Share

BAB 4 - LAMARAN DI LUAR NALAR

Pagi harinya Khania yang tidak bisa tidur semalaman pun memutuskan untuk pergi ke pamakaman, tempat di mana semalam sang suami dimakamkan. Dia ingin menumpahkan rasa rindunya kepada sang suami lewat ziarah dan do'a.

Tiba di sebuah pemakaman Khania langsung saja keluar dari taxi setelah taxi itu berhenti. Dia berjalan menuju ke arah di mana makam suaminya berada. Tiba di depan makam Khania lalu duduk berjongkok di sebelah makam itu dan menangis, dia menumpahkan semua rasa yang ada di hatinya dengan menangis.

Namun saat Khania akan berdo'a. Khania terkejut kala ia mendengar suara seseorang dengan lantang di sebelahnya.

"Ayo kita menikah," ucap seseorang itu tepat di sebelah Khania,

Khania yang terkejut mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang sedang berbicara padanya.

"APA?!" teriak Khania pada lelaki yang menurut Khania tidak asing itu, dia seperti pernah melihat orang itu, tapi di mana? Khania lupa.

"Ayo kita menikah, Khania!" Lelaki itu mengulang kembali perkataannya kepada Khania yang sontak membuat Khania terkejut mendengarnya.

"Anda jangan bercanda ya! Suami saya baru saja meninggal, bahkan kuburannya saja masih basah dan belum kering! Anda meminta saya untuk menikah? Anda sudah gila?!" sahut Khania yang masih terduduk di sana tanpa ada niatan untuk bangkit dari duduknya, dia tidak akan meladeni orang yang tidak waras di sebelahnya ini.

"Saya serius Khania, saya tidak sedang bercanda! Ayo kita menikah," ucap lelaki itu sambil duduk berjongkok di sebelah Khania dan menatap Khania dengan wajah seriusnya.

"Anda orang tidak waras dari mana sih? Kabur dari RSJ ya? Dan lagi, dari mana anda tau nama saya?"

Khania melihat sekeliling tempat itu, dia takut kalau dia sedang terkena prank anak-anak jaman sekarang.

"Saya waras 100% Khania,"

Ucapan lelaki itu membuat Khania terjengkit kaget, saat ia teringat akan lelaki asing yang dia temui kemarin malam, di taman dekat pemakaman. Lelaki yang muncul secara tiba-tiba di hadapan Khania. Dengan penampilan aneh bin ajaibnya.

"Aah! Saya baru ingat. Anda itu yang kemarin bertemu saya di taman dekat pemakaman kan? Yang ngatain saya ODGJ?!" tanya Khania pada lelaki itu dan lelaki itu pun menganggukan kepalanya. "Pak lebih baik Anda pergi saja dari sini, saya sedang tidak mood buat bercanda."

Khania melihat sekilas lelaki itu.

Khania lalu kembali memfokuskan diri ke depan makam, ia akan melanjutkan berdo'anya yang sempat terhenti karena ulah lelaki aneh bin ajaib di sebelahnya ini.

"Saya tidak bercanda Khania! Saya serius mengajak kamu menikah, karena itu pesan terakhir yang suami kamu katakan kepada saya! Dia meminta saya untuk menjaga dan melindungi kamu dengan cara saya harus menikah sama kamu," jawab lelaki itu yang sukses membuat Khania menghentikan do'anya. Dan langsung menatap tak percaya pada lelaki di sebelahnya.

"Dan anda pikir saya akan percaya dengan kata-kata anda?" balas Khania.

"Kamu harus percaya Khania, karena apa yang saya ucapkan ini benar adanya! Saya tidak sedang berbohong karena itu yang suami kamu ucapkan kepada saya, kalau kamu tidak percaya...," lelaki itu merogoh jasnya dan mengeluarkan sebuah ponsel dari sana dan menyodorkan ponsel itu pada Khania, "Kamu lihat aja sendiri buktinya."

Khania yang penasaran pun mengambil ponsel itu dan melihat apa yang ada di dalamnya, Khania terkejut saat ia melihat sebuah Vidio, Albi yang berlumuran darah.

Khania dengan segera menekan tombol play dan dia sangat syok, saat melihat apa yang ada di dalam ponsel itu. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Khania menangis, saat dia melihat Albi yang sedang berbicara kepada seorang lelaki yang sedang memangku Albi dan menggenggam tangannya. Fokus Khania bukan pada pembicaraan Albi, namun lebih kepada kondisi Albi yang menurut Khania sangat memilukan dan menyayat hati Khania yang melihatnya.

Khania yang tidak sanggup untuk melihat lagi, langsung saja mengembalikan ponsel itu pada orang di sebelahnya.

"Gimana? Kamu sekarang percaya kan kalau saya itu tidak berbohong!" tanya lelaki itu.

"Iya! saya sekarang percaya dengan anda. Tapi bisa gak anda mengatakan semua itu nanti? Jangan sekarang di saat saya masih berduka! Otak anda di simpan di mana sih sampai anda tidak bisa mlihat sikon?!"

Khania memutuskan untuk pergi dari sana karena dia sudah tidak mood lagi untuk berada di sana.

"Otak saya di simpan di kepala saya lah! Ya... saya kira, saya itu harus segera menikahi kamu, agar saya bisa menjaga dan melindungi kamu," ucap lelaki itu tanpa beban.

Lagi-lagi ucapan lelaki itu sukses membuat Khania naik darah dan ia menghentikan langkahnya dan berbalik.

Khania menatap lelaki itu dengan tatapan nyalang. "Ck, menjaga dan melindungi itu tidak harus dengan menikah juga kan? Lagian mana ada sih orang yang melamar di kuburan! Dan juga gak sehari setelah kematian suami saya juga kali. Ya ampun. Kenapa bisa suami saya menitipkan saya pada orang seperti anda."

Khania sangat kesal dengan lelaki yang berada di hadapannya itu.

Khania lalu membalikan badannya lagi dan melangkahkan kembali kakinya untuk pergi meninggalkan pemakaman itu.

Lelaki itu pun masih setia mengikuti Khania di belakangnya. "Jadi gimana? Kalau nanti saya melamar kamu lagi di tempat yang romantis! Kamu mau terima saya?"

Khania tidak menjawab ocehan lelaki tersebut, dia terus saja melangkah tanpa menghiraukan ucapan lelaki yang Khania anggap aneh bin ajaib itu.

Khania yang terus saja berjalan dan akan menyebrang, tidak melihat kalau ada sepeda motor yang mengarah kepadanya.

Beruntungnya Efgan lelaki yang baru saja melamar Khania sekaligus orang yang diberi amanah oleh Albi, langsung dengan sigap menarik tangan Khania sampai mereka terjatuh ke tepi jalan.

Khania sangat terkejut, dia membolakan matanya saat dia menyadari kalau bibirnya mendarat di tempat yang tidak semestinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status