Share

2. Sudah Dilamar

Penulis: Edyt Rifa'i
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-23 20:58:47

"... Mas selalu ingin menyentuhmu."

"Mas ...?" Anye, speechless.

"Ehm eghm ...!" Lukman Bagaskara berdeham, menyadari dirinya bagai nyamuk di antara kedua cucu kesayangannya. "Mungkin sebaiknya kalian bicara dari hati ke hati dulu berdua saja ...."

"No Opa!" Anjas mencegah kakeknya pergi. "Anjas gak mau berduaan saja sama Anye! Iman ini sangatlah tipis, itu juga alasan kenapa aku memilih untuk tinggal di luar mansion, aku sadar betul dengan kelemahanku ini." Anjas menatap Anye yang tampak salah tingkah. Begitu juga dengan dirinya sendiri.

"Opa akan tetap memberi ruang pada kalian untuk bicara berdua, pintu itu akan Opa biarkan terbuka. Masa iya kamu berani macem-macemin Anye dalam keadaan pintu terbuka begitu?" Lelaki tua itu memamerkan smirk-nya sembari meninggalkan perpustakaan yang ia jadikan ruang pertemuan dengan kedua cucunya itu.

Sepeninggal Lukman, Anjas memfokuskan perhatian pada entitas yang selama ini telah berkali-kali memenangkan hatinya.

"Nye, beneran kamu sekarang sudah punya kekasih?" tanya Anjas memastikan.

Anye mengangguk pelan. Ia memilih untuk membuang tatapan ke luar jendela. Sungguh gadis itu tak sanggup untuk beradu tatap dengan pemuda yang pernah begitu merajai hatinya.

"Pacar lama kamu?" Anjas kembali bertanya.

Anye menggeleng. Tentu bukan Andromeda ataupun Benji, dua pria yang pernah begitu getol mengetuk pintu hatinya di masa sekolahnya dulu.

"Apa dia jauh lebih baik dari aku?"

Anye menghela napasnya. Sampai kapan pun gadis itu meyakini Anjas adalah sosok yang paling mampu memporakporandakan hatinya sekaligus menjelma oase di padang pasir di satu waktu yang bersamaan.

"Jawab, Nye! Katakan, Mas harus bagaimana agar bisa memenangkan hati kamu?" Lembut Anjas membujuk

Seraya merapikan helaian rambut, sang gadis menyelipkannya di balik telinga berhias anting mungil bertahta permata. "Jangan memaksa Mas, kamu sendiri yang memilih untuk menjauhiku. Aku cukup tahu diri kok, kalau aku gak termasuk dalam kriteria gadis idaman kamu itu.

Aku gak ada apa-apanya dibandingkan Mbak Yasmin yang selalu setia berada di sisimu sejak kalian masih mengenakan putih abu-abu."

"Kok, jadi ngomongin Yasmin?" Anjas tidak terima. Di saat ia tengah berbicara tentang dirinya dan Anye, malah dialihkan dengan bahasan tentang orang lain.

"Sudah ya, Mas. Cukup jelas alasanku menolak perjodohan kita. Itu karena aku gak mau Mas menderita hidup bersamaku sementara hatimu tertawan ntah di mana ...."

"Astaghfirullah Anye, satu-satunya alasan Mas menjauhi kamu, itu karena kamu belum halal bagi Mas. Sementara Mas sendiri gak yakin dapat mengendalikan diri kalau berada di dekatmu.

Kamu itu seperti magnet bagi Mas. Kamu pikir saat ini Mas tidak tersiksa karena kedua tangan ini begitu ingin merengkuh tubuhmu seperti dulu ...? "

"Lalu kenapa Mas gak memelukku seperti dulu lagi? Kenapa Mas juga seolah gak ngizinin aku menyentuh Mas? Aku juga tersiksa, Mas.

Aku juga rindu masa-masa kamu begitu manis menggendongku, membelai rambutku dalam pangkuanmu, memijat kepala hingga ujung kakiku, bahkan ngeramasi rambut hingga menggosok punggungku."

Anjas tergamang mendengar penuturan Anye.

"Mas, aku juga kangen banget! Kangen saat terlelap dalam hangat pelukmu. Kangen tenggelam dalam tatapan matamu. Kamu ngerasa gak sih, sudah tega banget sama aku??"

Anjas menautkan kedua alisnya bingung. 'Tega? Maksudnya?'

