Share

Bab 5

Author: Vyra Fame
last update Last Updated: 2022-09-02 11:36:41

KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU

BAB 5

"Oke nanti malam kita kasih tau sama Papi soal ini ya?" Fahri mengangguk mantap sembari tersenyum yang disusul Fiona yang juga menarik kedua sudut bibirnya secara sempurna. 

***

"Pi! Fio mau ngomong sebentar sama Papi." Ibra mengernyitkan dahinya dan mengalihkan pandangan dari ponsel yang sedang dipegangnya ke wajah Fiona. 

Ibra membuka kacamata yang bertengger di hidung mancungnya dan bertanya pada Fiona. "Ada apa? Serius amat kelihatannya?"

"Ya serius lah, Pi, kalau enggak ya gak mungkin wajahku seperti ini," jawab Fiona sedikit ketus namun tetap ia tahan. Bagaimanapun Fiona masih sangat takut dengan Ibra karena hidup dan masa depannya benar-benar ada di tangan Ibra. Fiona memang anak Ibra satu-satunya tapi segala sesuatunya tetaplah atas persetujuan Ibra. Sekalipun itu masalah keuangan maupun perusahaan Ibra tidak pernah membiarkan Fiona memutuskannya sendirian. 

Entah kenapa Ibra selalu menganggap Fiona itu masih gadis kecilnya yang apa-apa selalu membutuhkan bantuannya. 

"Yaudah ngomong aja. Papi pasti dengerin kok." 

"Ya enggak di sini juga kali, Pi."

"Terus mau di mana? Memangnya sepenting apa? Kan sama saja mau di sini atau di manapun?"

"Di ruang keluarga, Pi, aku sama Mas Fahri yang mau ngomong. Bukan hanya aku saja." Lagi-lagi Ibra mengerutkan dahinya sebab terheran dengan pernyataan Fiona. 

"Sama Fahri juga? Ada apa sih? Bikin papi penasaran aja kalian ini."

"Yaudah ayo dulu nanti juga Papi tahu kok."

Akhirnya Ibra menuruti ucapan sang anak dan ia pun berjalan di belakang Fiona mengekori wanita itu hingga kini keduanya sudah sampai di ruang keluarga. Dan nyatanya di ruang itu Fahri sudah menunggu keduanya dengan kedua tangan yang saling bertaut. Sebenarnya Fahri takut juga untuk mengatakan kebenarannya. Ah, maksudnya fitnah murahan yang akan dia lakukan terhadap Ayra. Karena dia teringat dengan ucapan Ibra saat di pesta pernikahan kemarin kalau Ibra akan mencincangnya jika tahu Fahri berbohong soal istrinya yang sudah meninggal.

Akan tetapi, Fahri juga tidak mau kalau sampai Ayra benar-benar masuk ke dalam keluarga itu dan menjadi ibu mertua tirinya. Hah, sangat tidak masuk di akal Fahri perihal Ayra yang sangat nekat menggaet bapak mertuanya itu. Dan kalau sampai semua itu terjadi bisa hancurlah sudah harapannya untuk menumpang hidup senang bersama Fiona. 

Apalagi tujuannya kalau bukan untuk itu? Tentu saja harta lah jawabannya. 

"Ekhem." Ibra berdehem saat melihat Fahri yang tengah melamun. Fahri yang tersadar dari lamunannya pun lantas berdiri dan menganggukkan kepalanya pada Ibra. Bagaimanapun Fahri tidak ingin Ibra ilfeel terhadapnya dan justru menendang dirinya sebagai menantu di keluarga itu. Pasalnya, Fahri dan Fiona belum memiliki surat nikah resmi. 

Yah, benar sekali, Fahri dan Fiona memang kemarin itu masih menikah siri. Pesta pernikahan itu juga Fiona yang memaksa Ibra untuk membuatnya padahal Ibra hanya menginginkan acara yang biasa saja sebab baru menikah siri. 

Kenapa Ibra hanya memberi restu untuk menikah siri? Sebab Ibra ingin melihat terlebih dahulu bagaimana sosok Fahri ini. Karena Ibra pun belum terlalu mengenal Fahri. Entah kenapa Ibra merasa kurang sreg sebenarnya terhadap Fahri tapi karena Fiona memaksa alhasil Ibra menyetujuinya dengan syarat menikah siri terlebih dahulu. 

Sebab ada yang ingin Ibra tes dari Fahri sebelum akhirnya keduanya menikah secara resmi dan Fahri lah yang nantinya akan meneruskan perusahaan itu sebab hanya dialah satu-satunya menanti di keluarga Ibra. 

