Yuna duduk terdiam di barisan belakang, menatap keributan yang terjadi kepada para tamu di sana.Dalam binar matanya, terlintas sebuah kilatan misterius.Namun, ketika dia melewati pintu, hatinya tiba-tiba terasa sakit melihat poster Maya yang telah dirobek oleh seseorang.Dia berdiri di depan poster Maya yang anggun dan bermartabat. Sebuah perasaan bersalah tiba-tiba melintas dalam hatinya.Dia bermaksud melawan Qirana, tetapi tanpa sengaja malah melibatkan reputasi Maya.Maya adalah seorang seniman terkenal yang anggun, bijaksana, penuh kelembutan, dan rendah hati. Bagaimana bisa dia memiliki seorang putri yang licik dan kejam seperti Qirana?Yuna menempelkan kembali potongan-potongan poster yang telah robek dengan penuh kehati-hatian. Sembari menatap Maya yang tersenyum lembut, Yuna mengucapkan kata maaf dengan lirih.Setelahnya, Yuna pun berbalik dan pergi.Tak lama setelah dia keluar, ponselnya langsung berdering.Itu adalah telepon dari Wano.Ketika Yuna menjawab, terdengar suara
Yuna tak terkejut sama sekali dan malah tersenyum tipis, "Apa ini berkaitan dengan kasus yang harus kutangani? Mari bertemu di kantor besok dan membahasnya.""Yuna, jangan pura-pura nggak tahu. Apa kamu mencoba bilang kalau bukan kamu pelaku yang merusak acara Qirana hari ini? Gara-gara ulahmu ini, bukan hanya reputasi dia yang hancur, bahkan nama baik ibunya yang dibangun bertahun-tahun juga tercemar. Kalau kamu nggak mau meminta maaf di hadapan publik, jangan salahkan kalau aku bertindak tegas."Yuna tak dapat menahan seringaian dalam hatinya.Juna benar-benar menyayangi putrinya tanpa syarat.Tanpa melakukan penyelidikan, dia bahkan langsung percaya bahwa Qirana tak bersalah.Dia benar-benar ayah yang baik.Yuna tak takut dengan kekuatan Juna, melainkan malah semakin tenang."Pak Juna, jangan bicara omong kosong tanpa bukti. Kalau nggak, saya bisa saja menuntut Anda atas pencemaran nama baik."Ini adalah pertama kalinya bagi Juna menghadapi seorang Yuna. Dia tak menyangka kalau gadi
Demi anak simpanannya, Juna bahkan tega menghina anaknya sendiri.Wano menyentuh ujung mata Yuna dengan ujung jarinya seraya memaksakan sebuah senyuman."Aku rasa Paman pasti nggak mampu untuk membuat banyak pria menjalin hubungan dengan Qirana. Lagi pula, kenapa Paman Juna nggak menyelidiki dulu, tentang bagaimana kehidupan putrimu selama beberapa tahun terakhir di luar negeri?"Kalimat itu berhasil membungkam Juna.Selama beberapa tahun ini, Qirana tinggal sendirian di luar negeri. Satu-satunya pendamping yang mengatur kebutuhan sehari-harinya adalah seorang pelayan.Juna memang tidak mengetahui tentang kehidupan pribadi sang putri di masa lalu.Namun, dia telah membesarkannya sejak kecil, jadi dia pasti tahu betul bagaimana karakternya.Dia yakin bahwa putrinya tak mungkin berbuat sekeji itu.Ketika menutup telepon, sikap Wano masih tampak keras dan dingin. Akan tetapi, dia tiba-tiba berubah menjadi lembut ketika beralih melihat Yuna.Dia mengulurkan tangan untuk membelai kepala Yun
Mata Wano yang barusan dipenuhi senyuman, seketika membeku. Dia nyaris merebut ponsel itu dan memutuskan panggilannya ketika mendengar Yuna menjawab dengan lembut."Ada, kok. Kebetulan besok aku libur. Apa bibi suka masakan tertentu? Aku bisa membantu memilih restoran untuknya."Hans pun tersenyum lembut, "Kamu perhatian sekali. Apa kamu nggak takut kalau ibuku nantinya benar-benar menyukaimu?""Bukannya kamu memang ingin membuatnya menyukaiku agar bisa menolak perjodohan dari Keluarga Pratama? Tenang saja, aku akan berusaha tampil sebaik mungkin."Yuna terus menjawabnya sambil mengaduk mie dalam panci.Raut wajah Hans mendadak dipenuhi rasa kecewa, kemudian dia sedikit mengernyitkan keningnya.Hans sama sekali tak menemukan sosok pengikut kecil yang ada dalam ingatannya.Dia bukan lagi gadis kecil yang selalu mengejar dan memanggilnya "Kakak". Sekarang, dia telah menjadi wanita dewasa dengan pendirian yang kuat, juga sangat mandiri dan matang.Hans menyunggingkan senyuman tipis, "Oke,
