“Bagaimana denganmu?” Reza lanjut untuk bertanya.Sonia tidak berbicara. Reza spontan mengerutkan keningnya. “Apa masih perlu dipikirkan lagi?”Sonia menyipitkan matanya, lalu berbisik, “Jawabanku sama denganmu.”Reza membalikkan tubuh Sonia untuk berhadapan dengan dirinya. Dia terus menatap wajah si wanita. “Aku akan membayar utangmu kepada Melvin, tapi kamu tidak boleh berjanji untuk memberikan apa pun kepadanya.”Sonia menggerakkan bola matanya. “Reza, apa kamu pernah kepikiran untuk putus selama beberapa waktu ini?”“Putus?” Terlintas senyuman sinis di wajah Reza. “Apa kamu pernah kepikiran untuk melepaskanku?”Sonia mengernyitkan keningnya. “Aku lagi nanya sama kamu!”“Tidak, tidak pernah sama sekali!” Tatapan Reza sangatlah tegas. Reza mencium pipi Sonia. “Aku tidak berani mencarimu karena aku tidak yakin apa kamu masih mencintaiku atau tidak. Aku tidak pernah kepikiran untuk bersikap dingin apalagi melepaskanmu. Apa sampai saat ini … kamu masih meragukan hatiku?”Sonia menyandar
“Urusan yang sangat penting.”“Baiklah! Kalau begitu, kamu cepat pulang besok pagi. Jangan biarkan Bu Sonia menunggu terlalu lama,” pesan Tandy yang merasa tidak tenang.“Iya!” Reza tersenyum datar. “Aku tutup dulu!”Setelah panggilan diakhiri, si lelaki berdiri berjalan ke dalam kamar, lalu berjalan ke sisi ranjang. Kedua lengannya menopang di dua sisi tubuh Sonia. Tatapannya berubah menjadi semakin lembut lagi. Dapat terdengar nada menyindir dari suaranya. “Tadi kamu cari aku untuk mengakui kesalahanmu?”Sonia memiringkan kepala untuk menatapnya. Dia masih kelihatan sedikit capek. “Apa kamu rasa hal itu memungkinkan?”“Aku percaya dengan Tandy!” Reza duduk di samping ranjang, lalu melihatnya. “Sini, coba kamu katakan, bagaimana caramu untuk mengakui kesalahanmu?”Sonia merasa sangat canggung. Dia menutup wajahnya dengan selimut, lalu berdeham. “Jangan ganggu waktu tidur aku!”Reza menyingkirkan selimut, lalu membungkukkan tubuhnya mencium telinga Sonia. “Seharusnya aku bersabar satu
Sonia mendengus ringan. “Apa kamu yakin ini namanya kejutan?”“Memangnya bukan kejutan?” Reza menghentikan langkahnya, lalu menindih Sonia di dinding. Dia menatap Sonia , lalu bertanya. “Jujur saja, apa jantungmu berdebar kencang ketika melihatku?”“Kalau aku bilang aku sudah menebaknya sejak awal. Apa kamu percaya?” Sonia menempelkan punggungnya di dinding.“Bagaimana kamu bisa menebaknya?” Reza mengangkat-angkat alisnya.“Karena kopi itu. Pertama, Hemiko nggak mungkin bisa bikin secangkir kopi. Jadi, aku menduga ada orang di dalam rumah. Kedua, kopi itu sangat cocok dengan seleraku, ada susu dan juga gula. Jadi, siapa lagi selain Tuan Reza?”Reza tersenyum. “Kalau kamu sudah menebaknya, kenapa kamu tidak memastikannya?”Sonia mengangkat kepalanya untuk menatap Reza. “Aku takut kamu masih marah.”Tatapan Reza menjadi lebih dalam lagi. Dia berkata dengan perlahan, “Sonia, aku tidak akan marah sama kamu. Aku hanya marah karena aku mencintaimu hingga kehilangan batasan, apalagi ketika me
“Jangan, kita tinggal di rumah masing-masing saja. Cukup bagus seperti ini!” Nada bicara Sonia sangat serius.Kening Reza berkerut. “Pokoknya kita mesti tidur di satu ranjang. Apa kamu ingin melarikan diri?”“Kata siapa mau tidur satu ranjang sama kamu?” Sonia berdiri. “Lebih baik aku tidur di rumahku saja. Sudah malam, aku pulang dulu. Selamat malam!”Reza bersandar di sofa, lalu menatap Sonia dengan tatapan muram. “Coba kamu berjalan satu langkah lagi!”Sonia membalikkan tubuhnya, lalu melayangkan tatapan menantang. “Siapa juga yang takut!”Baru saja Sonia menyelesaikan omongannya, Sonia langsung berlari ke depan pintu. Namun pintu malah dibanting si pria hingga tertutup rapat. Sonia langsung ditahan di belakang pintu. Reza menahan pundak Sonia, lalu mengecup bibirnya.Akibat dari melawan Reza sangatlah serius. Saat kesadaran Sonia hampir buyar, tetiba dia kepikiran … Reza pasti sengaja ingin balas dendam lantaran Sonia tidak menjelaskannya selama ini.….Keesokan harinya saat kelua
