Share

Bab 5

KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU

BAB 5

"Oke nanti malam kita kasih tau sama Papi soal ini ya?" Fahri mengangguk mantap sembari tersenyum yang disusul Fiona yang juga menarik kedua sudut bibirnya secara sempurna. 

***

"Pi! Fio mau ngomong sebentar sama Papi." Ibra mengernyitkan dahinya dan mengalihkan pandangan dari ponsel yang sedang dipegangnya ke wajah Fiona. 

Ibra membuka kacamata yang bertengger di hidung mancungnya dan bertanya pada Fiona. "Ada apa? Serius amat kelihatannya?"

"Ya serius lah, Pi, kalau enggak ya gak mungkin wajahku seperti ini," jawab Fiona sedikit ketus namun tetap ia tahan. Bagaimanapun Fiona masih sangat takut dengan Ibra karena hidup dan masa depannya benar-benar ada di tangan Ibra. Fiona memang anak Ibra satu-satunya tapi segala sesuatunya tetaplah atas persetujuan Ibra. Sekalipun itu masalah keuangan maupun perusahaan Ibra tidak pernah membiarkan Fiona memutuskannya sendirian. 

Entah kenapa Ibra selalu menganggap Fiona itu masih gadis kecilnya yang apa-apa selalu membutuhkan bantuannya. 

"Yaudah ngomong aja. Papi pasti dengerin kok." 

"Ya enggak di sini juga kali, Pi."

"Terus mau di mana? Memangnya sepenting apa? Kan sama saja mau di sini atau di manapun?"

"Di ruang keluarga, Pi, aku sama Mas Fahri yang mau ngomong. Bukan hanya aku saja." Lagi-lagi Ibra mengerutkan dahinya sebab terheran dengan pernyataan Fiona. 

"Sama Fahri juga? Ada apa sih? Bikin papi penasaran aja kalian ini."

"Yaudah ayo dulu nanti juga Papi tahu kok."

Akhirnya Ibra menuruti ucapan sang anak dan ia pun berjalan di belakang Fiona mengekori wanita itu hingga kini keduanya sudah sampai di ruang keluarga. Dan nyatanya di ruang itu Fahri sudah menunggu keduanya dengan kedua tangan yang saling bertaut. Sebenarnya Fahri takut juga untuk mengatakan kebenarannya. Ah, maksudnya fitnah murahan yang akan dia lakukan terhadap Ayra. Karena dia teringat dengan ucapan Ibra saat di pesta pernikahan kemarin kalau Ibra akan mencincangnya jika tahu Fahri berbohong soal istrinya yang sudah meninggal.

Akan tetapi, Fahri juga tidak mau kalau sampai Ayra benar-benar masuk ke dalam keluarga itu dan menjadi ibu mertua tirinya. Hah, sangat tidak masuk di akal Fahri perihal Ayra yang sangat nekat menggaet bapak mertuanya itu. Dan kalau sampai semua itu terjadi bisa hancurlah sudah harapannya untuk menumpang hidup senang bersama Fiona. 

Apalagi tujuannya kalau bukan untuk itu? Tentu saja harta lah jawabannya. 

"Ekhem." Ibra berdehem saat melihat Fahri yang tengah melamun. Fahri yang tersadar dari lamunannya pun lantas berdiri dan menganggukkan kepalanya pada Ibra. Bagaimanapun Fahri tidak ingin Ibra ilfeel terhadapnya dan justru menendang dirinya sebagai menantu di keluarga itu. Pasalnya, Fahri dan Fiona belum memiliki surat nikah resmi. 

Yah, benar sekali, Fahri dan Fiona memang kemarin itu masih menikah siri. Pesta pernikahan itu juga Fiona yang memaksa Ibra untuk membuatnya padahal Ibra hanya menginginkan acara yang biasa saja sebab baru menikah siri. 

