Share

Pelindung Aira

last update Huling Na-update: 2022-01-25 21:18:07

Sedetik pun tatapan Aira tak lepas dari wajah Shin yang sesekali meringis kala Pak Imam mengobati kepalanya. Aira menggigit bibir bawah, menyesal tak dapat berbuat apa-apa sekadar meringankan penderitaan sahabatnya itu. Aira menggeser duduk, tangannya terulur mengelap muka Shin menggunakan saputangan pemberian mendiang mamanya.

Setelah Pak Imam selesai memasang perban di kepala Shin, laki-laki paruh baya itu keluar menyisakan Shin dan Aira.

Aira tiba-tiba menahan napas dan mencengkeram erat tangan Shin saat dia melihat dua orang anak laki-laki yang melukai Shin memasuki panti. Aira takut mereka akan berbuat jahat seperti tadi. 

"Shin, mereka ada di sini," bisik Aira dengan nada mendesak ke telinga remaja lelaki itu. "Bagaimana jika mereka melukaimu lagi?" Jelas Aira tak hanya mencemaskan dirinya.

Dia cemas kalau anak-anak itu kembali mencari masalah. Anak perempuan secantik peri dalam cerita dongeng itu merapal doa dalam hati. Agar apa yang dia takutkan tidak terjadi. Sungguh, kejadian tadi nyaris merontokkan jantungnya.

Shin mencoba duduk dan mengabaikan rasa sakit yang mendera kepalanya. Dia menghadap Aira yang mendadak dada Shin sesak melihat jejak air mata di pipi mulus anak perempuan itu. 

"Aku akan menjagamu Aira," ujar Shin sungguh-sungguh.

"Tapi ... bagaimana kalau kau sampai terluka lagi?" kata Aira tanpa mengalihkan tatapannya pada kedua anak laki-laki yang sedang tertawa, duduk membelakangi mereka. Aira tidak pernah berada dalam situasi ini jadi dia sulit beradaptasi.

Shin mengulas senyum tipis. "Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja, Aira"

Aira memandang Shin heran. Apa telinganya tak salah dengar. Baik-baik saja bagaimana, sedangkan barusan Shin mendapatkan luka begitu. Dia tak ingin Shin mengorbankan diri lagi demi melindunginya.

Sudah cukup dia melihat remaja lelaki itu terluka. Aira tak tega jika ada orang lain yang terluka karenanya. Dia merasa tak seistimewa itu sehingga ada orang yang berkorban untuknya yang hanya yatim-piatu.

Aira menatap Shin lekat, dan yang dia dapati hanya kesungguhan di wajah remaja tampan itu.

Aira berpikir dan bertanya dalam hati mengapa Shin baik sekali padanya? Apakah seperti ini rasanya bila memiliki kakak laki-laki.

Pertanyaan itu berkelindan di kepala dan hanya terbenam di dalam sana. Aira beruntung dapat sahabat sebaik Shin, meskipun dia sedih karena telah dicampakkan keluarganya, setidaknya sekarang ada Shin bersamanya.

Aira menghela napas panjang dan membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, lalu berubah pikiran. Dia pun memilih bungkam.

Aira melihat Shin menguap. Dia memukul pelan kepalanya. Kenapa dia sampai lupa kalau Shin butuh istirahat. 

"Shin tidurlah. Nanti kuantarkan makan malammu."

Shin mengangguk. "Terima kasih."

Aira segera meninggalkan kamar Shin kembali ke kamarnya sendiri. Dia butuh mengganti baju dengan yang lebih bersih setelah baju yang dia kenakan kena darah Shin.

Ketika Mia muncul membawa sepotong bolu hangat di tangannya, anak perempuan itu langsung mendekati Aira.

"Bagaimana keadaan, Shin?" 

"Dia sedang istirahat," ujar Aira seraya menyisir rambut.

