Sekelompok wanita saling bergosip. Sementara, para lelaki hanya mendengar saja. Semuanya hanya tersenyum, lalu melanjutkan percakapan sebelumnya.Reza melayangkan tatapan sinis ke sisi Liana. Dia mengeluarkan sebatang rokok. Orang di samping Reza langsung membantu menyalakan rokok. Rokok diisap, lalu asap diembuskan. Kepulan asap mengaburkan tatapan sinisnya.Keesokan paginya.Saat Liana hendak keluar rumah, tetiba dia mendengar ada suara bel berbunyi. Awalnya Liana mengira yang kurir yang mengantar paket. Dia pun membuka pintu dengan menempelkan masker di wajahnya.Begitu pintu dibuka, ada orang yang mendorong pintu dari luar. Liana terhuyung-huyung ke belakang, lalu tampak ada lima orang menerobos ke rumahnya.Orang yang berjalan di paling depan adalah seorang wanita berusia sekitar 40-an tahun. Si wanita yang menyipitkan matanya kelihatan galak. Tanpa berbasa-basi, si wanita langsung mencengkeram kerah piama Liana, lalu menamparnya. “Dasar wanita nggak tahu diri! Beraninya menggoda
Jessica menggeleng. “Bukan aku!”Pagi hari tadi ada yang mengirim paket kepada Jessica. Isi dari paket itu adalah berbagai foto dari Brian dan juga Liana. Selain itu, terlampir juga alamat tempat tinggal Liana. Itulah sebabnya Jessica bisa langsung mencari anggotanya untuk menyerbu ke sana.Anehnya, bukan hanya terdapat foto Brian dan Liana saat keluar masuk hotel saja, bahkan ada juga foto ranjang mereka berdua! Siapa pengirimnya?“Tidak usah dipikirkan lagi!” Oman memeluk pinggang gendut Jessica, lalu menunduk untuk mencium bibirnya. Dia pun bergumam, “Yang penting sekarang emosi Kak Jessica sudah terlampiaskan!”Jessica bersandar di dalam pelukan si lelaki. Tangan gendutnya mulai meraba ke dalam kemeja si lelaki.Liana meminta izin tiga hari dari sutradara. Saat kembali syuting, Liana sering tidak fokus. Awalnya Hardy memang sudah memendam rasa kesal terhadap dirinya. Sekarang dia memanfaatkan kesempatan ini untuk melampiaskannya. Dia sering memarahi Liana di lokasi syuting.Dulu, L
“Tapi ada yang aneh kali ini!” Tandy menggeleng, lalu berkata pada Sonia, “Aku taruhan, ya. Kali ini cinta Kak Tasya pasti bertepuk sebelah tangan!”Sonia menunjukkan ekspresi kagetnya. “Siapa lelaki yang nggak tahu diri itu? Mana mungkin cinta kakakmu bertepuk sebelah tangan?”Tandy berkata dengan khawatir, “Kak Tasya itu bukan orang pintar. Semoga kali ini dia nggak buta lagi!”Sonia tak kuasa ingin tersenyum ketika melihat sikap dewasa Tandy. “Kakakmu bisa masuk ke Jembara University juga karena nilainya yang tinggi. Selama kuliah, nilai dia juga selalu tinggi-tinggi. Kamu malah bilang kakakmu bukan orang pintar?”Tandy berkata, “Pintar belajar bukan berarti pintar dalam menilai orang. Sejak kecil, dia selalu dimanja. Dia nggak bisa bedain mana yang baik dan mana yang jahat!”Sonia tersenyum lebar. “Sejak kecil? Kenapa kamu tahu banget?”Tandy melirik Sonia sekilas, lalu berkata dengan cemas, “Ayah ibuku jarang di rumah, pamanku juga sibuk sekali. Bu Sonia, tolong bantu aku pantau k
Pantas saja Reza tidak mengantar Sonia pulang. Ternyata dia sedang berkencan.Reza juga merasa agak kaget ketika melihat Sonia di sini. Tadi kakak iparnya tiba-tiba menghubungi Reza menyuruhnya untuk menemui seseorang di Restoran Jolly.Setelah masuk ke dalam ruangan VIP, ternyata ada seorang wanita muda sudah duduk manis di dalam ruangan. Pada saat itu, Reza baru tahu ternyata kakak iparnya sedang mengatur kencan buta untuknya.Anggota Keluarga Herdian masih tidak mengetahui masalah Reza dengan Sonia. Selama dua tahun ini, Reza tidak pernah membawa wanita ke rumah. Mereka semua merasa ada yang tidak normal dengan diri Reza. Itulah sebabnya mereka mengatur kencan buta untuk Reza.Tentu saja, tadi Reza sudah menjelaskan semuanya dengan wanita itu. Berhubung Reza telah menolak kencan buta ini, mereka juga tidak perlu makan bersama. Saat mereka berdua menuruni tangga, tak disangka malah akan bertemu Sonia di sini.Reza menyuruh wanita itu untuk pergi duluan. Sementara itu, dia berjalan pe
Pada hari Selasa, di saat jam istirahat, Hardy pergi ke ruangan istirahat. Dia melihat Thalia sedang menghafal skenario, dia pun tersenyum. “Thalia memang rajin, ya. Pantas saja kamu bisa terkenal!”Thalia mengangkat kepalanya, lalu tersenyum. “Ada begitu banyak orang yang lagi berusaha. Tentu saja aku nggak boleh menyusahkan semuanya!”“Kamu terlalu merendah!” Hardy sedang duduk di bangku samping sembari melihat ponselnya dengan tidak fokus.Kedua mata Thalia berkilauan. Dia pun bertanya dengan tersenyum, “Tadi aku melihat Sonia di lokasi syuting. Kenapa Pak Hardy nggak pergi cari Sonia?”Hardy mengerutkan keningnya. “Karakter Sonia terlalu keras. Aku sudah beri dia bunga maupun uang. Tapi dia masih saja tidak menghiraukanku.”Setelah berbicara, Hardy menatap Thalia. “Dengar-dengar dulu hubungan kamu sama Sonia cukup bagus. Gimana kalau kamu ajari aku cara untuk mendapatkannya?”Thalia meletakkan buku skenarionya, lalu berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya semua itu sangat sederhana.