Wano seketika tertegun.Wanita ini ....Dia merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat.Terutama pada mata indahnya yang menatap dengan senyum penuh kelembutan.Kenangan ini rasanya lama sekali, sampai-sampai Wano tidak bisa mengingat kapan dia pernah melihatnya.Wano yang merasa kehilangan kendali, bergegas menata kembali ekspresi wajahnya."Kalau Anda keberatan, saya bisa pindah ke meja sebelah.""Nggak masalah, duduk saja," jawab Shelvi sambil bergegas menyembunyikan keterkejutan yang baru dirasakannya.Yuna merasa sangat kesal dan marah sehingga menendang Wano dari bawah meja.Namun, sebelum dia bisa menarik kembali kakinya, Wano sudah mencekal kedua pahanya dengan erat.Tak peduli seberapa keras Yuna berusaha, dia tak mampu melepaskan diri.Melihat wajah Yuna yang memerah karena amarah, Wano pun tersenyum dengan arogan.Wano kemudian menuangkan air dingin untuk Yuna, lalu memberikannya seraya tersenyum, "Sepertinya AC di sini belum dinyalakan. Bu Yuna, minumlah air dingin in
Setelah itu Yuna berjalan memasuki restoran dengan kesal.Wajah Yuna yang dingin dan tegas pada Wano sebelumnya, seketika berubah menjadi senyuman pada Hans.Melihat itu memuat amarah Wano semakin menguat.Zakri bergegas menghampiri Wano yang wajahnya terlihat gelap, lalu membujuknya, "Pak Wano terlalu tergesa-gesa, beberapa hari ini sikap Bu Yuna sudah lebih melunak pada Anda, tapi kalau Anda membuat keributan seperti ini, Anda akan mengembalikan semuanya ke awal lagi."Wano memberikan Zakri tatapan tidak suka, "Aku juga nggak bisa diam saja dan melihat dia bersikap baik pada pria lain."Zakri kembali menusuk Wano, "Bukankah Anda seperti itu sebelumnya Pak Wano? Setelah kembalinya Nona Qirana, Anda selalu mengabaikan Bu Yuna dan merawat Nona Qirana, 'kan?""Apa yang Bu Yuna rasakan saat itu harusnya nggak beda jauh dengan yang Anda rasakan saat ini, bahkan mungkin lebih buruk karena Anda nggak harus keguguran dan mengalami pendarahan hebat. Oh, benar, Anda nggak mungkin mengalami kegu
Hans ingat jelas saat dia masih muda, pengikut kecil itu suka memakai rok dengan tali yang diikat.Ada tanda lahir kelopak mawar yang serupa di punggung anak itu.Yuna pernah mengatakan pada Hans, dirinya bisa menemukan gadis itu menggunakan tanda lahir itu jika suatu saat dia hilang.Hans mengernyitkan keningnya.Tidak mungkin bisa terjadi kebetulan seperti ini.Tapi memikirkan banyaknya kejadian yang menimpa Yuna akhir-akhir ini, membuat Hans harus meragukan identitas Yuna.Dengan tenang Hans berkata, "Oke, aku akan pulang dan melihatnya."Letnan Zain agak terkejut, "Begitu cepat kamu setuju? Pihak lain mengundangmu makan malam bersama untuk menjelaskan lebih rinci situasinya.""Nggak perlu, aku lebih mengerti daripada orang itu."Setelah itu Hans pergi membawa dokumen di tangannya.Hans merasa jika masalah ini memang benar adanya, maka ada bahaya yang mengikuti Yuna.....Di akhir minggu lainnya.Yuna pulang ke rumah dan melihat Zanny yang sedang tidur-tiduran di sofa, sambil memaka
"Muridmu? Aku seniormu!"Zanny tiba-tiba tersadar.Zanny menunjuk pada Yanuar dan berkata, "Kamu adalah Dokter Yanuar yang dimaksud oleh Sutradara Harry?"Yanuar mengangguk, "Benar sekali, aku beri kamu hadiah sebotol anggur."Setelah itu Yanuar menyerahkan botol anggur di tangannya pada Zanny.Zanny benar-benar tertegun.Seorang kakak senior memperkenalkan Zanny pada sebuah kru film yang sedang membuat sebuah film amal, menceritakan para dokter yang menyelamatkan serta menyembuhkan orang-orang.Zanny diminta berperan sebagai suster muda dan melihat kerja keras para dokter dengan sudut pandangnya.Untuk mencapai hasil yang diinginkan pada film itu, sang sutradara film meminta Zanny untuk magang satu bulan di sebuah rumah sakit.Bahkan sutradara meminta Dokter Yanuar, seorang spesialis kardiologi untuk mengajari Zanny.Zanny pikir dokter yang ditunjuk sudah berusia 40-50 tahun.Zanny tidak pernah menyangka dokter itu adalah Yanuar yang bahkan belum mencapai 30 tahun.Zanny menggertakkan