"Syukurlah." Mia mengembuskan napas lega. Dia khawatir jika sampai Shin meninggal. Tak ada lagi yang akan melindungi dirinya dan Aira, khususnya Aira.

"Ini kubawakan kue, makanlah. Setelah itu kita harus ke dapur untuk membantu menyiapkan makan malam," kata Mia.

Aira tak bertanya lagi langsung melahap sepotong kue bolu itu. Dia harus cepat-cepat agar ada waktu menemani Shin.

Saat Aira dan Mia tiba di aula, dua orang anak laki-laki yang melukai Shin sedang duduk berhadap-hadapan di kedua ujung meja makan panjang dan melempar-lemparkan remah-remah roti ke atas meja. 

Aira melotot ke arah mereka, tapi cepat-cepat Mia menarik lengannya menuju dapur. Jangan sampai timbul masalah lagi.

Di sebuah rumah mewah, seorang perempuan cantik sedang memeluk pigura dengan bahu berguncang. Sepuluh tahun sudah mendiang putranya pergi akibat kecelakaan saat mereka liburan di Bali. Sang anak meninggal terseret ombak.

Semangat perempuan itu terpuruk setelah kejadian nahas itu. Meskipun dia tersenyum dan tertawa, tapi di matanya ada kabut luka. 

Perempuan cantik itu meletakkan kembali pigura di tangannya ke atas lemari. 

"Mama kangen, Nak," gumamnya.

Dia berjalan menghampiri jendela. Teringat akan usulan suaminya sebulan lalu agar mengadopsi anak. Mungkin dengan adanya anak hari-harinya lebih bewarna. Begitu pendapat suaminya. Dia kembali memikirkan ide itu malam ini.

Aira berbaring dan berusaha melemaskan otot-otot tangan dan kakinya. Dia membayangkan mamanya sedang duduk di pinggir tempat tidur sambil membacakan buku cerita.

Memikirkan hal itu membuat mata Aira berembun. Dia teramat merindukan mama dan papanya.

Aira menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan lewat mulut.

Di sini tak ada siapapun yang bisa melindunginya, kecuali Shin. Aira menutup mulutnya berusaha agar suara tangisnya tak membangunkan yang lain. Terkadang dia ingin menyerah, tapi pesan orang tuanya bagai alarm baginya.

Mama dan papa ingin dia tumbuh dengan baik. Menjadi wanita

Salihah. Aira juga berpikir bahwa dia harus menjadi amal jariyah untuk mendiang ke dua orang tuanya. Hanya itu yang bisa dia lakukan sebagai wujud terima kasih atas jasa mama dan papa.

Aira mengusap air matanya menggunakan punggung tangan. Mendadak dia teringat sesuatu. Tuh, kan, dia lupa mengantarkan makan malam Shin. Buru-buru Aira turun dari tempat tidur.

Setengah berlari Aira ke dapur mengambil makanan. Semoga saja masih ada sisa makanan, batinnya.

"Shin, kau sudah tidur?" Aira mengetuk pintu kamar Shin berkali-kali.

Tak ada jawaban. Dia mulai dilanda rasa bersalah membuat Shin tertidur dengan perut lapar.

"Shin!"

Tak lama pintu terbuka. Shin berdiri dengan wajah pucat.

"Ini makan malammu. Maaf ... aku lupa." Aira meringis dan merasa bersalah. Dia tadi banyak berpikir sampai melupakan sahabatnya.

"Terima kasih." Shin mengambil piring dari tangan Aira lalu kembali masuk ke kamar.

"Cepat sembuh, Shin," kata Aira sebelum Shin menutup pintu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nelliya Azzahra
sedih ya Mbak
goodnovel comment avatar
Eka Suryati
Aira sayang kisahmu mengharu biru sekali
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Jodohku Dokter Tampan   Kencan Buta?