"Pi, mari duduk," ucap Fahri dengan canggung. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak perihal apa yang akan disampaikannya nanti. 

"Hemm." Ibra pun mendaratkan tubuhnya di atas sofa empuk berwarna cream itu. Sedangkan Fiona sudah duduk manis di samping Fahri yang juga baru saja mendaratkan tubuhnya di sana. 

"Jadi, ada apa kalian meminta Papi untuk duduk di sini? Katakanlah karena Papi masih banyak pekerjaan."

Fahri menyenggol pelan lengan Fiona agar perempuan itu segera mengatakannya. Fiona yang paham pun ia segera membuka suara untuk mengatakan apa yang menjadi tujuannya dengan Fahri. 

"Jadi, sebenarnya aku mau kasih tau ini sama Papi." Fiona mengeluarkan ponsel milik Fahri yang di dalamnya terdapat foto prewedding mereka dulu. 

Dalam foto itu terdapat Ayra yang tersenyum manis dan tampak ceria sembari menggenggam tangan Fahri dari belakang. 

Pose itu memang diatur sedemikian  rupa oleh photographer pilihan mereka agar hasilnya memang terlihat kekinian. 

Fahri yang mengenakan kemeja berwarna putih sedang membelakangi Ayra dan tangan sebelah kanannya yang digenggam oleh Ayra dari belakang. Ayra mengenakan dress berwarna navy tampak sangat manis dan cantik. Kulitnya yang putih memakai baju berwarna gelap itu membuat Ayra tambah cantik. 

Lalu, pose kedua di mana Ayra yang memeluk Fahri dari belakang. Dengan tangan Fahri yang menggenggam tangan Ayra yang melingkari pinggang Fahri. 

"Ini bukannya Ayra? Kok bisa sama kamu Fahri?" tanya Ibra seketika sesaat setelah melihat foto itu. 

"Ya inilah alasan aku gak setuju Papi sama Ayra. Karena apa? Karena dia itu bukan perempuan baik-baik, Pi. Dia itu hanya mau memanfaatkan Papi saja."

"Tunggu dulu, tunggu dulu. Ini maksudnya gimana sih? Kamu manggil Papi ke sini buat nunjukin foto-foto ini dan kamu ingin meminta Papi membatalkan rencana Papi melamar Ayra. Begitu?" tanya Ibra memastikan ucapan Fiona tadi. Fiona pun mengangguk cepat dengan kedua sudut bibirnya yang ia tarik ke atas. 

"Laku, kamu pikir apa Papi setuju?" 

"Harus dong. Papi lihat sendiri kan bagaimana dia ingin terlihat dekat dengan Mas Fahri. Dari situ saja sudah kelihatan kalau Ayra itu hanya memanfaatkan Papi. Ayra itu belum bisa move on dari Mas Fahri."

"Move on? Maksud kamu Ayra dan Fahri pernah memiliki hubungan gitu?" tanya Ibra lagi yang masih belum mengerti apa yang dimaksud oleh anaknya itu. 

"Ck! Papi gak paham-paham sih."

"Ya habisnya kamu ngomongnya separo-separo begitu sih. Jadi kan Papi gak paham."

"Ya iya, Pi, Ayra ini ngejar-ngejar Mas Fahri tapi sayangnya Mas Fahri gak suka sama dia dan Mas Fahri lebih memilih aku. Makanya aku sangat yakin kalau dia sengaja deketin Papi karena dia ada maksud. Dia ingin balas dendam sama aku dan Mas Fahri karena cintanya ditolak itu," ucap Fiona dengan mantap. Seolah-olah dia adalah sales yang sedang meyakinkan calon pembelinya agar tidak ragu untuk membeli produk uang is jual. 

"Tapi sayangnya Papi lihat suamimu seperti tidak terpaksa melakukan itu tuh?" 

Satu kata, pias! Itulah yang terjadi pada Fahri dan Fiona. Nyatanya ucapan Ibra membuat senyuman di bibir Fiona dan Fahri kembali ke bentuk asalnya yang awalnya tadi sempat mengembang. 

"M-maksud Papi apa?" 

"Ya maksud Papi, Papi lihatnya justru mereka seperti sedang melakukan prewedding tuh  bukan seperti yang kamu bilang kalau Fahri seperti terpaksa. Tapi di foto itu menggambarkan kalau suami kamu dan Ayra terlihat saling mencintai. Oh atau jangan-jangan Fahri ini mantan suami Ayra yang dia pernah ceritakan sama Papi kalau pergi sama pelakor. Jadi, pelakor yang Ayra maksud itu adalah kamu?" 

