Share

Bab 118

Author: Lalapoo
last update Last Updated: 2025-11-09 11:37:55

Dante berdiri di tengah komando lapangan yang tiba-tiba membesar; monitor di truk komando memuntahkan peta, titik-titik merah bermunculan dan bergeser seiring laporan masuk. Ia menatap layar, setiap titik terasa seperti denyut jantung yang menandakan arah — namun belum satu pun mengarah ke jawaban pasti.

Ia mengangkat telepon, suaranya tegas saat menelepon satu per satu: kepala kepolisian daerah, kepala dinas imigrasi, orang-orang kepercayaannya di provinsi tetangga, kepala operasi di bandara. “Tutup semua jalur. Periksa manifest. Blokir semua rute.” Suaranya tidak meminta; ia memerintah. Di ujung sana, nada suara berubah dari ragu menjadi patuh — nama Dante membawa bobot.

Di sela komando itu, Dante menarik napas panjang dan menatap foto Risa di layar ponsel yang berlumuran lumpur sempat ia temukan. Wajah kecil itu, matanya yang biasa

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jerat Hasrat Ayah Angkat   Bab 148

    Bertahun-tahun yang lalu, Suara langkah siswa bersahutan, ruang kelas sudah mulai kosong.Ruby menutup bukunya dan memasukkannya ke tas, ketika suara Vivian terdengar dari belakang.“Kamu punya hubungan apa sama Tuan Muda Santoso?”Nada Vivian terdengar penasaran… tapi ada sesuatu di balik itu. Sesuatu yang Ruby waktu itu terlalu polos untuk lihat.Ruby menoleh, menatap temannya yang cantik dengan rambut terurai rapi itu.“Hubungan apa? Ayahku kan pengawal Tuan Besar Santoso.”Ruby mengangkat bahu sambil merapikan tali tasnya. “Wajar kalau aku kenal.”Vivian mencondongkan tubuh.“Tapi dia sampai menjemputmu. Itu bukan hal kecil, Ruby.”Ruby terkekeh kecil.“Kamu mau aku kenalkan?”Vivian mengangkat alis. “Memangnya boleh?”Ruby tersenyum polos.“Tidak masalah. Dante itu sahabat Erlang juga. Mereka dekat.”Dan pipi Ruby memerah ketika menyebut nama itu.Vivian menangkap ekspresi itu.“Kau secinta itu sama Erlang?”“Dia pacarku. Tentu saja aku suka.” Ruby tertawa kecil, bahagia dengan

  • Jerat Hasrat Ayah Angkat   Bab 147

    Risa menunduk, jemarinya menggulung ujung pakaiannya tanpa sadar. Dadanya naik turun pelan, mencoba mengatur napas.“Jadi Om Darma kakekku?” tanyanya nyaris berbisik.Darma yang duduk di hadapannya memejamkan mata sesaat, seperti butuh keberanian untuk mengaku pada cucu yang bahkan belum sempat ia lihat tumbuh. Ketika ia membuka mata, tatapannya penuh kerut luka.“Ya,” jawabnya pelan. “Aku kakekmu, Risa.”Risa mengangguk kecil, tapi jelas masih mencari pijakan. “Aku sudah dengar itu… tapi aku tidak tahu kau ayah dari siapa.”Darma mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan, gerakan orang yang sudah lelah menyembunyikan luka.“Aku… ayah dari Ruby. Ibumu.” Suaranya pecah di akhir kalimat, seakan setiap huruf mengiris dadanya.Risa membeku. Nama itu, Ruby yang selalu menjadi misteri dan bayangan. Nama yang tidak pernah dibahas tanpa ketegangan. Nama yang selalu terasa seperti pintu gelap yang tak boleh dibuka.Ia mendongak perlahan. “Kalau begitu… kenapa kamu tidak pernah mengat

  • Jerat Hasrat Ayah Angkat   Bab 146

    Risa tengah duduk di depan cermin ketika Dante keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah, menetes perlahan di tengkuknya.“Ada sesuatu?” tanya Risa, melihat tatapan Dante yang terasa berbeda.Dante mendekat sambil mengembuskan napas pelan. “Aku memang mau ngomong sesuatu.” Ia mengulurkan tangan.Risa langsung meraih tangan itu dan Dante menariknya ke dalam pelukan tapi tentu saja Risa melompat manja hingga Dante menggendongnya. Sudah menjadi kebiasaan: kalau Dante bicara serius, Risa justru makin manja.“Kamu tahu Om Darma, kan?”Risa mengangguk kecil. “Dia bilang aku cucunya… beberapa waktu lalu.”Dante mencium pipinya sekilas. “Iya. Dia memang kakek kamu. Dan dia minta bicara sama kamu.”Risa mengerjap. “Dia ayahnya ayahku atau ibuku?”Dante menatapnya lembut. “Aku ingin kamu dengar langsung dari dia. Aku nggak mau jadi orang yang ngasih ceritanya setengah-setengah.”“Kenapa?” Risa memiringkan kepala, memeluk leher Dante lebih erat.“Karena kamu harus tahu yang sebenarnya. D