Kenapa Ibra hanya memberi restu untuk menikah siri? Sebab Ibra ingin melihat terlebih dahulu bagaimana sosok Fahri ini. Karena Ibra pun belum terlalu mengenal Fahri. Entah kenapa Ibra merasa kurang sreg sebenarnya terhadap Fahri tapi karena Fiona memaksa alhasil Ibra menyetujuinya dengan syarat menikah siri terlebih dahulu. 

Sebab ada yang ingin Ibra tes dari Fahri sebelum akhirnya keduanya menikah secara resmi dan Fahri lah yang nantinya akan meneruskan perusahaan itu sebab hanya dialah satu-satunya menanti di keluarga Ibra. 

"Pi, mari duduk," ucap Fahri dengan canggung. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak perihal apa yang akan disampaikannya nanti. 

"Hemm." Ibra pun mendaratkan tubuhnya di atas sofa empuk berwarna cream itu. Sedangkan Fiona sudah duduk manis di samping Fahri yang juga baru saja mendaratkan tubuhnya di sana. 

"Jadi, ada apa kalian meminta Papi untuk duduk di sini? Katakanlah karena Papi masih banyak pekerjaan."

Fahri menyenggol pelan lengan Fiona agar perempuan itu segera mengatakannya. Fiona yang paham pun ia segera membuka suara untuk mengatakan apa yang menjadi tujuannya dengan Fahri. 

"Jadi, sebenarnya aku mau kasih tau ini sama Papi." Fiona mengeluarkan ponsel milik Fahri yang di dalamnya terdapat foto prewedding mereka dulu. 

Dalam foto itu terdapat Ayra yang tersenyum manis dan tampak ceria sembari menggenggam tangan Fahri dari belakang. 

Pose itu memang diatur sedemikian  rupa oleh photographer pilihan mereka agar hasilnya memang terlihat kekinian. 

Fahri yang mengenakan kemeja berwarna putih sedang membelakangi Ayra dan tangan sebelah kanannya yang digenggam oleh Ayra dari belakang. Ayra mengenakan dress berwarna navy tampak sangat manis dan cantik. Kulitnya yang putih memakai baju berwarna gelap itu membuat Ayra tambah cantik. 

Lalu, pose kedua di mana Ayra yang memeluk Fahri dari belakang. Dengan tangan Fahri yang menggenggam tangan Ayra yang melingkari pinggang Fahri. 

"Ini bukannya Ayra? Kok bisa sama kamu Fahri?" tanya Ibra seketika sesaat setelah melihat foto itu. 

"Ya inilah alasan aku gak setuju Papi sama Ayra. Karena apa? Karena dia itu bukan perempuan baik-baik, Pi. Dia itu hanya mau memanfaatkan Papi saja."

"Tunggu dulu, tunggu dulu. Ini maksudnya gimana sih? Kamu manggil Papi ke sini buat nunjukin foto-foto ini dan kamu ingin meminta Papi membatalkan rencana Papi melamar Ayra. Begitu?" tanya Ibra memastikan ucapan Fiona tadi. Fiona pun mengangguk cepat dengan kedua sudut bibirnya yang ia tarik ke atas. 

"Laku, kamu pikir apa Papi setuju?" 

"Harus dong. Papi lihat sendiri kan bagaimana dia ingin terlihat dekat dengan Mas Fahri. Dari situ saja sudah kelihatan kalau Ayra itu hanya memanfaatkan Papi. Ayra itu belum bisa move on dari Mas Fahri."

"Move on? Maksud kamu Ayra dan Fahri pernah memiliki hubungan gitu?" tanya Ibra lagi yang masih belum mengerti apa yang dimaksud oleh anaknya itu. 

"Ck! Papi gak paham-paham sih."

"Ya habisnya kamu ngomongnya separo-separo begitu sih. Jadi kan Papi gak paham."

