Edward tersenyum sembari mengeluarkan sebuah kotak beludru dari sakunya, lalu menyodorkannya ke hadapan Stella. Dia berkata dengan suara rendah, "Aku membeli ini saat menemani ibuku belanja kemarin. Ibuku bertanya apa aku sudah punya pacar."Stella membuka kotak itu sambil tersenyum. Di dalamnya ada sebuah gelang berlian GK Jewelry. Dia menutup kotak itu kembali, lalu mengembalikannya kepada Edward dan bertutur, "Ibuku sudah pernah berikan ini padaku. Kamu berikan pada orang lain saja."Edward menatap Stella dengan penuh cinta seraya bertanya, "Selain kamu, memangnya aku bisa berikan pada siapa lagi?"Mendengar ini, Stella mengernyit dan merasa sedikit malu.Edward merasa bersemangat. Dia memberikan gelang itu kepada Stella lagi, lalu berujar, "Pelayan toko sudah bilang kalau gelang ini hanya ada dua di Jembara. Yang satu ada hiasan bintang, yang satu ada hiasan bulan. Ini melambangkan cinta abadi. Kebetulan, kamu punya satunya lagi. Aku juga beli yang ini. Itu artinya kita ditakdirkan
Sesudah mengungkapkan perasaannya, Edward merangkul bahu Stella untuk mencium bibirnya.Stella sontak menolaknya. Namun, begitu memikirkan dirinya masih perlu memanfaatkan Edward, dia menurunkan harga dirinya. Dia memejamkan kedua matanya dan membiarkan Edward menciumnya. Dia telah mengorbankan banyak hal demi melawan Sonia. Semoga Edward tidak mengecewakannya.....Dua hari kemudian, Teddy menerima sebuah panggilan. Orang itu mengundangnya untuk menghadiri pesta pertemuan. Orang-orang yang akan hadir adalah investor drama. Jadi, dia harus datang.Tidak lama usai Teddy mengakhiri panggilan, seorang sutradara yang pernah bekerja sama dengannya menghubunginya. "Teddy, Pak Darius dari Daia Group mengundangku makan malam bersama. Katanya kamu juga hadir. Kebetulan, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu."Teddy terkekeh-kekeh, lalu membalas, "Apa itu? Katakan saja.""Aku punya sebuah film dan sedang mempersiapkan syutingnya. Kemungkinan antara kuartal ketiga atau kuartal keempat baru mu
Sonia tiba-tiba teringat bahwa Reza telah membeli hak cipta drama yang disutradarai Teddy. Saat ini, Reza adalah investor utama drama ini. Wajar jika dia berada di acara ini. Hanya saja, Sonia sedikit terkejut karena tiba-tiba bertemu dengannya setelah setengah bulan tidak berjumpa."Sonia, dia Pak Salman yang aku ceritakan tadi," ucap Teddy memperkenalkan.Sonia segera menenangkan diri dan menyapa Salman.Salman berusia 40-an tahun. Tubuhnya kurus. Dia menatap Sonia sambil terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Aku sudah lama mendengar tentangmu. Semoga kita punya kesempatan untuk kerja sama."Sonia tersenyum tipis sembari menyahut, "Salam kenal.""Silakan duduk. Sonia, kamu nggak perlu canggung," tutur Salman.Sonia dan Teddy duduk di kursi kosong. Satu meja ini bisa menampung 30 orang. Reza duduk di kursi utama. Sonia duduk berhadapan dengannya. Wanita ini melihat ke sekeliling. Di ruangan ini kira-kira ada 20 orang. Selain Teddy dan Salman, yang lainnya adalah investor. Mereka semua mengen
Sonia tetap bergeming setelah Darius memamerkan barang-barangnya sehingga Darius mulai panik. Darius memberi isyarat kepada beberapa orang di samping. Salah satu pria menghampiri Sonia dan bersulang kepadanya sembari berucap, "Nona Sonia pasti sangat lelah di lokasi syuting. Aku mau bersulang denganmu karena kamu sudah berkontribusi untuk keberhasilan proses syuting!"Teddy memperkenalkan kepada Sonia, "Ini Pak Raihan dari Perusahaan Faradai."Sonia tahu Raihan adalah investor, jadi dia pun berdiri dan bersulang dengan Raihan. Kemudian, ada empat orang lagi yang menghampiri Sonia. Mereka semua adalah investor dan terus memuji Sonia, seolah-olah syuting tidak bisa dilanjutkan lagi jika tidak ada Sonia.Ketika ada orang yang menghampiri Sonia lagi, Darius langsung menghalangi orang tersebut. Dia berusaha melindungi Sonia, "Nona Sonia masih muda, dia nggak kuat minum. Biar aku saja yang minum."Semua orang pun berkomentar setelah melihat sikap Darius."Hari ini Pak Darius begitu perhatian