Sonia menunjukkan ekspresi kaget, lalu berkata dengan sengaja, “Bukannya cuma suruh Paman Reza-mu untuk foto hasil ujianmu kepada orang tuamu saja? Perlu bersikap seperti apa coba? Jangan-jangan dia nggak bersedia untuk melakukan hal segampang ini?”Tandy mengerutkan keningnya. “Apa kamu tidak tahu kalau dia lagi marah? Gimana kalau dia tidak ingin menghiraukanmu?”“Kalau dia nggak hiraukan aku, palingan aku kembali ke kamarmu saja!” Terlintas ekspresi serius di wajah Sonia.“Bu Sonia, Paman memang kelihatannya dingin, tapi sebenarnya hatinya sangat lembut. Kamu cukup bicara yang baik-baik sama dia. Dia pasti akan memaafkanmu!”“Aku juga nggak melakukan kesalahan. Untuk apa aku butuh minta maaf dia?”“Siapa suruh dia itu orangnya arogan. Meski dia bertengkar dengan Kakek, dia juga tidak pernah tunduk apalagi mengakui kesalahannya!”Alis Sonia seketika berkerut. “Oh ya?”“Jadi, kamu jangan perhitungan sama dia!” Tandy menatap Sonia dengan tatapan memelas.Melihat sikap Tandy, Sonia pun
“Nggak boleh!” Sonia langsung berdiri, lalu mengambil beberapa lembar kertas ujian dari atas meja. “Aku datang untuk jadi guru bimbel Tandy, aku nggak boleh mengecewakan sepeser pun uang yang dikeluarkan Tuan Reza!” Seusai berbicara, Sonia berjalan pergi.Reza meraih tangannya, menunjukkan tatapan manja dan juga tidak berdaya. “Padahal aku sudah menghabiskan uangku, tapi malahan aku yang merasa sedih?”“Jangan buat onar lagi!” Sonia mengerutkan keningnya. “Aku harus segera kembali.”“Waktu sore dan malammu milik aku.” Reza mengeluarkan persyaratan.Sonia berpikir sejenak, lalu menjawab, “Siang hari nanti kita makan bersama Tandy. Malam harinya, kita traktir makan Kelly.”Dulu hubungan Sonia dan Reza tidak dipublikasikan. Dia juga tidak menceritakannya kepada Kelly. Sekarang Reza sudah tinggal di seberang rumahnya. Cepat atau lambat Kelly pasti akan mengetahuinya. Jadi, alangkah baiknya mereka mentraktir Kelly untuk menjelaskan hubungan mereka.Reza mengerti maksud ucapan Sonia. Dia pun
Reza menggenggam tangan Sonia, lalu berkata pada Kelly, “Terima kasih sudah menjaganya selama beberapa waktu ini.”“Nggak … nggak, kok!” Kelly segera menggeleng. “Malahan Sonia yang menjagaku.” Seusai berbicara, tetiba Kelly kepikiran dengan hal penting. Dia pun bertanya, “Kalian benar-benar sudah baikan?”Tatapan Sonia kelihatan lembut. “Awalnya aku ingin beri tahu kamu ketika makan malam nanti.”“Bagus sekali!” Kelly mengejapkan mata ke sisi Sonia. “Aku gembira sekali.”Sebelumnya Sonia memang pernah dilukai oleh Reza, Ranty juga memiliki bias terhadap Reza. Dia bahkan memperingati Sonia untuk jangan mendekati Reza lagi. Namun sebenarnya Kelly mengerti, Sonia tidak mungkin akan melupakan Reza dan memilih untuk bersama dengan Melvin.Terkadang ada orang yang mencintai seseorang untuk seumur hidupnya. Meskipun pernah dilukai, orang itu masih saja tenggelam di hati.Kelly juga percaya dengan firasatnya sendiri. Dia yakin Reza sangat mencintai Sonia … sangat amat mencintai Reza! Sekarang
Sonia melirik Reza, lalu berdiskusi, “Gimana kalau diganti jadi dua kotak kecil?”Reza mengangguk. “Oke!”Sonia mengeluarkan dua kotak es krim dari dalam troli dengan tidak rela. Dia diam-diam menghela napas. ‘Celaka! Sepertinya kelak aku nggak bisa makan es krim sesuka hatiku lagi.’“Kamu masih belum jawab pertanyaanku. Apa kata Jason?” tanya Sonia.“Apa lagi yang bisa dia katakan? Tentu saja dia merasa gembira!”Sonia mengangguk. Seandainya Kelly benar-benar bisa bersama dengan Jason, bisa jadi semuanya akan menjadi permulaan yang bagus untuk mereka.Setelah kembali ke lantai atas, Reza membawa barang belanjaan ke dalam dapur. Sonia mengeluarkan biskuit untuk Yana, lalu berkata kepada Kelly, “Nanti Jason juga akan ke sini.”Kelly menatapnya dengan syok. “Apa?”“Aku sudah membuat keputusan sendiri.” Sonia merasa agak bersalah. “Dia nggak bakal tahu identitas Yana. Sekarang kamu itu bawahan dia, sudah seharusnya kalian menjalin hubungan baik.”Kelly mencemberutkan wajahnya. “Aku akan m
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak