Anna menangis tergugu di taman belakang. Tak mengerti, kenapa perkataan Luke tadi begitu menyakiti hatinya. Seandainya saja, hatinya tidak se lemah ini, tentu saja dia akan bertahan. Tidak perlu mengeluarkan air mata, yang tetap saja menurut Luke hanya bentuk sandiwara.
Andai saja Anna bisa pergi? Dia pasti akan melakukannya sejak dulu. Tapi, dia sudah terikat perjanjian dengan Luke. Luke pasti akan mengejarnya walaupun sampai ke ujung dunia dan menjebloskannya ke penjara, setelahnya. Anna juga membenci hatinya yang memaksanya untuk tetap tinggal. Hatinya selalu percaya, jika suatu saat nanti, Luke akan berubah dan menerimanya sebagai seorang istri. Tapi lihat hasil yang dia dapatkan dari kesabaran dan perjuangannya. Di mata Luke, Posisinya tetap sama. Luke tetaplah menganggapnya wanita berhati iblis yang tidak akan pernah berubah. Apa-apa yang di lakukannya selalu salah. Bahkan Luke menganggap hanya bentuk sandiwara. Tidak percayakah Luke, jika sekarang dia sudah berubah dan
Anna sedang menyendiri sembari menatap langit yang berbintang di halaman belakang. Hari sudah malam. Jasmine sudah pulang dan dia kembali sendirian bersama rasa sepi. Hanya saja, perasaannya sedikit membaik. Ada rasa lega tersendiri yang tidak bisa dia ungkapkan. Jasmine selalu sukses membuat siapa pun yang berada di dekatnya merasakan ketenangan.Anna sudah memantapkan hati untuk tetap bertahan. Mulai hari ini, dia akan mengambil langkah awal untuk menjadi pribadi yang baru. Mencoba cara lain versi dirinya sendiri, demi menutupi kerapuhannya atau sekedar berpura-pura kuat. Dia sudah berkomitmen. Jika dia tidak bisa meruntuhkan Luke dengan berinteraksi, maka Anna akan mencoba cara lain dengan bersikap sok tidak peduli.“Sudah malam. Kamu ingin mati kedinginan?” suara dingin yang sangat familier menyapa pendengarannya. Anna menoleh dan mendapati Luke berdiri di belakangnya dengan bersedekap dada. Ini yang membuat Anna kesal pada hatinya. Luke dan rambutnya yan
Anna merasa tidak nyaman, saat ranjangnya terasa sesak. Perasaan selama ini, meskipun ranjangnya agak sempit, dia tidak merasa se sesak ini. Apa ranjangnya berubah ukuran? Tentu saja tidak mungkin. Pasti ada yang salah.Dengan malas Anna membuka matanya yang masih setengah mengantuk, dan keberadaan Luke di sana, tentu saja membuatnya nyaris berteriak. “Luke, ngapain kamu di sini?” cicit Anna sambil memundurkan wajahnya. Bayangkan saja, posisi wajahnya dan Luke hanya berjarak beberapa senti saja. Bergerak sedikit saja. Bibirnya yang pernah Luke lecehkan saat masih kuliah dulu, pasti akan kembali bertemu dengan bibir lancang itu. Ternyata, hembusan nafas hangat yang menerpa wajahnya, bukanlah sebuah mimpi semata. Semua itu nyata.Luke tak bergeming. Dia setia menutup mata walaupun sebenarnya dia terbangun saat mendengar suara Anna yang shock karena melihatnya berada di sana. Semalam, Luke nekat memasuki kamar Anna dan sialnya dia tidak bisa menahan diri untuk t
Luke yang melihat kepergian Anna dengan wajah yang bisa Luke lihat sedang menahan kesal karena melihatnya berduaan dengan Selena di kamarnya, refleks membuat kaki Luke terjulur dan,Brugh!Selena terjatuh dari ranjang Anna karena Luke tendang, dan jatuhnya juga mengenaskan di lantai. Selena mendongak dengan mata berkaca-kaca. Baru kali ini, Luke memperlakukannya seperti ini.“Tuan, apa salah saya?” rintih Selena memelas. Biasanya majikannya itu, akan selalu takluk saat melihatnya seperti ini.Luke bangkit dari ranjang Anna dan menghampiri Selena yang masih melantai. “Kamu masih tanya apa kesalahanmu huh?!” bisik Luke yang lebih terdengar sebagai nada peringatan di telinga Selena. “datang ke kamar ini dan menggangguku adalah kesalahan fatalmu Selena!”“Maaf Tuan. Saya tidak akan mengulanginya lagi.”“Terlambat!” sentak Luke sambil menarik rambut Selena dengan kasar. “sekarang pergi dari rumahku dan jangan pernah menginjakkan kakimu lagi
“Kamu masih ingin sesuatu?” tanya Luke, saat mereka sudah selesai makan.Anna menggeleng. Dia sudah merasa kenyang. Apalagi perubahan sikap Luke, semakin membuat perutnya berbunga-bunga. “Tidak ada. Kita langsung pulang saja,” jawab Anna dan di tanggapi Luke dengan senyuman tipisnya, yang sialnya sangat menawan di mata Anna.“Makanan enak tadi, tetap membuat otak kamu tolol ya? Mumpung aku baik, hari ini kamu bisa menghirup udara bebas.”Mendengar kata-kata Luke, Anna tentu saja berbinar senang. “Kamu mau ajak aku jalan-jalan?”“Koreksi kata-kata kamu. Bukan mengajak, tapi memberimu kebebasan sejenak.”“Baiklah. Terima kasih banyak,” jawab Anna dengan bahagia. Tak pernah dia sangka, Luke akan memberinya kebebasan untuk menikmati dunia luar walaupun hanya sejenak. Tapi, tak apa. Dia akan memanfaatkan kesempatan yang sudah Luke berikan untuknya.***Luje dan Anna berjalan beriringan. Se
Binar bahagia di mata Anna, membuat sudut bibir Luke juga terangkat. Se keras apa pun hatinya, makhluk ciptaan tuhan yang penuh keberanian dan ketegasan seperti Anna, ternyata lambat laun mulai mengikis tembok pertahanannya yang di dasari oleh dendam dan kebencian.Tak pernah seperti ini sebelumnya. Tak pernah Luke merasakan perasaan bahagia saat melihat Anna tersenyum karena dirinya. Yang ada, Luke merasa benci saat Anna masih bisa tertawa dan ingin segera mengakhiri hidup Anna saja. Tapi sekarang, Anna berhasil membolak-balikkan hatinya.“Ann!”Luke memekik kaget begitu melihat Anna yang tersandung kemudian jatuh telungkup dengan mengenaskan. Luke tau Anna terburu-buru karena waktu yang dia berikan tadi. Oh, astaga! Apa Anna menganggapnya benar-benar serius? Ayolah, se bajingan apa pun dirinya, mengunjungi makam orang tua itu butuh waktu yang lama meskipun hanya untuk sekedar melepas rindu. Luke tidak benar-benar serius. Dia hanya ingin membentak Anna
Anna yang menutup matanya, membuat Luke tiba-tiba tertawa terbahak. Bingung dengan apa yang sedang berada dalam pikiran Anna. Kenapa Anna bersikap menggelikan seperti ini?Anna membuka mata dan bertanya dengan pandangan menyipit tajam. “Kenapa tertawa?” tanyanya tak paham.“Kamu lucu!”“Lucu? Apanya yang lucu?”“Kamu lah. Cup!” Luke menghadiahi Anna sebuah kecupan ringan juga hangat di pipi Anna yang merona.Bagaimana dengan kondisi kesehatan Anna? Tentu saja. Saat ini jantung Anna memompa lebih cepat berkali-kali lipat. Bayangkan saja, suami yang selalu menyakiti lahir dan batinnya, mendadak seperti ini. Mungkinkah, Luke kesurupan setan baik?“Luke kamu tidak sopan!” sungut Anna sambil celingak celinguk tak jelas. Malu juga jika Luke mengetahui jika saat ini kupu-kupu beterbangan di perutnya. Tak dapat dia pungkiri juga, jika dia bahagia atas perlakuan Luke tadi.Luke tertawa tipis. Tawa
Selena yang melihat tuannya sudah pulang tentu saja bersorak gembira. Untung sebelum keluar dari kamarnya tadi, dia sudah lebih dulu berdandan cantik dan memakai pakaian yang sangat sexi. Hari sudah malam, tuannya tentu saja membutuhkan kehangatan di ranjang. Dan dia juga sudah siap menjadi santapan yang lezat.Selena mendekat dan bergelayut manja di lengan kekar tuannya. Kebetulan juga, Selena melihat istri tuannya yang kumal berada di sana. Jadi, dia bisa menggoda tuannya sekaligus membuat istri tuannya yang kumal itu kebakaran, sakit hati, dan merasa tak berguna.“Tuan, mau aku buatkan sesuatu?” tanya Selena dengan suara khas nya yang membakar. “sesuatu yang panas seperti kopi atau nasi goreng mungkin?” lanjut Selena sambil menggerakkan jemarinya di barisan kancing kemeja Luke dan sengaja membuka dua kancing teratas.Anna meremas ubin sudut wastafel sampai tangannya memutih. Kenapa sih, wanita sialan itu selalu datang di waktu yang tidak tepat?
Luke tidak bisa berkata-kata begitu melihat Anna yang menumpahkan segala emosi yang mungkin sejak lama hanya bisa Anna pendam. Melihat Anna yang menangis terisak, membuat Luke juga merasakan sesak dalam dadanya. Tak bisa dia pungkiri, jika pengaruh Anna mulai menarik perhatiannya tak lebih dari satu. Ada hatinya yang juga Anna kendalikan. Dan dirinya bisa apa? Satu persatu bagian dari dirinya mulai berkhianat dan tertarik pada magnet yang diciptakan oleh Anna.“Tuan?”Suara Selena yang biasanya tak berpengaruh apa-apa, justru kali ini membuat Luke muak. Bagaimana pun, Selena turut menjadi penyebab berdukanya Anna. “Angkat kakimu dari rumahku sekarang juga!” desis Luke tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung Anna yang mulai lenyap di balik pintu kamarnya.“Tapi Tuan—““Aku bilang pergi jalang!” tegas Luke dengan auranya yang menghitam. Entahlah, Luke tiba-tiba ingin mengamuk dan menghancurkan apa pun yang berada di depannya.