Home / Romansa / KAWIN LARI / Bab 1. Dara

Share

KAWIN LARI
KAWIN LARI
Author: Chida

Bab 1. Dara

Author: Chida
last update Last Updated: 2024-10-28 10:02:53

"Pagi Mas Teguh, mau antar laundry." sapa Dara gadis 24 tahun itu tersenyum saat pintu kamar terbuka.

"Eh Dara, kok tumben?" Teguh salah satu penghuni kost-kostan eksklusif di daerah Seturan itu semakin membuka lebar pintu kamarnya.

"Ibu sakit, Dara nganggur ... ya udah jadinya Dara yang antar."

Teguh mengangguk-angguk, "eh iya sebentar." Dia kemudian masuk sebentar tak berapa lama sudah kembali dengan membawa uang ratusan beberapa lembar. "Ini uang laundry bulan ini," ujar Teguh memberikan empat lembar uang ratusan. "Dan ini buat Dara, kata Ibu Sum ... Dara wisuda akhir bulan kan?"

"Eh ...." Dara menolak.

"Cuma segini, buat persiapan wisuda," ujar lelaki beranak satu yang jauh dari keluarga kecilnya lantaran kembali menuntut ilmu di kota melanjutkan jenjang S2 nya. "Dapat salam juga dari istriku, mudah-mudahan bulan depan bisa ketemu kamu katanya."

"Wah, Mas ... Dara jadi nggak enak."

"Terima, kalo belum dibutuhkan ya di tabung." 

"Makasih ya Mas," ucap Dara dengan mata berkaca-kaca. 

"Sama-sama, salam buat ibu ya. Semoga cepat sembuh."

"Iya, Mas."

"Mau antar kemana lagi?"

"Ini ada dua pack lagi kata ibu buat kamar 22, di atas ya Mas?"

"Oh anak baru itu, baru pindah ... dokter kalo nggak salah."

"Oh oke kalo gitu, Dara antar dulu ya."

"Kuat?" tanya Teguh melihat tubuh semampai itu membawa dua bungkusan berisi baju. Dara hanya menoleh sambil mengacungkan ibu jarinya.

Dara berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka, mendengar percakapan seorang lelaki dengan bahasa daerah tertentu sepertinya berbicara melalui panggilan telepon. Dia mengurungkan ketukan di pintu saat mendengar nada tinggi lelaki itu seakan marah.

"Ma, Ichal alah kecekkan ka Mama ... batalkan sajo! Indak ado tunangan tuka cincin apolai pernikahan. Ichal nio fokus samo kuliah Ichal. Tingga duo tahun lai, Ma, tolonglah mangarati." (Sudah Ichal bilang kan Ma, batalkan! Enggak ada pertunangan apalagi pernikahan. Ichal masih harus pokus dengan pendidikan Ichal. Tinggal dua tahun lagi Ma, tolonglah mengerti.)

"Enggak Ma, enggak ... cukup Ichal bilang! Atau mama sama papa mau Ichal lari lagi!".

Seketika ruangan itu senyap tak ada lagi suara, Dara masih terpaku di sana tanpa sadar sosok lelaki bertubuh tinggi itu berdiri di depannya.

"Cari siapa?" tanyanya garang.

Dara mengangkat wajahnya, tubuh itu hanya berselisih kira-kira hampir 20 sentimeter dari tinggi tubuhnya.

"Oh ... eh, ini— mau antar laundry," ucap Dara gugup.

"Kamu siapa?" Pertanyaan itu seperti mengintimidasi.

"Sa—saya Dara, anak Bu Sum."

"Oh ibu laundry kemarin? Kenapa bukan dia?"

"Ibu sakit, jadi saya yang antar. Kalo begitu saya permisi," ujar Dara cepat-cepat melangkah.

"Uangnya?" panggil lelaki bernama Rizal itu.

"Mau dibayar sekarang?" Dara menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Lah? mau di bayar enggak?"

"Ya terserah, kata ibu bisa harian, mingguan atau bulanan."

"Oh ... mingguan aja kalo gitu," jawabnya.