  • Jerat Hasrat Ayah Angkat   144

    “Cilok? Apa itu?” Dante mengerutkan dahi, benar-benar bingung.“Hah?” Risa spontan memandangnya seolah baru mendengar hal paling mengejutkan di dunia.Dante menatapnya dengan wajah polos yang membuat Risa ingin menepuk dahinya sendiri.“Kamu nggak tahu cilok?” tanya Risa memastikan.Dante menggeleng perlahan.Astaga.Risa hampir tidak bisa menutup mulutnya. Bagaimana mungkin Dante Santoso, manusia yang bisa membedakan puluhan jenis anggur dari aromanya, tidak tahu cilok? Oh iya… tentu saja. Lahir dengan sendok emas, makanan yang pernah dia makan mungkin hanya yang diolah koki pribadi atau yang dia masak sendiri. Sementara Risa mengenal jajanan itu dari nongkrong bareng teman-temannya.Dengan sedikit frustrasi, Risa mengambil ponselnya dan mengetikkan “cilok” di pencarian. Puluhan gambar muncul.Dante menunduk melihat layar. “Ini bakso,” ucapnya pelan.Risa langsung nyengir kuda. Ternyata sang pewaris Santoso hanya mengenal yang versi “mahal”-nya.“Bakso sama cilok beda,” jelas Risa. “

  • Jerat Hasrat Ayah Angkat   Bab 144

    Dante baru saja melangkah keluar mobil ketika ia melihat seseorang berdiri tepat di tengah jalan menuju gerbang rumah besar itu. Darma. Wajahnya tegang, seolah sejak tadi menunggu hanya untuk menghadang Dante.“Apa?” tanya Dante datar, terlalu lelah untuk pura-pura sopan.“Tuan Besar memintaku menjelaskan siapa aku pada Risa.” Suara Darma mantap, namun sorot matanya ragu.Dante menghela napas panjang. Kepalanya masih penuh dengan urusan Enggar dan X, dan kini ia harus menghadapi masalah yang bahkan lebih dekat dengan rumah.“Aku akan bicara dengannya dulu. Setelah itu barulah kau bisa bicara.”Ia berjalan melewati Darma tanpa memperlambat langkah, namun suara Darma menghentikannya.“Aku akan melindunginya mulai sekarang.”Dante berhenti. Perlahan, ia menoleh, menatap Darma dengan sorot mata yang sulit ditebak.“Apa ada sesuatu yang kau ketahui?”Darma menelan ludah, lalu menghela napas. “Sebelum kejadian itu… Ruby meneleponku. Dia memintaku menjemput Risa.”Dante tidak bereaksi. Matan

  • Jerat Hasrat Ayah Angkat   Bab 143

    Dante memejamkan mata sebentar. Kata-kata itu menggantung, menyentuh benang yang paling sensitif di pikirannya.Vivian mencondongkan tubuh, suaranya lebih lembut. “Dante… apa kau masih menyangkal apa yang sebenarnya kau rasakan untuk Risa?”Dante diam. Diam yang terlalu jelas untuk disebut tidak ada jawaban.Vivian menghembuskan napas pelan. “Kau tahu, kan? Semua orang bisa melihatnya. Perasaanmu pada gadis itu… bukan hal yang lahir dari masa lalu, bukan karena ibunya. Kau mencintai Risa karena Risa sendiri.”Dante menatapnya, mata hitamnya dingin tapi tidak membantah.Vivian melanjutkan, “Lalu… kau datang ke sini karena apa? Merasa bersalah? Atau karena dunia menolak pilihanmu?”Dante menunduk sebentar, lalu berkata pelan tanpa ekspresi berlebihan tapi jujur.“Aku datang ke sini,” katanya, “karena kalau pulang terlalu cepat… aku akan langsung kembali ke Risa. Dan bagian diriku bagian yang… tidak seharusnya ingin itu terlalu cepat.”Vivian membeku.Itu pengakuan yang tidak pernah ia d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status