    Shin meletakkan pena di atas meja lalu menatap Alika. Dapat ia ilihat mata istrinya itu merah dan sedikit bengkak meskipun sudah ditutupi Alika dengan riasan tipis. Melihat keadaan Alika yang sedikit kacau Shin merasa bersalah namun yang paling mengejutkan adalah kata-kata yang baru saja wanita itu lontarkan kepadanya. Dengan begini Alika menempatkan ia pada posisi sulit. "Alika, kita akan membicarakan ini di rumah." Alika berdiri di seberang meja dengan meletakkan kedua tangan bertumpu pada sisi meja. "Aku sudah memikirkannya sejak semalam Shin dan aku tidak tahan untuk mengatakannya. Kamu tidak bisa kembali ke masa lalu bagaimanapun masa lalu sudah jauh tertinggal di belakang. Dan lihat aku! Akulah masa depanmu," ujar Alika dengan suara serak. Sungguh ia ingin menangis lagi dan lagi tetapi Alika tidak mau tampak lemah dan cengeng di depan Shin. Ia tidak mau menyerah dengan keadaan ini. Shin mengembuskan napas kasar lalu menundukkan kepala, tidak lagi menatap Alika. Karena ia ti

  • Jodohku Dokter Tampan   Kau Hanya Milikku!

    Pagi itu diawali dengan suasana canggung melingkupi Shin dan Alika setelah percakapan mereka semalam. Baik Shin maupun Alika tidak ada yang memulai obrolan terlebih dahulu sampai Shin pergi ke rumah sakit mereka masih belum bicara. Alika tidak tahu memulai, jadi ia membiarkan semuanya. Hatinya masih sakit dan itu ulah Shin.Alika pergi ke dapur, menyeduh teh dan membuat roti panggang. Ia sarapan seorang diri. Rasanya tidak menyenangkan seperti saat ia sarapan ditemani Shin. Alika ingin menangis lagi. Semalam ia hanya tidur tidak lebih dari dua jam. Lingkaran di bawah mata menunjukkan semua. Alika yang mendapatkan siff siang berdiam diri di rumah dengan tidak bersemangat."Kenapa semua jadi rumit?" Alika menyesap tehnya dengan pertanyaan yang banyak di kepala.Ia dilanda penasaran ingin tahu siapa gadis yang telah merebut hati suaminya. Bohong jika Alika tidak cemburu dan baik-baik saja. Ia dan Shin sudah terikat pernikahan secara agama maupun hukum. Ego Alika terpancing. Ia ingin me

  • Jodohku Dokter Tampan   Siapa Wanita Itu Shin?

    Malam Kian larut. Jam hampir menunjukkan tengah malam. Di luar baru saja turun hujan, menambah syahdu malam ini. Malam dingin, sedingin suasana hati Shin. Di ruang tamu, tercipta kecanggungan dan keheningan yang merambat antara Shin dan Alika. Untuk pertama kali dalam hidup mereka merasakan kecanggungan seperti ini, seolah-olah rasa canggung itu akan membunuh keduanya. Suasana ini sangat tidak nyaman. Bagaimana mungkin dua orang yang tinggal bersama selama tiga tahun tiba-tiba seperti orang asing yang baru saling mengenal hari ini. Alika menantikan apa yang akan disampaikan oleh Shin dengan dada bertalu-talu. Tidak biasanya Shin mengajaknya bicara seserius ini, kecuali ketika pemuda itu melamarnya. Hanya saat itu saja. Melihat dari gelagatnya, Alika menebak jika apa yang akan disampaikan Shin kali ini adalah sesuatu yang serius sehingga suaminya itu tidak dapat menunggu sampai esok hari. Padahal dari raut wajahnya jelas sekali Shin kelelahan Di tengah rasa penasarannya itu Alika be