"Ya iya, Pi, Ayra ini ngejar-ngejar Mas Fahri tapi sayangnya Mas Fahri gak suka sama dia dan Mas Fahri lebih memilih aku. Makanya aku sangat yakin kalau dia sengaja deketin Papi karena dia ada maksud. Dia ingin balas dendam sama aku dan Mas Fahri karena cintanya ditolak itu," ucap Fiona dengan mantap. Seolah-olah dia adalah sales yang sedang meyakinkan calon pembelinya agar tidak ragu untuk membeli produk uang is jual. 

"Tapi sayangnya Papi lihat suamimu seperti tidak terpaksa melakukan itu tuh?" 

Satu kata, pias! Itulah yang terjadi pada Fahri dan Fiona. Nyatanya ucapan Ibra membuat senyuman di bibir Fiona dan Fahri kembali ke bentuk asalnya yang awalnya tadi sempat mengembang. 

"M-maksud Papi apa?" 

"Ya maksud Papi, Papi lihatnya justru mereka seperti sedang melakukan prewedding tuh  bukan seperti yang kamu bilang kalau Fahri seperti terpaksa. Tapi di foto itu menggambarkan kalau suami kamu dan Ayra terlihat saling mencintai. Oh atau jangan-jangan Fahri ini mantan suami Ayra yang dia pernah ceritakan sama Papi kalau pergi sama pelakor. Jadi, pelakor yang Ayra maksud itu adalah kamu?" 

"M-maksud Papi? Mana mungkin aku dan Ayra pernah menjadi suami Ayra, Pi. Bahkan kalau dibandingkan Fiona, Ayrw itu kalah jauh, Pi. Jadi mana mungkin aku menikah dengannya. Mantan istriku benar sudah meninggal kok, Pi," sanggah Fahri dan Fiona justru gelisah di posisinya. Akan tetapi, ia sedikit mengulas senyum saat Fahri mengatakan dirinya lebih baik daripada Ayra. 

"Ya kalau memang seperti itu seharusnya biasa saja dong. Kenapa gugup? Ingat ya, ucapan dan perkataan mungkin bisa bohong tapi sayangnya gerak tubuh tidak pernah bohong. Apa kalian kira dengan berbicara seperti ini pada Papi lantas Papi langsung mempercayainya? Menurut Papi trik ini cukup murahan. 

Dan kamu Fahri, apa tidak mikir kalau kamu justru membuka kedokmu sendiri? Papi tahu kalau bodoh itu gratis tapi ya jangan juga kamu borong semua kan? Jadi kelihatan konyol kakian ini. Hahahaha." Ibra pun berdiri dari posisinya dan ia berniat meninggalkan Fahri dan juga Fiona yang masih terpaku di tempatnya karena nyatanya usaha mereka kali ini gagal. Malah yang ada justru kedua nya sedang membongkar rahasia mereka dari Ibra tanpa mereka sadari. 

"Oh iya, jangan gugup jangan takut jangan suudzon. Pwpi mengatakan hal itu hanya menebak saja karena Papi juga belum tahu semua kebenarannya. Dan seperti katamu kemarin Fio, kalau Papi memang terlalu cepat mengambil keputusan untuk menikahi Ayra. Oh yang perlu kamu tahu Papi memang akan melamar Ayra lusa tepi Papi mash menundanya untuk segera menikah karena Ayra pun masih dalam masa iddah. 

Jadi, kalian masih punya waktu untuk melanjutkan bualan kalian itu. Dan kalau benar saja kamu lah mantan suami Ayra dan kamu sebagai pelakor? Satu ucapan untuk kalian. Tiada maaf dariku untuk kalian berdua!" ucap Ibra penuh penekanan pada kalimatnya yang membuat Fiona dan Fahri terdiam seribu bahasa. 

Setelah mengatakan itu Ibra pun pergi meninggalkan Fiona dan juga Fahri yang wajahnya sudah memucat dan memutih seputih dempul rumah tetangga. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status