"M-maksud Papi? Mana mungkin aku dan Ayra pernah menjadi suami Ayra, Pi. Bahkan kalau dibandingkan Fiona, Ayrw itu kalah jauh, Pi. Jadi mana mungkin aku menikah dengannya. Mantan istriku benar sudah meninggal kok, Pi," sanggah Fahri dan Fiona justru gelisah di posisinya. Akan tetapi, ia sedikit mengulas senyum saat Fahri mengatakan dirinya lebih baik daripada Ayra. 

"Ya kalau memang seperti itu seharusnya biasa saja dong. Kenapa gugup? Ingat ya, ucapan dan perkataan mungkin bisa bohong tapi sayangnya gerak tubuh tidak pernah bohong. Apa kalian kira dengan berbicara seperti ini pada Papi lantas Papi langsung mempercayainya? Menurut Papi trik ini cukup murahan. 

Dan kamu Fahri, apa tidak mikir kalau kamu justru membuka kedokmu sendiri? Papi tahu kalau bodoh itu gratis tapi ya jangan juga kamu borong semua kan? Jadi kelihatan konyol kakian ini. Hahahaha." Ibra pun berdiri dari posisinya dan ia berniat meninggalkan Fahri dan juga Fiona yang masih terpaku di tempatnya karena nyatanya usaha mereka kali ini gagal. Malah yang ada justru kedua nya sedang membongkar rahasia mereka dari Ibra tanpa mereka sadari. 

"Oh iya, jangan gugup jangan takut jangan suudzon. Pwpi mengatakan hal itu hanya menebak saja karena Papi juga belum tahu semua kebenarannya. Dan seperti katamu kemarin Fio, kalau Papi memang terlalu cepat mengambil keputusan untuk menikahi Ayra. Oh yang perlu kamu tahu Papi memang akan melamar Ayra lusa tepi Papi mash menundanya untuk segera menikah karena Ayra pun masih dalam masa iddah. 

Jadi, kalian masih punya waktu untuk melanjutkan bualan kalian itu. Dan kalau benar saja kamu lah mantan suami Ayra dan kamu sebagai pelakor? Satu ucapan untuk kalian. Tiada maaf dariku untuk kalian berdua!" ucap Ibra penuh penekanan pada kalimatnya yang membuat Fiona dan Fahri terdiam seribu bahasa. 

Setelah mengatakan itu Ibra pun pergi meninggalkan Fiona dan juga Fahri yang wajahnya sudah memucat dan memutih seputih dempul rumah tetangga. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   penyesalan Fahri (ending)

    Ayra beranjak dari tempat duduknya, menghampiri wanita itu, lalu memeluknya. Ia berusaha penuh untuk membuat Fiona nyaman saat berada di keluarga ini. Ibra yang melihat pemandangan itu pun ikut bahagia. Ia senang karena Fiona sudah menyadari kekeliruannya dan berjanji untuk memperbaiki diri. “Fiona.” Panggil Ibra. “Iya?” “Kamu boleh tinggal di sini lagi jika berkenan,” tukas Ibra tulus. “Benarkah?” Fiona menatap tak percaya. Ini seperti sebuah kemustahilan. “Tentu saja. Karena kamu masih anak angkatku,” sahut Ibra seraya menganggukkan kepala. “Terima kasih, Papi.” Keesokan paginya, mereka semua bersiap-siap untuk pergi ke Rumah Sakit jiwa di mana bapak kandung Fiona berada. Sesampainya di sana, Fiona terlihat sedih melihat kondisi bapaknya yang masih dalam proses penyembuhan. Ibra menepuk pundak Fiona. “Sudah, jangan menangis lagi. Doakan yang terbaik untuk bapakmu.” “Iya, Papi. Aku hanya ingin bapakku sembuh. Itu saja.” Fiona menghapus air matanya. Di lain sisi, saat Fiona

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   penyesalan Fiona

    Kini Fiona berada di depan rumah Ayra dan Ibra. Wanita itu terlihat sangat gugup dan juga malu. Cemas jika permintaan maafnya tidak diterima. Ya, memang kesalahannya begitu besar. Jadi, wajar saja bila nantinya Ayra dan Ibra tidak memberikan pintu maaf tersebut kepada dirinya. Fiona juga hanya bisa pasrah jika hal demikian sampai terjadi. Dia tak akan marah apalagi sakit hati untuk respons yang akan diterima. Fiona mencoba menghilangkan rasa gugup dan cemasnya sebelum mengetuk pintu rumah Ayra dan Ibra. Ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Fiona lakukan berulang kali sampai sudah merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Walaupun permintaan maafnya diterima relatif kecil, ia tetap berusaha. Lagi pula, tidak ada salahnya bila Fiona mencoba. Karena bila tidak berusaha, dia tak akan tahu hasilnya.Fiona mengetuk pintu itu dengan dua ketukan. Selang beberapa menit, pintu segera terbuka. Pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah cantik Ayra. Secara bersamaan, pasang

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   tidak ada yang gratis di dunia ini, Bu.

