasa keberatan, karena dia masih asyik bersama dengan sang suami sepanjang hari. Namun, mau bagaimana pun juga Andra harus tetap bekerja. Jika dihitung, hari ini adalah minggu ketiga Andra bekerja seperti biasa. Pekerjaannya cukup menumpuk, namun selalu ada Eva yang membantu. Wanita itu masih seperti semula, tak ada yang berubah. Andra pun tak menyesal jadinya memilih Eva sebagai sekretarisnya enam tahun yang lalu. Karena wanita itu tetap cekatan dan kompeten dalam bekerja. "Rapat akan dilaksanakan jam dua siang nanti. Jadi, tak ada jadwal untuk jam istirahat sekarang." Eva m

  • Jatuh Cinta Pada Kakak Tiri   Bab 73

    Andra duduk di sofa dengan punggung menyandar dan mata terpejam. Dia sedang menunggu Alisya yang masih menguasai kamar mandi sejak 30 menit yang lalu. Entah apa saja yang dilakukan istrinya tersebut sampai begitu lama di dalam sana. Andra sudah menunggu sejak tadi, karena dia pun ingin segera membersihkan tubuhnya yang berkeringat. Dengan mandi air dingin mungkin dia bisa sedikit segar. Namun, ya itu. Dia harus menunggu Alisya yang masih berada di sana. Setelah menunggu beberapa menit lagi, akhirnya Alisya selesai. Dia keluar dari kamar mandi memakai jubah mandi dengan rambut yang basah. Karena dirinya sudah selesai, Alisya pun menyuruh Andra untuk segera masuk ke dalam kamar mandi. Andra tak bicara apa-apa dan langsung masuk ke dalam. Saat itulah, Alisya langsung beraksi. Dia berlari mendekati meja rias untuk menyisir rambutnya juga merias wajahnya. Bukan riasan yang tebal, hanya agar terlihat lebih segar saja dan tidak pucat. Alisya diberitahu oleh Aina beberapa hal yang harus di

  • Jatuh Cinta Pada Kakak Tiri   Bab 72

    Andra dan Alisya berada di atas pelaminan dengan posisi berdiri berhadapan. Kedua tangan Alisya berada di bahu Andra, sementara tangan Andra di pinggang sang istri. Mata mereka saling menatap, dengan wajah yang sangat dekat. Keduanya lalu tersenyum, merasa geli dan bahagia secara bersamaan. "Yap. Ganti pose." Rama sebagai fotografer memberikan instruksi. Alisya dan Andra pun sedikit menjauh, lalu melakukan pose yang lain sesuai arahan dari Rama. Sesi foto berhenti sesaat, kala ada tamu datang. Rama pun memberikan waktu untuk pengantin menyambut para tamu, dan dia mengambil kesempatan itu untuk mengambil minum. Rama duduk di kursi, seraya melihat-lihat hasil fotonya. Sumpah, semuanya bagus sekali. Rama takjub juga pada adik dan kakaknya tersebut yang mudah untuk diatur dan tidak kaku hingga hasil fotonya semua bagus. "Wah, fotonya bagus-bagus ya." Rama langsung menengok ke belakang, dan tertawa pelan karena terkejut. Seorang wanita, berdiri di sampingnya seraya ikut melihat hasil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status