Share

BAB 6

“Hai, aku Angel.” ucapnya tenang.

"Boleh minta nomor telpon atau pin BBM?" tanya Steven sambil tersenyum sangat manis.

Lisa memandang Steven dengan tajam.

'Kemarin katanya Angel yang meminta nomor HP nya, ternyata dia yang kegenitan duluan!' gerutu Lisa dalam hati. 

"Ini, tolong diisi datanya ya, supaya kami mudah menghubungi kalian kalau ada apa-apa." Steven menyerahkan selembar kertas kepada Angel.

"Uh, gue pikir dia naksir Angel, makanya minta nomor HP, ternyata buat data." bisik Donna tepat di telinga Lisa. Rebekha dan Ersa tersenyum sambil mengangguk tanda setuju dengan perkiraan Donna. Ternyata mereka berempat memiliki pemikiran yang sama.

Lisa tersadar ini hanya mimpi tapi dia masih terbawa emosi karena masalah yang terjadi antara dia dan Steven di kehidupan nyata hingga membuatnya jadi kesal tanpa sebab.

"Udah ah, ayo balik." ajak Lisa yang merasa gerah melihat Steven dan Angel yang sedang berbincang hangat.

"Permisi dulu yuk ke Steven." ajak Rebekha sambil menarik tangan sahabat-sahabatnya.

"Gue nunggu disini aja, males jalan kesana." jawab Lisa sambil melepaskan tangannya.

"Ya udah." sahut Rebekha lalu berjalan ke arah Steven bersama Donna dan Ersa.

"Ka Steven udah nggak ada apa-apa lagi kan? Kami mau permisi, soalnya masih ada kelas." Donna menepuk pundak Steven, tanpa menghiraukan Angel yang masih berbicara.

"Oh iya, udah ga ada apa-apa lagi kok. Kalian udah isi datanya kan?"

"Sudah kak." jawab Rebekha lembut.

"Loh satu lagi mana?" tanya Steven sambil mencari sosok Lisa yang tadi menempel dengan mereka bertiga.

Rebekha mengarahkan jari telunjuknya ke tempat Lisa berdiri. Steven memandang Lisa yang tampak kesal menunggu teman-temannya. 

"Ngapain dia disana sendirian?" tanya Steven sambil tertawa kecil.

"Males jalan katanya." jawab Ersa jujur.

"Oh, sorry aku kesana sebentar ya." ucap Steven kepada Angel, lalu memberikan tanda kepada Rebekha, Donna dan Ersa untuk mengikutinya.

Lisa melihat Steven dan para sahabatnya sedang berjalan menuju ke arahnya. 

"Loh, ngapain dia kesini?" tanya Lisa panik. 

"Kamu udah isi data?' tanya Steven sambil tersenyum, begitu tiba di hadapan Lisa. Lisa mengangguk pelan sambil memandang Steven dengan curiga.

"Ok, kamu punya masalah dengan saya?" tanya Steven lagi, kali ini dengan wajah serius. Lisa menggelengkan kepalanya.

"Tapi kok saya merasa kamu marah sama saya ya?" sambung Steven masih dengan wajah serius. Rebekha, Donna dan Ersa berdiri diam di belakang Lisa dengan wajah tegang. 

Sejak tadi mereka hanya melihat sisi Steven yang ramah dan mudah tersenyum, mereka tidak  menyangka kalau Steven juga bisa sangat serius dan sedikit menakutkan.

Lisa yang sangat mengenal Steven tahu bahwa dia sedang mengerjai Lisa. Steven sedang mencoba tampak serius tapi kaki kanannya yang bergoyang menandakan dia sedang bersandiwara.

"Enggak, gue nggak marah. Gue cuma nggak suka ama lo!" jawab Lisa tegas lalu tersenyum licik. Rebekha meraih lengan Lisa, berusaha menenangkannya, tapi ditepis oleh Lisa.

Steven menghentikan goyangan kakinya. Lalu memandang Lisa dengan wajah marah. Lisa bergeming, dia melihat badai di mata Steven.

"Elu boleh mengundurkan diri kalau nggak suka. Gue masih bisa nyari mahasiswi yang lain." tegas Steven mengubah panggilannya kepada Lisa yang tadinya kamu menjadi elu, lalu meninggalkan Lisa. 

Kali ini Steven marah, benar-benar marah. Lisa mengenal mata itu, mata yang sama Steven perlihatkan ketika Lisa meminta cerai.

Dada Lisa terasa sesak, rasanya dia ingin menangis, tapi harga diri melarangnya untuk melakukan itu di hadapan teman-temannya. Tapi Lisa tidak dapat menahan emosinya, airmata keluar tanpa dapat dia bendung. Lisa lari meninggalkan teman-temannya karena tidak ingin mereka melihatnya menangis.

***

Steven benar-benar tidak habis pikir, apa masalah perempuan itu dengannya. Mereka baru saja kenal hari ini, tapi kenapa dia bersikap seolah-olah Steven pernah melukainya.

"Ada masalah?" Angel melihat perubahan raut wajah Steven setelah pergi dengan ketiga juniornya tadi.

"Oh masalah kecil, kamu punya teman satu lagi nggak? Soalnya salah satu dari mahasiswi yang tadi mengundurkan diri." jawab Steven mencoba menutupi rasa kesalnya.

"Oh ada banget, tadinya dia mau ikut tapi kata Rudy udah pas orangnya. Ini aku daftarin nama sama pin BB nya ya." ucap Angel sambil menulis. Dia senang karena bisa membantu Steven, berharap Steven akan mengingat dia dan kebaikannya, siapa tahu pada akhirnya Steven akan menyukainya.

"Thank you banget ya." ujar Steven sambil menyunggingkan senyum dengan terpaksa.

"Aku duluan ya, ada kelas." sambung Steven lalu pergi meninggalkan Angel.

Steven masih tidak dapat melepaskan pikirannya dari Lisa. Dia marah sekaligus penasaran dengan gadis itu. Ada sesuatu dalam gadis itu yang membuat Steven tertarik sekaligus benci.

"Adji!" teriak Steven melihat salah satu teman seangkatannya. Dia ingat Adji memiliki seorang adik di Fakultas Hukum.

"Apaan bro?" tanya Adji setelah Steven tiba di hadapannya.

"Bro, lu kenal nggak sama temen-temen adek lo di Hukum?" 

"Kenapa? Ada yang lo taksir?" selidik Adji dengan wajah datar. Dia sudah hapal dengan lagak teman-temannya yang mengincar para mahasiswi junior.

"Bukan, ada satu cewek yang kayaknya bermasalah sama gue. Tapi gue ga ngerti masalahnya apa." jawab Steven mencoba meyakinkan Adji.

"Siapa namanya?"

"Lisa, Lisa Putri Adhitama." Steven membaca daftar nama yang diisi para mahasiswi tadi. 

"Lisa? bermasalah sama elo? nggak mungkin deh kayaknya." Adji menggelengkan kepalanya.

"Itu anak paling pintar, seangkatan. Dia sama temen-temennya empat sekawan itu paling terkenal di Fakultas Hukum, soalnya cantik-cantik dan modis-modis semua." sambung Adji sambil tersenyum penuh makna.

"Kalau bukan karena adek gw, udah gw deketin tuh mereka, dapat yang mana aja juga oke. Haha."

"Nah, Lisa itu menurut gw yang paling cantik dari mereka berempat, paling pintar, paling supel, tapi paling ga mungkin mau sama gue. Hahaha." Adji tertawa lepas sambil memukul pundak Steven.

"Kalau elu mungkin dia mau, soalnya kalian sama-sama pintar dan sama-sama good looking. Deketin aja lah" Adji terus nyerocos.

"Gue bukan mau ngedeketin dia!" amuk Steven yang dari tadi hanya diam mendengarkan Adji. Lalu pergi meninggalkan Adji, Steven merasa tidak ada gunanya bicara dengannya.

***

Lisa pulang ke rumah dengan mata sembab, dia tidak sanggup melanjutkan kelas hari ini dengan penampilan dan hati yang kacau. Sesampainya di rumah, Lisa langsung masuk ke kamar dan menguncinya. Dia tidak ingin ibunya melihat mata bengkaknya.

Sesampainya di kamar Lisa tertidur karena lelah.

"Lisa, kamu nggak makan?" Tiba-tiba suara ibunya membangunkan Lisa. Dia kaget karena terbangun dalam kamar yang gelap.

Dia segera meraih HPnya dan menggunakan cahaya HP untuk menyalakan lampu. Setelah lampu menyala dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.

'Aku tidur selama 6 jam?' Lisa terkejut menyadari betapa lamanya dia tidur tapi masih merasa mengantuk.

"Lisa nggak makan Ma, Lisa mau tidur, capek." jawab Lisa setelah ibunya mengetuk pintu kamarnya untuk yang kedua kalinya.

Lisa yang sangat lelah hanya mengganti bajunya lalu berencana untuk kembali tidur ketika tiba-tiba HP nya berbunyi.

"Steven" guman Lisa melihat nomor tanpa nama yang tertera di HP nya.

"Halo" jawab Lisa tenang. Dia yakin Steven mendapatkan nomor teleponnya dari daftar yang tadi dia berikan dan berencana mengajak Lisa bergabung lagi.

"Lisa? Kamu Lisa?" tanya suara yang sangat Lisa kenal. Lisa tertegun. Ini bukan suara Steven yang tadi siang dia temui.

Ini suara Steven suaminya. Steven yang berusia 38 tahun.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status