Share

Hampa

"Kau sedang mengandung anakku, Nin. Biarkan aku mengantarmu."

"Akhirnya kau mengakui ini anakmu, Mas?" Hanin tertawa kecil.

"Sudahlah, aku bisa pulang sendiri." Hanin beranjak, meletakkan mukena dan bergegas keluar dari kamar untuk menyiapkan sarapan.

Dimas termenung mengingat kejadian itu. Pagi tadi adalah terakhir kalinya dia bisa menikmati masakan Hanin.

Lelaki itu menarik bantal yang biasa Hanin gunakan saat tidur. Memeluknya erat. Menghirup dalam-dalam aroma Hanin yang masih tertinggal di sana.

Ponsel Dimas bergetar. Bergegas lelaki itu merogoh kantong celananya. Berharap Hanin yang menelpon atau sekedar mengirimkan pesan.

"Sita," desisnya saat membaca nama yang tertera di layar ponsel.

Dimas meremas ponsel itu, kemudian melemparkannya sembarangan ke kasur. Entah kenapa dia kecewa saat mengetahui Sita yang menelpon.

Sungguh, dia sangat berharap Hanin menghubunginya. Lelaki itu mendadak rindu pesan-pesan Hanin yang selama ini sering dia abaikan.

Diambilnya ponsel yang tadi dilempa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ariny arni
Pernikahan itu adalah janji suci di depan Tuhan, sementara perasaan cinta mu pada Sinta hanya berselimut nafsu. Kamu blm menyadari rasa cintamu pada Hanin, semua itu akan jadi penyesalan setelah kamu meninggalkannya. Dan rasa cinta mu pun terhadap Sinta akan jadi hambar setelah kalian kembali bersat
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
blum bener2 cerai aja kmu sdh kangen baru d tinggal tadi pagi .apalagi nanti bener2 keputusan sidang berpisah .dn kmu g ada yg masakin nyiapin baju kerja dn nyuci setrika ...
goodnovel comment avatar
Hilda Bashiro
Dimas bukan bocah yg harus d rayu, d mohon2 rumah tangga itu usaha berdua buat membangun, bukan 1 orang saja . tinggal tunggu nyeselnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status