    "Ah! Tolong katakan itu di kantor, sekarang mari ikut kami untuk memenuhi prosedur," jelas polisi tersebut dengan lantas menarik tangan Fahri dan mulai memborgolnya.Fahri tentu meronta, ia berusaha menjelaskan semuanya namun kedua polisi itu tak mendengar dan seakan-akan menutup kedua telinganya.Sementara itu, Hilwa mulai meraung-raung memohon untuk tidak membawa anaknya ke kantor polisi."Tolong lepaskan anak saya! Kalian tidak pantas membawanya atas tuduhan tidak dilakukannya!" titah Hilwa dengan berteriak tak karuan, bahkan wanita itu sampai tak segan-segan untuk mencaci petugas polisi tersebut.Keributan itu jelas terdengar sampai ke dalam kamar pribadi milik Nazwa. Gadis yang tengah asyik memainkan gadgetnya merasa terganggu dengan kebisingan yang terjadi di rumahnya.Nazwa pun bangkit dari tempat tidurnya dan berdecih, "Ada apa sih!? Kenapa ribut sekali!?"Tanpa berpikir panjang Nazwa pun lekas beranjak dan keluar dari kamar untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.Hingga

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   penangkapan Fahri

    "Apa-apaan ini!?" pekik Fahri saat ia mengetahui bahwa dirinya telah mendapat surat pemecatan dari HRD.Ya! Ketika Fahri tengah sibuk di ruang kerjanya ia tiba-tiba dikejutkan oleh sosok sekretaris yang mendatangi ruangannya dan menyerahkan secarik kertas yang berisikan sebuah surat pemecatan.Hal itu lantas membuat Fahri naik pitam, ia sama sekali tak terima diperlakukan seperti itu oleh Ibra, yang merupakan ayah mertuanya sendiri."M-maaf, Pak. Saya hanya menyampaikannya saja, selebihnya saya tidak tahu pasti," ucap sekretaris itu dengan menundukkan kepalanya. Wanita itu terlihat takut dengan temperamen atasannya yang tiba-tiba naik.Fahri pun berdecih kesal, lalu kembali membaca isi surat tersebut. Hingga ia kembali terkejut saat membaca pernyataan yang menyatakan bahwa Ibra tidak hanya akan memecatnya, namun lelaki itu juga akan melaporkan Fahri kepada pihak berwajib atas tindakan penggelapan dana yang ia lakukan pada perusahaan.Mengetahui hal itu, Fahri semakin geram, amarahnya

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   menceraikan Fiona

    “Fahri pulang! Dia akhirnya pulang setelah berhari-hari,” sorak Fiona yang merasa memiliki secercah harapan dengan kepulangan pria itu.Beberapa hari belakangan, Fiona sama sekali tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas. Hari-harinya dipenuhi oleh fisik lesu dan perasaan lelah dan tekanan batin.Namun, begitu mendapati bahwa Fahri akhirnya kembali pulang membuat Fiona merasa bersemangat dan berharap-harap cemas. Akankah lelaki itu pulang karena sadar dan ingin meminta maaf, ataukah jangan-jangan ingin melakukan hal lain yang membuat Fiona semakin terpuruk? Itu lah pertanyaan yang memenuhi benak Fiona sekarang ini.Wanita itu langsung bangkit dari sofa dan berjalan beberapa langkah untuk membukakan pintu. Sebelum muncul di ambang pintu, Fiona sedikit merapikan rambut dan kondisi pakaiannya agar terlihat lebih layak untuk menyambut kepulangan suaminya.Fahri pun turun dari mobilnya begitu mesin mobil sudah dia matikan. Wajah pria itu tampak datar dan bahkan tanpa ekspresi. Dari sudu