  • Jodohku Dokter Tampan   Aku Tidak Siap Kehilangan

    Aira nyaris tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Bisakah Shin mengulangi lagi? Sehari ini ia sudah terkejut beberapa kali. Shin benar-benar tidak memberikan ia kesempatan untuk pulih dari keterkejutannya.Bagaimana Shin bisa memintanya untuk menikah, sedangkan Aira tahu sekali bahwa pemuda itu telah memiliki seorang istri.Apakah Shin sedang mempermainkan perasaannya? Mencoba memberikan penghiburan?"Hentikan leluconmu itu, Shin," ujar Aira setelah ia bisa menguasai diri. Ini lelucon yang sangat tidak lucu."Saya tidak pernah bercanda dengan perasaan saya Aira. Mari kita menikah." Sekali lagi Shin menegaskan pernyataannya barusan.Aira terperangah, bagaimana ini mungkin. Apakah yang akan Shin lakukan. Menceraikan istrinya dan menikahi ia, begitu? Pikirannya itu membuat perut Aira mual. Ia memang mencintai Shin tetapi ia tidak sejahat itu merusak rumah tangga yang sudah dibina oleh dokter itu selama ini. Cintanya kepada Shin murni.Apa yang pemuda itu pikirkan sekarang? Jika Aira

  • Jodohku Dokter Tampan   Aira, Mari Kita Menikah

    "Sudahlah Shin. Hentikan semua ini. Percuma kita membahasnya sekarang. Sudah sangat terlambat. Bagaimanapun sekarang kamu sudah menikah, dan aku harus terus melanjutkan hidup ini."Aira mennyeja air mata dan mencoba berdiri. Ia tidak menatap Shin. Untuk kesekian kali hatinya patah. Shin yang berdiri di hadapannya saat ini memang orang yang sama yang ia cintai, tetapi bukan seseorang yang bisa ia miliki.Cintanya kepada Shin,tidak didukung oleh takdir. Yang terbaik bagi ia sekarang adalah melupakan pemuda itu."Pergilah Shin, pergi dan kembalilah kepada istrimu."Aira ingin beranjak masuk rumah, tetapi Shin dengan cepat meraih pergelangan tangannya. Aira sontak terkejut lalu berbalik. Shin sedang menatapnya dengan mata merah."Lepaskan Shin! " desis Aira. Ia menatap pergelangan tangannya dan Shin secara bergantian."Saya belum selesai bicara Aira. Meski terlambat tapi saya ingin mengatakannya sekarang."Shin menatap Aira dengan sorot penuh permohonan. "Saya mohon sebentar saja."Aira m

  • Jodohku Dokter Tampan   Kamu Tidak Tahu Bagaimana Aku Berharap Setiap Hari

    Shin dan Aira masih berdiri berhadap-hadapan. Dua orang berbeda gender itu sibuk dengan pikiran masing-masing. Namun yang paling dirasakan oleh Aira adalah keterkejutan. Saat ini Shin ingin sekali memeluk dan menyatakan cintanya kepada Aira. Rasa yang ia pendam selama bertahun-tahun. Shin selalu ingin melakukan itu, tetapi pemikiran rasionalnya selalu menang. Ia tidak akan membiarkan perasaannya menghancurkan semua. Untuk Aira dan juga Alika. Shin sangat menyadari jika saat ini istrinya adalah Alika, namun tidak dengan cintanya. Waktu dan keadaan tidak akan bisa menghapus cintanya kepada Aira. Tidak akan pernah sebab nama Aira seperti tato di hatinya. Meski Shin hilang ingatan, namun jauh di lubuk hatinya, ia merasa bahwa ada hilang dari dirinya. Rasa itu telah menyiksanya sekian tahun tanpa ia tahu penyebabnya. Sekarang ia telah menemukan jawaban atas pertanyaannya itu. Ternyata itu adalah Aira. "Shin darimana kamu tahu rumah aku?" Akhirnya Aira bertanya. Rasanya ia akan mati kar