"Kamu buat aku bertahun-tahun merasa dicampakkan begitu aja. Aku kayak gak ada arti lagi, seolah gak pernah ada kenangan indah di antara kita. Aku sakit hati, Mas!" Anyelir menatap nanar ke arah Anjasmara dengan deraian air mata membasahi pipinya.

Anjas bergeming.

Hanya Tuhan yang tahu betapa ia sangat ingin memeluk tubuh harum Anye yang memapar penciumannya dengan sangat intens.

Jarak yang kian terkikis seolah menggerus kewarasan Anjas untuk merengkuh tubuh indah berbalut floral dress putih yang kini bersandar pasrah pada sudut sofa menanti ledakan kerinduan dibayar tuntas.

Namun, di detik berikutnya Anjas segera menarik diri, menjauh sebelum bibirnya mendarat di permukaan bibir Anye yang merekah sensual nyaris meruntuhkan pertahanan dirinya.

"Astagfirullah ...," lirihnya berujar sembari membuang tatapan dan memijat pelipis dengan frustrasi.

Anye menatap aneh ke arah Anjas. Mengapa pria itu tiba-tiba beristighfar?

"Nye, izinkan Mas menghalalkanmu lebih dulu." Anjas memohon.

Masih dengan deraian air mata gadis itu menggeleng lemah. Ia menyusut basah di wajah cantiknya dengan kasar.

"Maaf Mas, Kekasihku telah lebih dulu memintaku ...." Anye terisak kembali, gadis itu tak kuasa menyelesaikan kalimatnya.

Anjas mengepalkan jari jemarinya hingga buku-bukunya memutih.

"Jadi dia sudah melamar kamu, Nye? Apa Papi kamu sudah mengetahuinya? Sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengannya hingga seyakin itu kamu menerima lamaran darinya?" cecar Anjas dengan perasaan kesal.

Gadis itu membuang tatapannya, mengelak dari sorot tajam yang kini tengah mengintimidasi sarat emosi jiwanya yang nyata lelah.

"Tentu papi tahu karena hanya dia yang setia menemani selama Mas mengabaikan aku," sahut Anye. "Tadi malam Mas Denis melamar di hadapan papi yang juga telah memberikan restunya," papar Anyelir yang menampar Anjas pada sebuah kenyataan pahit.

"Denis Sukma?" Anjas menguatkan hati dan bagai terhempas jatuh dari ketinggian menyaksikan jelita di hadapannya mengangguk membenarkan.

Anjas menghela napasnya dengan kasar. Dia mengenal Denis dengan baik, mereka sahabat sejak kecil. Ayahnya, Haris Sukma adalah tangan kanan Arya Bagaskara—papi Anye.

Flashback on

"Pak Arya, izinkan saya melamar Anyelir untuk menjadi istri saya.

Hati saya sudah mantap dengan keputusan itu, saya mohon restu dari Anda," pinta Denis yang telah mempersiapkan sebuah cincin untuk mengikat Anyelir sebelum memasuki gerbang pernikahan yang tinggal selangkah saja lagi.

"Saya menyerahkan keputusan ini pada putri saya. Anye, putuskanlah karena ke depannya kalian yang akan menjalaninya," tutur Arya menanggapi lamaran dari putra asisten pribadinya.

Sejujurnya hati Anye galau. Dia memang sangat ingin dilamar oleh seseorang.

Akan tetapi ....

"Bisa beri Anye waktu, Mas Den? Maaf, Anye gak bisa putuskan saat ini juga." Anye memohon pengertian.

Sungguh ia tak ingin menyesal di belakang hari untuk sebuah keputusan yang diambil tanpa pertimbangan yang matang.

"Kita saling mencintai, Nye!" Tegas Denis yang membaca kebimbangan dari sorot mata kekasihnya.

Anye melayangkan tatapan ke ayahnya. Cinta pertama Anye itu membuka lebar kedua belah telapak tangannya, pertanda ia akan mendukung apa pun keputusan yang akan Anye katakan.

"Mas Den, terima kasih untuk selalu sabar berada di sisi Anye beberapa tahun terakhir ini.

Papi, terima kasih telah mendekatkan Anye pada lelaki baik yang begitu hangat memanjakan hingga hanya kebahagiaan yang Anye rasakan kala berada di sisi Mas Den. Tapi, untuk mengambil keputusan besar ini, Anye merasa butuh waktu.