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   kegundahan bati Fiona

    Fiona masih tak kuasa menahan dadanya yang justru semakin sesak. Dia terus memukul-mukulnya dengan kepalan tangan saking sakit dan perih hatinya saat ini.“Fahri, kamu benar-benar kejam!” isaknya yang sejak ditinggal Fahri tadi sudah menangis dengan lelehan air mata berurai di kedua pipinya yang bening. Fiona bahkan tidak peduli bila saat ini dirinya hanya terduduk di lantai saking gontai dan lemas kedua lututnya mendengar untaian kalimat demi kalimat yang dilontarkan Fahri.Lantai keramik di ruang tengah yang dingin itu menjadi saksi pertengkaran keduanya beberapa saat yang lalu serta menjadi saksi pula betapa hancurnya perasaan Fiona saat ini.“Bisa-bisanya kamu bilang bahwa selama ini kamu hanya memanfaatkanku saja, Fahri!” Fiona masih tidak menyangka. “Padahal, waktu itu wajah kamu begitu tulus saat menyatakan perasaanmu. Kita bahkan harus menghadapi berbagai lika-liku sampai-sampai kau bercerai dengan Ayra.”“Perjuangan kita begitu panjang dan berat. Tapi kenapa … kamu malah ber

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   meninggalkan Fiona dalam kepedihan

    Fahri masih diam saja. Dia asik memilih pakaian apa yang akan dirinya kemas. Fahri terdiam karena dia malas meladeni Fiona. Sampai pada akhirnya telinganya muak mendengar pekikan Fiona.Brak!Saat itu juga Fahri menggebrak meja."Brisik! Kamu gak lihat aku lagi ngapain?!" bentak Fahri yang kini sudah menatap Fiona tajam."Ya makanya kalau ada orang tanya itu dijawab!" balas Fiona tak mau kalah."Kalau aku diam saja itu tandanya aku tidak mau menjawab pertanyaan kamu. Sadar diri dong dari tadi, berisik tau gak!" marah Fahri yang kini sudah mengepalkan kedua tangannya.Ditatap seperti itu sukses membuat Fiona sedih. Fiona hampir saja meneteskan air matanya, tetapi dia cegah dengan mendongak cepat-cepat.Sedangkan Fahri sudah mengalihkan pandangannya ke lain arah. Setelah itu Fahri kembali membereskan pakaian yang sejak tadi menjadi tujuan utamanya datang ke rumah ini."Jahat kamu Mas. Berani-beraninya kamu bentak aku seperti itu," lirih Fiona merasa sedih.Tidak ingin ambil pusing, Fahr

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   Fahri sang donjuan

    Saat ini Fahri dan Alina meminta waktu berduaan. Mereka memilih untuk tidak diam rumah. Mereka berjalan-jalan sejenak mencari angin. Hubungan yang baru pertama kali terjalin itu benar-benar sangat menyenangkan bagi Alina. Begitupun dengan Fahri yang tidak bisa tidak tersenyum ketika menatap wanita di sebelahnya itu.Orangtua Fahri sangat menyukai Alina juga. Jadi, sudah tidak ada batasan bagi keduanya untuk tidak dekat. Fahri benar-benar merasa bahagia. Bahkan untuk menjalin hubungan ini mereka tidak perlu pikir panjang lagi."Aku benar-benar bahagia bisa mengenalmu, aku bahkan ingin mengenalmu lebih dalam lagi. Seiring berjalannya waktu aku pasti tau semua tentangmu," celetuk Fahri begitu serius.Alina yang malu-malu hanya bisa tersenyum manis. Entah mengapa hatinya juga terasa hangat bisa berduaan dengan Fahri."Jangan ditahan kalau mau senyum atau ketawa," ujar Fahri ketika melihat Alina yang entah mengapa menahan semua itu."Kapan kita jalan?" "Ini kan sekarang lagi jalan," ledek

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   petualangan Fahri belum berakhir

    "Benar-benar menyebalkan. Sepertinya aku tak bisa kalau harus terus-menerus bertahan dengannya. Bukannya jadi kaya, yang ada lama-lama aku malah jadi Jatuh Miskin karena Fiona sendiri sekarang selalu minta uang denganku gara-gara tua bangka itu sudah tak ingin memberikan banyak uang untuknya. Masa Fiona hanya dijatah satu bulan tiga juta saja. Dapat apa uang segitu? Untuk keperluan sehari-hari saja pasti tidak akan cukup!" Fahri kian merasa kesal kita kembali mengingat perdebatannya dengan Ibra beberapa hari lalu.Sejenak terdengar ibu Fahri berdecak. "Sudahlah, tidak perlu dipikirkan lagi. Kalau memang sudah tidak berguna ya sudah, buang saja. Dan kita bisa langsung segera mencari yang baru, yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan wanita itu," papar ibu Fahri dengan santainya."Iya, Bu. Aku tahu. Tetapi memangnya siapa yang harus aku kejar? Kemarin-kemarin aku terlalu fokus dan menikmati waktuku dengan Fiona sampai-sampai aku lupa untuk mencari target yang baru saat Fiona s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status