Share

Part 6. Lelah

Penulis: Rizka Fhaqot
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-08 17:38:22

Raihan mematung di tempat. Saat ini tak ada yang bisa dirinya lakukan selain bersabar, bersabar atas perubahan sikap Naomi terhadapnya. 

Naomi melanjutkan langkahnya lalu meletakkan tas miliknya di rak khusus, lalu mendekat ke arah lemari, mengambil beberapa potong pakaian dari dalamnya kemudian berlalu ke kamar mandi tanpa mempedulikan Raihan yang masih menatapnya dengan tatapan sendu. 

Raihan duduk di sisi ranjang dengan kedua tangan menangkup di wajahnya. Kepalanya penuh sesak dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di hadapannya. 

Di dalam kamar mandi, Naomi sengaja menyalakan kran air meski di dalam bak mandi air sudah hampir penuh. 

Beberapa saat Naomi hanya mematung di depan cermin lebar dekat wastafel. Ditatapnya pantulan wajah cantik miliknya dengan perasaan luka bercampur kecewa. 

"Apa aku terlalu buruk untuk bisa mendapatkan cinta yang tulus dari laki-laki bergelar suami?" gumam Naomi pelan. Sesak di dadanya semakin menggumpal seiring mata yang mulai menghangat. 

Kedua tangannya mengepal erat, menciptakan buku-buku tangan yang memutih. Ini adalah detik di mana ia merasakan kecewa yang paling dahsyat, kecewa pada orang terdekat di hidupnya. 

Perlahan diusapnya wajah kasar, lalu menarik nafas dalam. Sekuat tenaga ia tahan air mata yang berusaha meleleh ke luar, meski pada akhirnya bulir bening itu lolos dari pertahanannya. 

"Aku lelah berpura-pura kuat, pura-pura bahagia, Aku lelah berpura-pura baik-baik saja," bisiknya pelan dengan kedua tangan menangkup di wajah, berusaha menghalau bulir bening yang bersesakan ke luar. 

Dada yang masih tertutup pakaian lengkap itu terlihat kembang kempis karena sesak yang ia tumpahkan lewat air mata. Namun itu tak berlangsung lama, sekuat tenaga Naomi berusaha menghentikan tangisnya karena khawatir wajah cantiknya akan berubah sebab jika terlalu banyak air mata yang tumpah. 

Setelah sedikit lebih tenang, ia mulai membersihkan diri. Menghujani tubuhnya dengan air hangat, berharap lelah hati dan tubuhnya beranjak dalam waktu bersamaan.

Sepuluh menit lamanya Naomi berada di kamar mandi, selama itu pula Raihan setia menunggu di luar. Laki-laki itu masih ingin bertukar cerita lebih banyak lagi pada istrinya itu, persis seperti biasanya, namun sayangnya Naomi yang ia kenal sekarang tampak jauh berbeda, hingga Raihan merasa asing dibuatnya. 

Naomi ke luar dengan pakaian lengkap, bahkan kerudung instan kini melekat di kepalanya. Perempuan itu menganggap Raihan seolah tidaklah halal melihat auratnya. 

Hati Raihan tercubit. Dua hari mendapati sikap Naomi yang berubah bak langit dan bumi dari biasanya membuat laki-laki itu merasa semakin tak nyaman. Perlahan ia merasakan ada sesuatu yang hilang dari hidupnya, kepercayaan. 

"Kau anggap apa aku, Na? Sampai-sampai di kamar pun kau gunakan pakaian lengkap?" Raihan bertanya sambil menatap ke arah Naomi yang tengah menaruh handuk bekas pakai miliknya di rak dekat pintu kamar mandi. 

Naomi bergeming. Enggan rasanya untuk menjawab pertanyaan laki-laki itu, namun hatinya merasa tergelitik. 

"Suatu saat mungkin kau memang bukan lagi mahramku, dan aku ingin melatihnya dari sekarang," jawab Naomi enteng. 

Raihan menatap lekat pada istrinya itu. Hatinya berdesir hebat. 

"Jangan terlalu dipikirkan. Oh, ya, apa kau sudah merencanakan pernikahanmu dengan perempuan itu? Atau mungkin kalian sudah menikah diam-diam di belakangku?" Nada bicara Naomi dibuatnya setenang mungkin, meski gemuruh di dadanya mampu membuat sesak. 

Raihan seketika menunduk. Ia menyadari jika dirinya kini tak berharga lagi di mata Naomi, hingga perempuan itu dengan mudah melepaskannya untuk menikah lagi dengan perempuan lain. Sikap yang Raihan anggap berbanding terbalik dengan perempuan  pada umumnya. 

"Rencananya besok aku akan membicarakannya dengan Sena," jawab Raihan dengan hati-hati. 

"Lakukan segera! Setelahnya kirimkan foto pernikahan kalian padaku agar aku percaya jika kau tak lagi berzin*h dengan perempuan itu."

Raihan tersentak mendengar kalimat terakhir Naomi. Laki-laki itu menatap Naomi dengan alis bertaut. 

"Jangan memandangku serendah itu!" ucapnya bernada tak suka. 

Naomi tersenyum sinis. Kali ini matanya menatap rendah laki-laki sok suci hadapannya itu. 

"Apa yang dilakukan dua manusia dewasa yang saling mencintai tanpa hadirnya mahram? Tak usah berlagak sok suci karena itu hanya akan membuatku bertambah muak melihatmu." Kalimat itu terdengar pelan, namun penuh penekanan, membuat Raihan bungkam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rahayu Rahayu
Loh tadi dikantor Naomi memelintir rambutnya yg hitam pekat, tapi di rumah dia berhijab ? ini maksudnya apa ya ??
goodnovel comment avatar
Nisr Emiria
diluar Naomi mengurai rambut, di dalam rumah memakai jilbab. hmmmmm
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Ending

    Detik demi detik merangkak, hingga hari kian berlalu berjalan menuju minggu, perlahan tapi pasti minggu berlaku menuju bulan. Dua bulan setelah acara lamaran kala itu, hari pernikahan Raihan dan Raya di gelar di rumah Raya. Persis seperti permintaan Marina. Ya, sejak dulu Marina memang ingin kedua anak perempuannya menikah di sini, di rumah sederhana mereka. Awalnya keluarga Raihan merasa keberatan. Namun, setelah rembukan akhirnya mereka saling menerima, terlebih setelah Raihan angkat bicara untuk solusinya. Pada akhirnya acara resepsi akan digelar dua kali, pertama di kediaman mempelai perempuan, kedua di kediaman orang tua Raihan. Sebelumnya Mama Maya berkeinginan untuk melangsungkan acara di hotel, persis saat pernikahan Naomi dan Raihan dulu, dengan alasan tak ingin membeda-bedakan kedua menantunya itu. Namun, sang suami lebih memilih di rumah, mengingat Raihan pernah gagal menikah berulang kali. Hari ini, tepat di lapangan yang berada tepat berseberangan dengan rumah orang tu

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Ramon Meninggal

    "Ini beneran Ramon?" tanyanya meyakinkan. Sejujurnya ia sudah paham jawabannya, mengingat ia lebih kenal lama pada laki-laki itu ketimbang Raihan. "Rani tak mungkin salah lihat," balas Raihan dengan wajah serius. "Apa yang dipikirkan laki-laki itu sampai melakukan hal bodoh seperti ini? Padahal Vina sudah memberikan semuanya, tapi masih saja berulah," desah Raya dengan wajah sesal. Raihan hanya bergeming, membiarkan pertanyaan Raya mengawang di udara. Kalimat Raya barusan membuatnya merasa tertampar. Ya, apa yang Ramon lakukan sekarang bak kaca besar yang memamerkan masa lalunya dulu bagi Raihan. Kegilaan yang Ramon lakukan tak berbeda jauh dari kebodohan yang ia lakukan dulu, yang akhirnya membuatnya kehilangan Naomi dan kehilangan kepercayaan kedua orang tuanya. Bedanya, Raihan tak sampai nekat membahayakan nyawanya demi perempuan yang ia cintai. Banyak luka yang terasa nyeri hingga saat ini. Luka ketika Naomi lebih memilih pergi bersama Faiq, ketimbang kembali padanya meski i

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Berita Tentang Ramon

    Raihan tersentak ketika mendengar sebuah benda keras menghantam kuat di belakangnya. Serta suara teriakan beberapa orang berada tak jauh darinya. Laki-laki itu seketika menoleh, ternyata sebuah mobil sedan menghantam tiang PLN yang berada tak jauh dari tempatnya berada. Beberapa karyawan kantor yang sama dengan Raihan ikut menghentikan aktivitas mereka, yang semula sibuk dengan kendaraan masing-masing. Asap mengepul dari bagian kap mobil. Tampak wajah-wajah kaget bercampur panik dari orang-orang yang berada di dekat tempat kejadian. Dalam waktu hitungan detik tempat kejadian dikerumuni orang-orang yang berada di dekat tempat itu. Sebagian lagi adalah para pengendara yang lewat yang kini menghentikan kendaraan mereka di bahu jalan. Raihan seketika teringat sesuatu. Raya. Laki-laki itu bergegas turun dari mobilnya. Dengan wajah panik ia berlari ke tempat yang tadi dilewati gadis itu. Tampak Raya terduduk memeluk lutut di pinggir jalan. Kurang dari lima puluh senti di depannya ter

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Kecelakaan

    Raya meletakkan map yang tadi berada dalam dekapannya di atas meja, sesuai perintah Naomi. Tanpa menunggu lebih lama Naomi segera meraih map itu, mengecek kalimat demi kalimat yang ada di dalamnya dengan teliti, sedangkan Raya mengamati perempuan yang begitu ia kagumi itu dari tempatnya berdiri. Raya tampak meneliti wajah cantik dengan tubuh sedikit mengembang itu. Jauh di relung sana ada rasa kagum pada sosok mantan istri Raihan itu. "Bukankah kita ada janji temu dengan klien jam dua siang nanti?" Kalimat tanya dari Naomi membuat Raya sedikit kaget ketika mengangkat wajah dan tatapan keduanya bertemu. "Iya, Bu," jawabnya sambil mengangguk pelan. *Dua perempuan dengan usia terpaut tak begitu jauh itu duduk bersisian di kursi penumpang. Raya sesekali tampak melirik ke arah Naomi. Entah apa yang membuat sikap gadis itu sedikit terlihat canggung kali ini. Beberapa menit setelah mobil melaju suasana hanya hening. Hingga akhirnya Naomi memilih bersuara. "Mama sudah menceritakan se

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Kebahagiaan Seorang Ibu

    Raya mengerutkan dahu, ia tak paham dengan maksud kalimat yang baru saja ia dengar. Pun tak paham kenapa wajah perempuan di hadapannya itu berubah dalam hitungan detik saja. Raya meremas kedua jemarinya. Menikmati degup jantung yang masih berkejaran. Ingin bertanya tapi sedikit ragu. Raihan tampak menggeleng pelan sambil tersenyum tipis. "Maaf jika kamu tersinggung dengan ucapan Tante barusan. Sebenarnya Raihan sudah bercerita banyak tentang kamu, tentang ibumu yang awalnya tak memberi restu. Tante memakluminya, mungkin jika Tante yang berada di posisi ibumu Tante juga akan melakukan hal serupa," kekeh Mama Maya, membuat Raya seketika menarik napas lega. Wajahnya yang semula tampak gugup bercampur malu, kini sedikit lebih lega. "Tante hanya berharap semoga setelah ini Raihan benar-benar sadar jika apa yang dia lakukan dulu adalah hal keliru. Percayalah, Tante tidak akan pernah membela jika memang Raihan bersalah."Raya perlahan mengangkat wajah. Menatap canggung wajah renta itu d

  • KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN   Berkunjung ke Rumah Mama Maya

    Raya melangkah mensejajari langkah Raihan. Sepasang kekasih itu kini melangkah melewati gerbang, serta hamparan rerumputan hijau di halaman rumah berlantai dua milik orang tua Raihan. Dua tiang penyangga terlihat tampak kokoh dari arah depan. Berdiri gagah hingga mencapai lantai atas. Raya merasakan dirinya begitu kecil di sini. Berulang kali ia melirik rumah bercat putih perpaduan dengan abu tua itu, yang tampak bak bumi dan langit dengan rumah peninggalan sang ayah yang mereka tempati sekarang. Tiga buah mobil berjajar rapi di garasi rumah mewah itu. Mobilnya pun tak kalah mewah. Meski tak memilikinya setidaknya Raya cukup tau berapa kisaran harga kendaraan milik keluarga Raihan. "Bapak yakin mengajakku ke sini?" tanya Raya dengan langkah kaki memelan. Entah sudah berapa kali pertanyaan itu ia lontarkan sejak beberapa hari lalu. Raihan menghentikan langkahnya. Lalu menatap ke arah Raya dengan senyum tipis. "Masuklah! Kau tidak akan tahu bagaimana Mama jika tetap di sini," bala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status