Mas Anjas pernah menyebut tentang shalat istikharah, izinkan Anye melakukannya terlebih dahulu." Anye menundukkan pandangannya, menghindari tatapan Denis yang mengintimidasi.

"Anjasmara Prasetya, sepupu kamu? Dia teman dekat sepupuku sejak SMA—Adinda Yasmin Anindya."

Anye menganggukkan kepalanya, mengarahkan tatapan pada manik mata sang kekasih.

"Apa mereka sedekat itu?"

"Yang kutahu mereka selalu kemana-mana bersama. Bahkan dinas keluar kota pun nyaris tak pernah Yasmin absen mendampinginya." Denis mengatakan apa adanya yang ia ketahui.

Mata Anyelir perlahan berkaca-kaca.

Perih.

Ada luka yang tak berdarah menganga di hati Anye.

"Kamu butuh waktu berapa lama untuk menjawab lamaran dariku, Anye?"

Pemuda itu kembali bertanya dengan suara yang ditekan serendah mungkin. Tatapan teduhnya meluluhkan Anye yang sesaat lalu sempat digelayuti mendung keresahan .

"Anye putuskan malam ini saja, Mas Den. Sekarang atau nanti, toh jawabannya akan sama ... Anye bersedia menjadi istri Mas Den."

Flashback off

TBC

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jodoh Wasiat Kakek   86. Identitas Anjas

    Rosana tak kuasa menahan luapan emosi yang telah ia tahan selama dua pekan terakhir ini. Mendapati kenyataan sang suami pernah menduakannya telah benar-benar menguji kewarasan wanita yang sebagian rambutnya telah memutih itu.Kenyataan yang membuatnya merasakan kesakitan yang teramat sangat tentu saja dikarenakan ia mengenal dengan sangat baik sosok wanita yang pernah menjadi orang ketiga di dalam rumah tangganya. Jangan dikira karena wanita itu telah tiada, lantas dapat dengan mudah menghapus segala rasa yang hadir pasca tersibaknya tabir kelam pers3l1ngkuh4n sang suami yang pernah teramat ia cintai. Tidak segampang itu dan Lukman Bagaskara menyadari pula hal tersebut. "Haruskah aku bersimpuh di kakimu, Rosana?" Lukman mengiba. Rosana membuang tatapannya ke luar jendela. Hatinya masih sangat panas, luka tak berdarah itu masih terasa begitu perih, Ia bahkan tak tahu lagi bagaimana cara meneduhkan luka bathin yang kerap kembali menganga setiap kali ia mengingat sosok Melati dan juga

  • Jodoh Wasiat Kakek   85. Peran Cadangan

    Anjas tak menyangka akan menuai penolakan dari sang ayah mertua.Padahal sebelum memutuskan akan membawa Anye ikut tinggal bersamanya di rumah dinas petani, Anjas telah mempertimbangkan matang-matang segala sesuatunya dari segala sisi.Dari sisi keamanan dan kenyamanan jelas rumah dinasnya lebih unggul, karena selain berada di tengah hamparan kebun sayur yang indah, pengamanan jelas sangat diutamakan mengingat mereka berada di tengah-tengah komoditi utama yang tentu saja sangat ketat dilindungi oleh sistem yang dirancang sedemikian rupa oleh Anjas dibantu semua staff yang ada di instalasi perkebunan hidroponik miliknya. Jangan ragukan kenyamanan yang telah Anjas persiapkan. Meski terlihat sederhana dari luar, sesungguhnya Anjas telah meng-upgrade banyak hal di rumah dinasnya menyesuaikan dengan kebutuhan pemulihan Anye. Semua itu ia persiapkan selama Anye berada dalam keadaan koma selama empat belas hari terakhir. "Papi apa pernah berkunjung ke rumah dinasku yang berada di pinggir k

  • Jodoh Wasiat Kakek   84. Izin Pulang

    Mata yang tadinya berkaca-kaca kini telah basah oleh air mata yang menggenang berselimut haru."T t tapi ... a a aku ... k k ka ki a a a ku ... kaki aku ...." Anye menggelengkan kepalanya sembari sebelah tangan menyentuh permukaan bibir menahan isakan yang pecah diwarnai kekalutan dan rasa hancur."Its okay, its no a big deal ... di mataku kamu sempurna, Sayangku ... ada atau tidak adanya pergelangan kakimu tidak mengubah sedikitpun rasa yang aku miliki padamu, bahkan menambah rasa sayang dan kekagumanku padamu karena telah memberanikan diri mengambil langkah demi mewujudkan hubungan kita yang semestinya, walau berakhir begini ... aku mohon, bersabarlah. Semua insyaa Allah akan baik-baik saja ke depannya. Trust me, kita hadapi semua sama-sama ya, Sayang." Anjas meraih telapak tangan Anye, dan menciumnya dengan lembut penuh kasih."Aku tidak mau lama-lama berada di sini, Mas," rengek Anye. Anjas tersenyum lembut sembari kembali menciumi tangan Anye yang masih berada di dalam genggam