Sonia menggigit bibir bawahnya, lalu melanjutkan langkahnya.Reza menatap tas di tangannya. Tatapannya menjadi masam.Setelah Sonia membuang tasnya, dia hendak berjalan ke dalam gedung. Hanya saja, dia menyadari ada yang mengikuti langkahnya. Sonia mengerutkan keningnya sembari membalikkan kepalanya. “Apa Pak Reza ada urusan lain?”Reza mengangkat-angkat alisnya. “Kamu tidak undang aku untuk bertamu ke rumahmu?”“Maaf, nggak leluasa.”Reza mengangkat-angkat alisnya. “Kalau begitu, aku sebagai senior Tandy ingin membahas masalah pelajaran Tandy.”Sonia menyipitkan matanya melihat lelaki di depannya sembari mengangguk. “Oke, naiklah!”Ujung bibir Reza melengkung ke atas. Dia mengikuti Sonia berjalan ke dalam gedung.Mereka berdua memasuki lift. Reza mengambil inisiatif untuk menekan tombol lift. Dia merasakan ada tatapan yang sedang mengamatinya dari belakang.Saat pintu lift baru tertutup setengah, tiba-tiba ada seorang wanita berlari ke sisi mereka. “Sebentar! Sebentar!”Reza menekan t
Betapa inginnya Reza muncul di masa kecil Sonia, lalu melindungi Sonia dari kedua anjing buas itu. Dengan begitu, Sonia akan tahu ternyata di dunia ini masih ada orang yang akan membantu dan juga menyayanginya.Sonia tidak meronta. Dia berusaha menenangkan dirinya dari rasa takut anjing pirang itu. Hanya saja, saat ini Sonia lebih ingin melarikan diri dari pelukan lelaki ini daripada anjing itu.Tak lama kemudian, akhirnya lift berhenti di lantai 16. Wanita yang menggandeng anjing melirik kedua orang yang saling berpelukan sekilas, baru membawa anjingnya keluar lift.Saat pintu lift kembali ditutup, Sonia langsung keluar dari pelukan lelaki itu. Dia membalikkan tubuhnya menghadap ke sisi pintu.Reza bersandar di badan lift. Tatapannya tak berhenti tertuju pada belakang punggung Sonia.Lift kembali berhenti. Sonia berjalan keluar, kemudian Reza mengikuti di belakang.Sonia menekan kata sandi pintu. Saat pintu dibuka, Sonia langsung berlari masuk ke dalam rumah dan membanting pintu denga
Kelly berjalan ke sana, lalu menggoyangkan kue tar di hadapan Yana. “Lihat apa yang Ibu beli?”Yana tertegun sejenak, lalu segera menyerbu ke sisi kue tar.Kelly duduk di sofa, mengangkat tinggi kue di tangan. “Apa Yana kangen sama Ibu?”“Kangen!” Kedua mata bulat Yana berkilauan. Senyuman lebar terlukis di wajahnya.Kelly meletakkan kue tar di atas meja tamu. Tampak ada sebuah istana di samping sana. Dia pun bertanya pada Yana, “Yana, Bibi Sonia beliin mainan lagi?”Yana melihat kue tar di dalam kotak transparan sembari menggeleng. “Dibeliin Paman!”Kelly tertegun sejenak, lalu memalingkan kepalanya melihat ke sisi Linda. “Dia datang lagi?”Kelly tahu sewaktu Yana sakit waktu itu, “Bondan” sering datang menemani Yana.Linda mengangguk. “Iya, Pak beliin mainan baru buat Yana. Dia juga tidak tinggal lama.”Kening Kelly tampak berkerut. Kenapa Bondan memperlakukan Yana dengan begitu baik?Waktu itu, Bondan memang pernah memiliki perasaan terhadap Kelly. Hanya saja, masalah sudah berlalu
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin