Share

Part 7. Aku Belum Siap

Sejujurnya Raihan tak merasa itu tuduhan karena ia sendiri telah melanggat aturan agamanya itu dengan penuh kesadaran. 

Naomi beranjak meninggalkan Raihan yang kini hanya membatu di tempat semula. Berada dalam satu kamar bersama laki-laki itu pun seolah menjadi luka baginya, hingga sedapat mungkin ia menghindarinya. 

***

Matahari Kian menguning, pertanda malam semakin dekat. Raihan melajukan kendaraannya menyusuri Jalan perkotaan menuju pinggiran kota. Di sampingnya Sena dengan dandanan berlebihannya tersenyum puas karena Raihan baru saja membelikannya tas mahal impiannya sejak lama. 

"Kita akan ke mana?" tanya Sena dengan nada manjanya. 

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Ada yang harus kita bahas secepatnya." Raihan mencium lembut jemari Sena yang sejak tadi ia genggam dengan tangan kirinya. Ah, terlihat begitu romantis. 

"Apa ada kejutan kedua yang tengah menungguku?" Rona bahagia memancar dari wajah berpipi chubby itu. 

"Begitulah," jawab Raihan dengan senyum termanisnya. Keinginannya untuk memiliki Sena secara utuh membuatnya tanpa pikir panjang untuk menyakiti hati Naomi—perempuan cantik yang sudah setahun ini mendampinginya. 

Beberapa menit setelahnya mobil yang mereka tumpangi sampai di sebuah pantai. Deretan pohon pinus menyambut kedatangan mereka di kanan kiri jalan. Tampak suasana pantai yang mereka kunjungi lengang sore ini, terlebih Raihan sengaja memilih pantai yang tidak terlalu ramai pengunjung agar ia leluasa menyampaikan tujuannya membawa Sena ke tempat ini. 

Tanpa menunggu lama keduanya turun dari mobil menuju sebuah gazebo yang berhadapan langsung dengan bibir pantai setelah selesai membayar biaya sewanya. 

"Pengen pesan makanan?" tanya Raihan pada gadis pujaannya itu. Dan tanpa pikir panjang Sena mengiyakan lalu memesan beberapa jenis makanan yang dijual di beberapa warung dan gerobak di pinggir pantai tak jauh dari mereka berhenti. 

Perempuan itu menikmati ujung senja yang menenangkan. Sedangkan Raihan beranjak untuk memesan makanan yang tadi Sena pinta, setelahnya kembali menemui gadis itu. 

Senja semakin beranjak, matahari kian menguning hingga terlihat tampak kemerahan di ufuk barat. Raihan dengan lembut menggenggam jemari Sena lalu membawa ke pangkuannya. 

Wajah laki-laki itu seketika berubah serius. Berapa saat ia terdiam, berusaha memilih kata yang tepat untuk memulai kalimatnya. 

"Ada yang ingin Abang bicarakan denganmu," ucap Raihan seraya jelas wajah berambut pirang di sampingnya itu. Sena yang tengah mengedar pandangannya pada riak gelombang yang menghantam bibir pantai kini beralih menatap wajah serius Raihan. 

"Kok, kelihatan tegang?" Sena terkekeh. Alisnya bertaut saat menatap wajah laki-laki yang memiliki hubungan spesial dengannya 2 bulan terakhir itu. 

Rehan menghela nafas panjang, lalu tersenyum lembut pada perempuan itu. 

"Apa kamu sudah siap menikah denganku?" 

Pertanyaan Raihan barusan mampu membuat Sena tersentak. Ia tak menyangka laki-laki berumur 10 tahun di atasnya itu menanyakan masalah itu. Selama ini Sena tak pernah serius dengan hubungannya dan Raihan. 

"Apa aku tak salah dengar?" Sena berusaha meyakinkan apa yang baru saja ia dengar. 

Raihan tak langsung menjawab, laki-laki itu terlihat memutar posisi duduknya menghadap Sena. Membingkai wajah perempuan dengan mata mengenakan lensa kotak berwarna hitam keabu-abuan itu dengan manis. 

"Iya, Sen, Aku ingin segera menikah denganmu. Aku tak ingin catatan dosa kita bertambah lebih panjang lagi." Raihan berucap dengan nada Sendu. Seburuk apa pun dirinya, ia tetap paham batasan dalam aturan agamanya, meski pada kenyataannya batasan itu dengan mudah ia langgar. 

Perlahan Sena melepas tangan Raihan yang membingkai wajahnya. Sikap hangat yang yang ia tunjukkan sejak awal bertemu seketika berubah dingin. 

"Maaf, aku belum bisa sekarang. Aku tak ingin kuliahku gagal gara-gara menikah." Sena beralasan. Wajah perempuan itu tampak gugup. 

"Kau bisa melanjutkan kuliahmu seperti biasa, Sen. Kalau kau belum menginginkan anak kita bisa menundanya." Raihan  berusaha membujuk. