“Ini pesanannya,Mbak,” ucap pelayan memotong pembicaraan Syahla.Syahla mengangguk melihat pelayan itu meletakkan makanan dan minuman di atas meja."Dimakan dulu, Bay," ucapnya sambil memberikan piring berisi ayam geprek padaku. "Makasih, La." Aku mulai memasukkan nasi dan ayam ke dalam mulut. Nikmat masakan itu terasa hambar di lidahku. Mungkin karena suasana yang tidak mendukung. "Apa yang mau kamu katakan, La?" tanyaku setelah kami selesai makan. Syahla meletakkan gelas berisi jus jeruk di atas meja lalu menatap lekat mataku. "Apa Hanin memintamu menikah denganku?" tanyaku lagi karena dia masih diam. Syahla menghembuskan napas kasar. Tak ada raut kaget di sana. Itu berarti Hanin sudah mengatakan hal itu padanya. "Ya, kemarin dia memintaku menjadi adik madunya.""Lalu? Apa jawaban kamu?" tanyaku penasaran. "Sebelum aku menjawab...." Syahla menjeda kalimatnya. "Ada yang ingin aku tanyakan padamu," ucapnya serius."Apa?" Syahla terdiam, ada keraguan di sorot mata itu. Sikapny
Pov Bayu"Menikah lagi? Jangan-jangan kamu menerima permintaan Hanin kemarin?""Jangan gila kamu, Bay! Mana mungkin aku mau jadi duri dalam pernikahan kalian, sekali pun itu permintaan Hanin. Jangan mentang-mentang aku masih single kamu bisa seenaknya sendiri. Menuduhku yang bukan-bukan!" ucap Syahla kesal. Salah lagi, salah lagi. Apa lelaki memang selalu salah di mata perempuan? "Maaf, La. Bukan maksudku seperti itu. Aku hanya pusing memikirkan masalah dengan Hanin yang tak memiliki titik tengah." Syahla mencebikkan bibir. "Sepertinya tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku permisi!" ucapnya lalu berdiri meninggalkan aku. Aku pijit kepala yang kian terasa berdenyut, pusing. Kukira Syahla mau memberi solusi tapi justru menambah beban di kepalaku. Ya Ampun! "Assalamualaikum...," salamku lirih sambil membuka pintu. Sepi, tak ada tanda-tanda orang di rumah. Ke mana Hanin dan anak-anak? Dengan langkah gontai aku berjalan menuju dapur. Siapa tahu Dina dan Lana tahu di mana Hanin da
“Saya minta maaf,Lan. Saya tidak bermaksud seperti itu, saya kira kalian berbuat yang tidak-tidak,jadi ....”“Bapak yang telah berbuat tidak-tidak padaku. Bapak sudah melihat tubuhku ...hiks ... hiks,” ucapnya sambil menangis sesegukan.“Saya tidak melihatnya secara detail,Lan. Saya langsung memalingkan tubuh saat tahu kalian hanya kerokan,” jelasku. “Bohong,Bapak memang berniat melihat tubuh saya,kan?ngaku!” tuduh Lana padaku.“Tidak,Lan! Saya mana berani melakukan itu. Dosa.”“Mbak Dina,aku malu,malu.”“Sudah,Lan,jangan memperpanjang masalah. Pak Bayu tidak sengaja,” bujuk Dina seraya mengelus pucuk kepala Lana. Namun dia justru kian menangis,hingga membuatku semakin merasa bersalah.Semenjak Hanin memintaku menikah lagi, pikiranku menjadi tidak fokus. Banyak kesalahan yang kubuat dari yang kecil hingga yang fatal seperti ini. Meski aku tak sengaja tapi mampu membuat Lana ketakutan dan merasakan trauma.“Tidak,Mbak. Aku malu karena Pak Bayu sudah melihatnya,hiks ... hiks.”“Tolong
"Sudah selesai bicaranya?" Pekik Mas Bayu membuatku diam seketika. "Aku tak pernah melakukan hal yang kamu katakan. Aku masih waras, tahu mana yang benar dan salah. Apa kamu pikir aku serendah itu?" "Lalu kenapa kamu harus bertanggung jawab kepada Lana? Aku mengizinkan kamu menikah lagi tapi bukan dengan dia, Mas!" Aku tak mau Lana menjadi adik maduku, bukan karena dia berasal dari kalangan bawah. Aku tak suka sikapnya yang suka tebar pesona kepada suami orang. Dari tingkahnya saja aku tahu jika ia memiliki bibit menjadi seorang pelakor. Aku ingin ibu tiri anak-anak memiliki akhlak yang baik. Karena dia juga akan membantu mendidik anak-anak. Bukan hanya menemani Mas Bayu di atas ranjang. "Aku mendobrak kamar Lana saat dia kerokan. Dia memintaku bertanggung jawab karena sudah melihat tubuhnya tanpa busana, tapi hanya sekilas," ucapnya dengan raut bersalah. "Astagfirullahalladzim...." Aku menutup mulut ini rapat. Syok, rasanya tak percaya jika Mas Bayu bisa melakukan hal itu."Nia