Reza dan rekan bisnis itu lanjut membahas kerja sama mereka. Orang lainnya tampak kebingungan, tetapi mereka tidak berani melihat Reza untuk waktu yang lama. Mereka semua berpura-pura tidak terjadi apa-apa, lalu mulai berbincang sambil minum anggur lagi. Suasananya menjadi ramai kembali seperti sebelumnya.Sonia tetap fokus makan dan mengabaikan tatapan semua orang kepadanya. Reza masih berbincang dengan rekan bisnisnya. Saat melihat makanan kesukaan Sonia, Reza akan mengambilkannya untuk Sonia. Setelah Sonia menghabiskan sup, Reza menambahnya lagi. Setengah jam kemudian, Sonia selesai makan.Reza memandang Sonia, lalu bertanya dengan datar, "Apa kamu sudah kenyang?""Um," sahut Sonia sembari mengangguk."Kalau begitu, kamu pulang saja. Robi ada di lantai bawah, dia akan mengantarmu pulang," timpal Reza.Sonia tahu dia tidak perlu berlama-lama lagi di sini. Jadi, dia mengangguk dan berucap, "Terima kasih."Reza mengiakannya dengan ekspresi datar. Sonia berdiri dan berjalan ke luar, dia
Salman yang panik berujar, "Apa latar belakang Sonia? Aku nggak menyangka dia kenal dengan Pak Reza."Teddy menimpali, "Kalaupun Sonia nggak kenal dengan Pak Reza, perbuatanmu hari ini memang keterlaluan. Sonia itu desainer di lokasi syutingku, tapi kamu malah menyodorkannya kepada Darius. Apa kamu nggak menghormatiku?"Salman menyahut dengan canggung, "Aku juga nggak berdaya."Teddy mencibir dan menanggapi, "Aku tahu Darius berinvestasi di film barumu. Kita memang berkecimpung di dunia perfilman, tapi kita harus tahu batasan. Kelak, kita nggak usah berhubungan lagi."Selesai bicara, Teddy langsung pergi dengan kesal. Salman merasa pusing, kenapa masalahnya bisa menjadi seperti ini?....Sementara itu, Sonia duduk di mobil Robi. Dia tidak minum terlalu banyak anggur, jadi dia masih sepenuhnya sadar.Saat hampir sampai di Kompleks Anggrek, Robi baru berbicara, "Bu, belakangan ini Pak Reza sering menghadiri perjamuan. Dia juga sering minum-minum dan pulang tengah malam. Bu, kalau ada wak
Keesokan harinya, saat Sonia keluar, Hemiko sedang joging. Hemiko menyapa, "Selamat pagi!""Pagi!" sahut Sonia yang tidak terlalu bersemangat."Semalam kamu nggak bisa tidur, ya?" tanya Hemiko dengan napas terengah-engah. Dia pun berhenti sejenak.Sonia menjawab dengan kesal, "Ini semua karena kamu. Akhirnya, aku malah mimpi buruk."Hemiko bertanya lagi sembari tersenyum, "Jadi, apa kamu memimpikan orang yang kamu sukai?"Sonia hanya terdiam. Hemiko melanjutkan, "Itu berarti kamu mimpi indah. Minum kopi dulu, biar kamu lebih semangat."Sonia mencibir dan menimpali, "Bukannya kamu serbabisa? Kalau begitu, sekarang kamu langsung buatkan kopi untukku.""Kamu berbalik dulu," ujar Hemiko.Sonia memandang Hemiko dengan curiga, lalu berbalik. Paling-paling otak robot lebih hebat dari manusia. Sonia tidak percaya Hemiko bisa sulap. Kalau Hemiko bisa melakukannya, itu berarti dia bukan robot biasa lagi, melainkan robot super."Sudah siap belum?" tanya Sonia."Kak Sonia yang cantik, silakan cici
"Sama-sama, kepercayaan itu timbal balik," ujar Sonia sambil tersenyum lembut. Kemudian, dia mulai bekerja.Teddy memandang punggung Sonia sambil diam-diam mengangguk. Jika kelak Sonia ingin tetap berkarya di industri ini, dia akan mengusahakan yang terbaik untuk melindunginya.Pagi itu, di Gedung Gunawan Group. Anastasia sedang memberikan laporan pada Jason di kantor presdir, "Jam 9 pagi ini, ada rapat penting penandatanganan dokumen akuisisi. Kemudian, ada pesta koktail di Hotel Quiton siang nanti. Direktur Galaxy Group dan Handa Group juga akan hadir di sana.""Selain itu, ada pesta ulang tahun Pak Taiga di Hotel Yafurni hari ini. Undangan untuk Pak Jason sudah dikirim sejak dua minggu lalu. Aku sudah meminta orang untuk membeli hadiah dan mengirimkannya," tambah Anastasia.Usai melaporkan agenda hari itu, Anastasia kembali berkata dengan sopan, "Pak Jason, aku terus mengikuti perkembangan kerja sama dengan Galaxy Group. Aku bisa menemani Pak Jason pergi ke pesta koktail siang nanti
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin