Share

Jodoh Titipan Mendiang Suamiku
Jodoh Titipan Mendiang Suamiku
Author: Haniocta_

BAB 1 - KEMALANGAN DI HARI BAHAGIA

"Saya terima nikah dan kawinnya, Khania Dwi Elviana binti Rustandi dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" ucap Albi dengan lantang.

"Bagaimana, para saksi? Sah?" tanya penghulu.

"SAH!!" ucap semua orang yang menyaksikan pernikahan mereka.

"Alhamdulillah hirobbil 'alamin." Semua orang mengucapkan syukur atas kelancaran pernikahan sepasang sejoli yang saling mencintai itu.

Selepas acara Ijab kabul, kedua mempelai dipersilakan untuk duduk di kursi pelaminan. Namun, baru saja Khania dan Albi mendaratkan bokongnya di kursi, mereka sudah dikejutkan dengan keributan di luar.

"MAMI!" teriak Albi ketika melihat sang ibu sedang mengobrak-abrik dekorasi depan.

"Akhirnya kamu muncul juga, dasar anak durhaka! Siapa yang mengijinkan kalian menikah, HAH?! Mami tidak sudi kamu menikah dengan wanita miskin itu!" tunjuk Ibu Astika kepada Khania.

Memang benar, pernikahan mereka dilaksanakan tanpa restu dari orang tua Albi, terutama Ibunya Albi. Ia sangat tidak setuju dengan hubungan mereka hanya karena Khania hidup sebatang kara dan tidak memiliki harta yang setara dengan mereka.

"Stop, Mami! Bagaimanapun, Khania sudah sah menjadi istri Albi. Dan sekarang, dia sudah menjadi menantu Mami." jawab Albi dengan berusaha menahan amarahnya.

"Mami tidak sudi memiliki menantu macam perempuan itu! Sekarang, kamu pulang! Ikut Mami, atau kamu akan tahu akibatnya jika kamu melawan!" ancam Ibu Astika kepada anaknya itu.

"Maaf, Mami, Albi tidak bisa ikut dengan Mami. Albi akan tetap berada di sini bersama Khania yang sekarang sudah menjadi istri Albi," sahut Albi sambil menggenggam erat tangan Khania yang berdiri dengan agak ketakutan di sampingnya.

"Mas!" Khania yang sedari tadi hanya terdiam sedih memandang Albi, akhirnya bersuara juga. Dia tidak mau kalau sampai Albi jadi dibenci oleh ibunya, apalagi karena membela Khania.

"Gak apa-apa, Sayang. Kamu tenang aja. Mas gak akan ninggalin kamu." ucap Albi pada Khania. Setelah tersenyum, Albi mengangkat tangan Khania dan menciumnya. Hal itu menimbulkan kekecewaan besar di hati sang ibu.

"Oke kalau itu pilihan kamu! Mami pastikan kamu akan menyesal karena sudah memilih wanita sialan itu! Lihat saja nanti! Kamu pasti akan memohon kepada Mami agar kamu bisa lepas dari wanita itu!" ucap Ibu Astika lalu pergi dengan dendam membara terhadap Khania di hatinya.

"Tapi, Mas ..." Khania yang merasa tidak enak hati tetap mencoba memaksa Albi untuk ikut dengan ibunya.

"Diam." Albi membawa Khania masuk ke dalam untuk melanjutkan acara yang tertunda.

Mereka yang menyaksikan kejadian itu memandang Khania dengan sedih karena mereka tahu bahwa pernikahan Khania dan Albi tidak direstui.

Namun, tanpa Khania dan Albi sadari, ada seseorang yang menatap mereka dengan penuh kemarahan. Kedua tangannya terkepal, tak terima melihat kemesraan yang ada di depan matanya. Seseorang itu lalu pergi dengan senyuman menyeringai. Dalam hatinya, muncul niat untuk membuat Khania dan Albi berpisah.

**

Selepas acara, Albi membawa Khania pulang ke rumah yang sudah dia siapkan untuk ditempati berdua.

"Sayang, kamu lapar?" tanya Albi setelah mendengar suara perut Khania. Jika Albi ingat-ingat, Khania memang tidak makan apa pun saat pesta. Kemarahan ibu Albi pasti membuat Khania kehilangan selera makan. Albi pun sedikit merasa bersalah.

"Aku pergi beli makanan, ya." Albi melangkahkan kakinya untuk pergi, tetapi Khania langsung menggenggam tangan Albi.

"Gak usah, Mas. Nia gak laper kok," sahut Khania.

"Hmm ..." Albi memutar otak. "Tapi Mas laper, sayang. Tadi selama acara belum sempat makan apa-apa." ucapnya memelas.

"Mas laper? Tunggu sebentar, Nia buatkan makanan, ya?"

"Mau masak apa? Di sini tidak ada bahan makanan. Kita belum sempat berbelanja bahan makanan. Kamu tunggu dulu di sini, ya. Aku akan beli makanan. Cuma sebentar kok."

Khania mengangguk.

Albi lalu keluar dari rumah dan segera menghidupkan motor sportnya. Ia memang sengaja mengendarai motor agar bisa lebih cepat.

Khania yang ditinggal sendiri di rumah merebahkan dirinya ke sofa, dengan masih terbalut gaun pengantin. Di kepalanya, muncul hal-hal yang ia ingin lakukan dengan suaminya. Hal-hal yang menyenangkan.

***

Sepanjang perjalanan dari tempatnya membeli makanan, Albi terus menggerutu. Sudah dua jam ia meninggalkan istrinya di rumah. Ia tidak pernah menyangka bahwa tempatnya membeli makanan akan seramai itu.

Kekesalan dan pikirannya yang sedang terburu-buru membuat Albi tidak berpikir panjang dalam mengendarai motornya. Ia terus menyalip kendaraan di depannya. Di jalanan yang kosong, Albi tak segan meningkatkan kecepatan motornya, hingga ... sebuah mobil tiba-tiba muncul dengan kecepatan tinggi.

BRUKKK!!

Albi dan motornya terseret beberapa meter oleh mobil itu sampai mobil itu berhenti.

Pengendara mobil yang terkejut segera keluar dan meminta pertolongan kepada orang-orang di sekitar untuk membantunya mengeluarkan Albi yang berada di kolong mobil.

Albi yang masih sadar melihat sekitar dan menatap orang yang kini sedang berada di dekatnya.

"Mas, tolong saya," Albi menggenggam tangan pria itu.

"Iya, saya akan menolong kamu! Tunggu! Sebentar lagi ambulannya akan datang!"

"Saya tidak akan bertahan." ucap Albi lirih.

"Jangan bicara seperti itu. Bertahanlah!"

"Tolong jaga istri saya. Dia tidak punya siapa-siapa selain saya. Tolong lindungi dia. Tolong gantikan saya." setelahnya, Mata Albi terpejam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status