"Belum, Bu. Mau saya bangunkan?" "Boleh, Bi. Baru setelah itu Bi Leha bangunkan anak-anak." Tanpa menjawab Bi Leha segera berjalan menuju kamar Lana dan Dina. Aku membuang napas kasar. Asisten rumah tangga sekarang apa seperti ini? Bangun paling akhir sudah seperti pemilik rumah ini. Ya ampun, kenapa Mas Bayu memilih model pembantu seperti mereka? "Ya ampun, Leha... Kamu kenapa berani ganggu tidurku?" teriak Lana lantang. Ada apa ini? Kenapa pagi buta sudah ribut-ribut? Dengan kesal kuletakkan wortel di atas meja kemudian berjalan ke kamar Dina. Lana berdiri di mulut pintu sambil menyilangkan kedua tangan di dada. Matanya melotot ke arah Bi Leha. Gayanya sudah seperti nyoya besar saja. Astagfirullah... Aku sampai mengelus dada."Baru bangun, Lan, Din?" tanyaku sambil menatap tajam ke arah mereka. "Apa asisten rumah tangga seperti ini? Bangun paling akhir tanpa rasa bersalah tapi justru marah kepada senior?" Dina menundukkan kepala tak berani beradu pandang denganku. "Ma-maaf, Bu
Pov LanaAku menekuk wajah saat melihat Pak Bayu mencium kening Bu Hanin dengan mesra. Dadaku bergemuruh kala menatap kemesraan mereka. Tak bisa dipungkiri hatiku terluka saat melihat orang yang sangat kucintai mencium wanita lain. Ya, meski itu istrinya sendiri. Aku menghembuskan napas kasar,kesal luar biasa. Pak Bayu tak menganggap keberadaanku. Dia mengabaikan ancamanku kemarin. Awas saja kalau dia tak menikahiku. Akan kupastikan keluarganya tak akan bahagia! “Tidak baik seperti itu,Lan. Dosa merusak mahligai pernikahan orang lain,” ucap Mbak Dina yang sudah berdiri di belakangku.“Jangan ikut campur urusanku. Mbak Dina harusnya senang karena aku akan menjadi nyonya muda di rumah ini,” ketusku.Sebagai seorang kakak,Mbak Dina harus mendukung dan mendoakan keputusanku ini. Bukan justru memberi masukan yang tidak jelas. Jika aku menikah dengan orang kaya,hidupnya pun akan terjamin. Di saat orang lain mendukung adiknya tapi tidak dengan Mbak Dina.“Di luar sana masih banyak bujangan
Pov Lana"Mas Bayu menyukai istri yang bisa masak," ucapnya seakan tahu isi kepalaku. Kalau begini aku hanya bisa pasrah. Mana mungkin aku mengecewakan Mas Bayu. Mungkin jika aku pandai memasak, Mas Bayu akan menyukaiku. "Dan kamu, Dina! Kerjakan pekerjaan rumah karena kamu masih berstatus asisten rumah tangga. Bukan kakak ipar suamiku.""Baik, Bu.""Bagus, hari ini saya akan ke rumah Mama. Lana tolong masak yang enak. Saat saya dan Mas Bayu sampai rumah, semua harus rapi dan makanan sudah tersaji di atas meja! " perintahnya lalu meninggalkan kami begitu saja. Kukepalkan tangan di atas meja. Rasanya ingin kuhajar wanita itu. Seenaknya memerintah calon istri Mas Bayu. Tunggu saja, apa yang akan aku lakukan setelah Mas Bayu resmi menjadi suamiku! Jarum jam sudah menunjukkan angka dua belas siang. Namun hingga detik ini belum ada satu makanan yang bisa kusajikan di atas meja. Boro-boro makanan jadi, yang ada dapur berubah menjadi kapal pecah. Alat masak kotor, potongan sayuran berteb
Pov LanaAku melawan ludah melihat ekspresi Bu Hanin,Alma dan Azha. Apalagi melihat mereka memuntahkan masakanku. Apa masakanku bener-bener tak enak? "Lana,kamu sudah mencicipi masakanmu?" tanyanya sambil meliriku."Su-sudah,Bu," jawabku terbata. "Yakin kamu sudah mencicipinya?" tanyanya lagi."Memangnya ada yang salah dengan masakan saya?""Silakan kamu coba!" Bu Hanin memberikan sup padaku. Dengan perasaan ragu ku ambil sedikit sup ke piring lalu aku cicipi. Astaga pantas saja mereka muntah masakanku keasinan begini. Untung saja Pak Bayu, eh, Mas Bayu tidak mencicipinya. Kalau sampai itu terjadi, aku akan malu seumur hidup. Niat hati menarik hati Mas Bayu. Namun yang ada dia akan ilfeel padaku. "Masakannya tidak enak,Bun," rengek Alma lagi. "Alma lapar?Mau Bunda masakan atau mau beli?"tanya Bu Hanin. "Alma mau nasi goreng,Bun.""Azha mau apa?" tanya Bu Hanin sambil melirik putra sulungnya."Sama seperti Alma saja,Bun.""Lana tolong bereskan ini!" pintanya sambil menunjuk makan