  • Jodohku Dokter Tampan   Apa Shin Berselingkuh

    Alika meraba tempat tidur, dan ia tidak merasakan Shin. Dengan memaksa membuka mata, ia pun benar-benar tidak mendapati suaminya di sampingnya. Kemana perginya Shin? Apa ke kamar mandi.Alika Kembali memejamkan mata, tetapi ia merasa tidak tenang. Akhirnya Alika bangun dengan masih menahan kantuk. Dilihatnya Shin tidak ada di kamar mandi. Alika menyalakan lampu kamar, melihat sekeliling ruangan, Shin tidak ada di sudut mana pun. Alika meninggalkan kamar. Saat tiba di ruang tamu, tempat itu terang.Baru saja Alika hendak menghampiri suaminya, ia mendengar Shin menggumamkan nama seseorang.Alika tidak ingin mempercayai apa yang barusan ia dengar. Ia pun kembali ke kamar. Alika menjatuhkan tubuh ke atas kasur, tanpa bisa ia cegah air mata menuruni pipi mulusnya begitu deras."Siapa wanita yang kamu rindukan itu, Shin?" tanya Alika pada dirinya sendiri. Apa Shin telah berselingkuh darinya? "Jangan lakukan itu, Shin. Aku mohon," lirihnya menyayat hati.Membayangkan hal itu terjadi, hati

  • Jodohku Dokter Tampan   Maafkan Aku

    Hampir satu jam lamanya Alika menangis di kamar mandi seorang diri sambil memegang secarik kertas. Dokter cantik itu benar-benar terpukul dan sedih. Ia merasa hidupnya berada di titik terendah. Tidak pernah sebelumnya Alika merasakan perasaan kecewa sedemikian dalam. Hingga rasanya semangat hidupnya tercabut begitu saja.Bayangan buruk tentang masa depan tak ayal menambah ketakutan Alika. Mengapa ia harus menanggung semua ini. Ia tidak pernah menyangka jika dirinya sedang digerogoti penyakit berbahaya seperti ini.Hal yang paling Alika takutkan adalah ia tidak bisa memberikan Shin keturunan. Sedangkan ibu mertuanya hanya memberi waktu satu tahun untuk ia bisa melahirkan anak darah daging Shin. Sementara itu, Alika harus fokus kepada pengobatan kanker payudara yang telah merenggut kebahagiaan dan semangat hidupnya."Al, kamu di dalam."Mendengar suara Shin, buru-buru Alika menghentikan tangisan. Ia mencuci wajahnya, berusaha menyembunyikan jika ia baru saja menangis lama. Alika tidak m

  • Jodohku Dokter Tampan   Obat Paling Mujarab

    Shin membawa Alika ke rumah sakit. Melihat wajah pucat dan berkeringat sang istri tak pelak membuat Shin khawatir. Alika itu jarang sakit dan tidak mudah mengeluh. Jadi jika ia sampai meringis seperti ini itu pasti sakit yang serius.Sementara itu, Alika yang sudah mendapatkan tindakan merasa lebih baik. Sudah tidak sesakit tadi. Dokter mengatakan nanti akan diperiksa lebih lanjut. Untuk sementara ini cukup diresepkan obat pereda rasa sakit."Makasih, Dok.""Sama-sama, Al. Besok kita periksa lanjutan," ujar dokter Iwan, dokter senior di rumah sakit ini. Rumah sakit yang tak lain milik keluarga Alika."Apa sakitnya ini serius?" Dokter Iwan tersenyum. "Besok kita lihat hasilnya ya. Sekarang kamu jangan berpikiran yang macem-macem dulu.""Oh, baiklah, Dok. Permisi.""Iya, Al. Hati-hati."Alika meninggalkan ruangan Dokter Iwan. Di luar Shin dengan setia menunggunya. Ketika melihat Shin, senyum Alika merekah. Ia merasa senang karena Shin ada di dekatnya saat dibutuhkan seperti ini. Shin s

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status