  • Jodoh Wasiat Kakek   83. Anye Siuman

    Anjas tak bosan-bosannya berada di dekat sang istri terkasih. Berdoa tanpa jeda mengharap sang kekasih membuka mata dan kembali seperti sedia kala. Meski kini pergelangan kaki sebelah kiri Anye telah diamputasi, Anjas tak pernah mempermasalahkan itu. Kaki artificial untuk Anye bahkan telah dipesan oleh Arya Bagaskara untuk sang putri sematawayang kesayangan. Anjas tak mempermasalahkan ketidakhadiran Lukman Bagaskara, yang penting saat ini Anye telah berhasil ia halalkan, dinikahi secara sah dengan menggenggam tangan ayah kandung sang kekasih kala ijab kabul dilafadzkan. Anjas begitu bersyukur kini telah menjadi sosok suami bagi wanita yang paling ia inginkan dalam hidupnya. Wanita yang ia jaga sejak terlahir ke dunia, dibersamai dengan penuh kasih sayang hingga putik cinta bermekaran di hati keduanya. Anjas rutin membacakan ayat-ayat suci Al Qur'an saat berada di sisi Anye. Sesekali ia akan membisikkan kata-kata cinta dan pengharapan ke telinga sang dayita. "Baby, buka matanya

  • Jodoh Wasiat Kakek   82. Menikah di RS

    Anjas dan Arya saling menatap sarat kepedihan."Apakah memang tidak dapat dipertahankan saja? Aku khawatir Anyelir shock saat ia siuman nanti." Arya mencoba untuk bernegosiasi."Terlalu beresiko, Pak. Kami hanya ingin mengusahakan yang terbaik untuk keselamatan putri anda." Seorang dokter mencoba memberikan penjelasan pada Arya terkait sebelah kaki Anye yang memang tak dapat diselamatkan. "Segera nikahkan kami, Om, agar aku dapat turut merawat Anyelir," pinta Anjas. "Bagaimana kalau bertunangan saja dulu, Jas?" tawar Arya. Cepat Anjas menggeleng dengan tegas."Sebagai tunangan Anye aku belum halal untuk menyentuhnya, sementara ia sedang sakit, ia pasti membutuhkanku sebagai kakinya, tangannya, matanya dan segala yang ada pada dirinya.Tolong, OmKumohon mengertilah, Anye akan lebih cepat pulih dibawah perawatanku. Aku akan selalu ada untuknya.Aku akan membawanya tinggal bersamaku. Siang malam akan kami lewati bersama, aku yakin ia akan lebih bahagia kala mendapatiku saat membuka

  • Jodoh Wasiat Kakek   81. Restu Arya

    Anye segera dilarikan ke IGD rumah sakit terdekat. Anjas selalu setia mendampingi calon istrinya dan tak lupa menghubungi Arya untuk mengabarkan kondisi Anye. Arya tiba secepatnya ke tempat yang diberitahukan oleh Anjas. Kini keduanya sama-sama bergeming menanti kelanjutan kabar nasib orang yang mereka cintai."Pasien akan kita pindahkan ke ruang ICU, siapa di sini yang akan bertanggungjawab terkait administrasi dan lainnya?""Saya!""Saya!""Anye itu putri Om, Jas ... biar Om yang menanggung semua, lagi pula pengendara g1l4 yang melanggar putri Om sudah diringkus, Om tidak akan dengan mudah melepaskannya. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Anye putri Om satu-satunya, jantung hati Om!" Arya menegaskan posisinya pada sang calon menantu. Anjas mengangguk patuh."Kau berhutang penjelasan pada Om, apa yang kalian lakukan di apartemen itu? Kenapa Anye bisa mengalami kecelakaan yang membuat dia tak sadarkan diri di ICU saat ini?"Anjas menjelaskan dengan detail awal mula ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status