Dara mengulum senyumnya, lalu kembali melangkah menuruni anak tangga. Tiba di parkiran motor kost eksklusif itu, Dara menyalakan motor Mio tuanya dan melaju perlahan. Tanpa sadar pun, Rizal melihat ke arah gadis itu hingga kendaraan Dara tak lagi nampak.

*****

"Surat rujukannya sudah bisa di pakai besok," ujar Bagas menyodorkan surat rujukan BPJS pada Dara. "Tapi Bagas nggak bisa antar ya Mbak, Bagas ada latihan untuk acara lusa di sekolah."

"Sebentar, besok Sabtu kan nggak sekolah." 

"Latihan Mbak, acaranya Senin. Mbak bisa kan?"

"Bisa sih tapi mungkin jam 10-an, karena pagi-pagi sekali Mbak mau liat-liat kebaya di tempat persewaan."

"Ibu pergi sendiri juga enggak apa-apa kok kalo kalian sibuk." Wanita paruh baya itu keluar dari kamarnya dengan tempelan beberapa koyok di area kepalanya serta leher.

"Bisa, Bu ... Lagian itu dokternya kata perawat tadi praktek jam 11 di Rumah Sakit." Bagas membantu Bu Sum duduk di kursi makan. "Hati-hati, Bu."

"Iya bisa kok, Bu. Oh iya laundry sudah Dara antar semua, sisa yang belum di setrika dan cuci nanti biar Dara yang kerjakan."

"Semoga Ibu cepet sehat ya, biar kerjaan Ibu nggak numpuk," ucap Bu Sum melihat dua kantung plastik besar berisi baju yang belum di cuci dan dua tas laundry yang tinggal di setrika.

"Enggak usah Ibu pikirkan, semua beres kalo Dara dan Bagas yang kerjakan, iya kan Gas?"

"Siap." Bagas memberi sikap hormat.

*****

"Antrian 12, Bu," kata Dara sambil menuntun Bu Sum duduk di kursi panjang rumah sakit salah satu universitas negeri di kota itu. "Minum dulu." Dara menyodorkan sebotol air mineral kepada Bu Sum.

"Ini yang periksa dokter spesialisnya kan, Ra?" Mata Bu Sum membaca papan nama dokter spesialis saraf di pintu berwarna putih itu.

"Ya iya dong, Bu. Kan kita mau ketemu dokternya masa perawatnya." Dara tertawa kecil.

"Kata tetangga, di sini banyak dokter yang masih belajar, takutnya Ibu jadi kelinci percobaan."

"Kelinci percobaan gimana? Ibu ada-ada aja. Udah tenang, yang penting sekarang kita pokus untuk pengobatan Ibu. Biar kita tahu kenapa leher, pundak dan belikat Ibu suka sakit."

Nomer antrian Bu Sum pun akhirnya mendapat urutannya. Pintu ruangan dokter pun terbuka, di dalam ruangan itu nampak tiga orang yang memakai jas berwarna putih. Ketiganya adalah laki-laki, satu dari mereka sudah cukup tua dan senior dan satu lagi tersenyum pada mereka, serta satunya lagi sedang membereskan hasil poto rontgen dari pasien sebelumnya.

"Selamat siang, Dok," sapa Dara sambil mengangguk dan menarik kursi untuk Bu Sum duduk. 

"Selamat siang," ucap dokter yang lebih senior. "Silahkan duduk, ada keluhan apa, Mbak?"

"Ibu saya, Dok. Katanya pundak, leher dan belikatnya sakit. Sudah minum obat dari Puskesmas tapi hampir dua bulan ini masih sakit." Dara menjelaskan.

"Kita periksa dulu ya, Bu. Dokter Rizal bisa bantu saya," pinta sang Dokter senior pada salah satu dokter yang di awal masuk masih sibuk membereskan hasil rontgen pasien sebelumnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (17)
goodnovel comment avatar
Wiwin Andriyani
assalamualaikum mak, mulai intip intip nih,setelah sekian lama
goodnovel comment avatar
Fhatt Trah
hai kk ... aku melipir ke sini. bosen di sebelah terus......
goodnovel comment avatar
Umie
Assalamualaikum ka chida aku kembali
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KAWIN LARI    Bab 55. Rencana Baru Donna

    "Nikah sudah lebih dari satu tahun tapi belum isi juga, sementara kamu sebentar lagi sudah mau melahirkan Han," ujar Donna pagi itu di taman samping menemani Hanna berjemur."Sabar aja, Ma. Mungkin memang belum rejeki mereka," ucap Hanna sambil mengusap perutnya yang sudah berusia delapan bulan.Sejak makan malam terakhir beberapa bulan lalu, Dara menyibukkan dirinya dengan kegiatan-kegiatan positif, seperti ikut kegiatan berbagi dengan beberapa panti asuhan yang dibinanya."Banyak cara sebenarnya Han, sayang saja mereka berdua menolak. Kan bisa inseminasi atau in vitro fertilization. Ah, Mama gemas rasanya. Kenapa sih Rizal nurut banget sama istri."Hanna tertawa melihat wajah Donna yang kesal."Mama ... Mama ... sudahlah serahkan saja sama Rizal dan Dara. Mereka pasti tau yang terbaik untuk keluarga mereka.""Iya, tapi kan Mama bete aja liatnya. Teman-teman Mama sudah banyak yang gendong cucu.""Lah ini sebentar lagi cucu Mama lahir," ucap Hanna dengan satu alis yang terangkat."Iya

  • KAWIN LARI    Bab 54. Sabar

    "Ada tamu ternyata," ujar Rizal menatap Synthia dan Dahlan bergantian."Apa kabar, Cal?" sapa Dahlan dengan senyum sekilas."Baik, Mamak," jawab Rizal tanpa memperhatikan lelaki yang masih nampak gagah di umur yang sudah tak muda lagi. "Sayang, sedikit aja," ucap Rizal pada Dara saat sang istri menaruh kuah kari di atas nasinya.Synthia memperhatikan interaksi keduanya dengan muka yang malas."Uni terlihat lebih berisi sekarang." "Hanna hamil, Syn," ujar Donna dengan bangganya."Wah, selamat Uni. Senang sekali dapat kabar ini." "Terimakasih, Syn.""Tinggal kamu, Cal," ucap Synthia melirik ke arah Dara."Iya, tunggu tanggal launching nya aja," jawab Rizal sembari meremas genggaman tangannya pada Dara. "Ya kan, Sayang?"Dara mengangguk dan tersenyum.Semakin malas saja Synthia melihatnya, dan sikapnya itu tidak luput dari perhatian Donna."Setelah makan malam, kita ngobrol di ruang kerja," ujar Andreas. "Kamu juga ikut, Cal.""Bukannya mau membicarakan tentang perusahaan tambang Papa?

  • KAWIN LARI    Bab 53. Sakit Hati

    "Jadi mantumu belum hamil?" "Belum, Etek. Hanna juga kemarin nunggu sampai enam bulan akhirnya hamil." "Iya, tapi Hanna itu kan anak angkat mu. Sedangkan Rizal itu anakmu sendiri, jadi dia harus punya keturunan untuk meneruskan adat istiadat kita, hartamu dan banyak lagi semuanya, Don. Cukup sekali saja kau gagal dalam menjodohkan Rizal dengan anak konglomerat itu, jangan juga kau gagal mendapatkan cucu, darah daging Rizal." "Sudah berapa lama mereka menikah?" "Delapan bulan sepertinya," ujar Donna lalu menyeruput secangkir teh hangat sore itu di taman belakang. "Hampir satu tahun ... lalu wanita yang dulu mau kau jodohkan dengan Rizal, bagaimana kabarnya?" "Perusahaan Andreas masih bekerjasama dengan perusahaan orangtuanya. Kenapa Etek?" "Enggak ada, aku cuma tanya. Tapi ada baiknya kau pertimbangkan kata-kata Etek mu ini. Bisa jadi Rizal akan lama mendapatkan keturunan dari istrinya." "Maksud, Etek?" "Ya kau cari caralah bagaimana istri Rizal itu hamil. Atau kau cadangkan s

  • KAWIN LARI    Bab 52. Lagi, ya?

    Synthia melenguh, suaranya mendesah berkali-kali, tubuhnya sudah polos dan berada di dalam kungkungan Matthew. Pria itu terkejut saat membuka pintu apartemennya malam itu. Melihat Synthia berdiri di ambang pintu dengan melempar senyum padanya.Malam setelah resepsi pernikahan Dara dan Rizal, Synthia memutuskan untuk terbang ke Jakarta. Tempat dimana dia bisa mengekspresikan dirinya lebih bebas lagi. Ini malam kedua dia menghabiskan waktunya bersama Matthew, selain menjadi teman bisnis, Matthew juga merupakan partner di atas ranjang, saat dibutuhkan."Akh ...." Desahan lembut itu kembali keluar dari bibir sensual Synthia."Sebentar lagi," ucap suara parau Matthew. Hentakan terakhir Matthew membawa pelepasan bersama mereka.Napas yang memburu dari keduanya setelah menghabiskan banyak energi malam itu. Suhu ruangan pun masih terasa panas, peluh keringat membasahi keduanya.Matthew menarik pinggang ramping yang membelakanginya itu mendekat pada tubuh telanjangnya."Mau lagi?" tanya Matthe

  • KAWIN LARI    Bab 51. Perpisahan

    “Rancak bini si Rizal ... kamek (cantik istri Rizal)," ucap seorang kerabat jauh keluarga Rizal."Iyo, santun pulo anaknyo. Cocok dan patuik bana jo si Rizal yang gagah coga berwibawa.” (Iya, santun juga anaknya. Cocoklah dengan Rizal, ganteng dan berwibawa," ujar yang lain.)“Iyo batua, dibandiang nan ka dijodohan kapatang ko, rancak iko lai. Nampak elok dari raut mukonyo.” (Bener, dibandingkan dengan yang dijodohkan dengan Rizal waktu itu, ini lebih baik kelihatan dari wajahnya.)“Oh anak Datuak Basri Alam tu yo? Nan itu banyak urang mangecek kalau inyo suko pai ka klub malam dan hura2 se karajonyo. Ma cocok samo si Rizal ko.” (Oh anaknya Datuk Basri Alam itu? Ah kalo dia itu banyak yang bilang suka ke club, mungkin masih suka hura-hura. Mana cocok dengan Rizal.)“Iyo kan, padahal anak urang tapandang juo nak, tapi parangainyo di lua nagari awak kabanyo ndak elok." (Ah iya, padahal anak orang terpandang juga tapi kelakuannya di luar kota kita ini, gosipnya nggak bagus.)"Beruntungla

  • KAWIN LARI    Bab 50. Ide Ayah Mertua

    "Ya, Ical akan kembali ke rumah ini dengan syarat Dara ikut tinggal di sini. Kalian terima, layaknya seperti anggota keluarga yang lain."Andreas menelan ludahnya kasar, dia seperti membuat kesepakatan bisnis dengan putranya sendiri. Di sisi lain, Andreas menginginkan keluarganya kembali utuh namun di sisi lain dia masih berat menerima menantu barunya dari kalangan orang biasa."Papa nggak ada masalah, selagi semua berjalan baik-baik saja.""Secepat itu Papa merubah pendirian Papa, nggak ada maksud lain kan, Pa?""Ah, Cal ... Papa ini sudah tua. Setelah Papa pikir lagi, hidup Papa juga sudah nggak lama lagi. Jadi ya, mungkin Papa harus berdamai dengan keadaan." Andreas lalu menatap Dara."Rizal bicarakan dulu dengan istri Ical. Bulan depan Ical ujian kelulusan.""Setelahnya kembali lah," ujar Andreas penuh harap.Perbincangan antara Rizal, Dara dan Andreas pagi itu seperti membawa titik terang. Dara hanya bisa mengikuti apa yang suaminya yakini benar. Mereka tetap perlu berbicara dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status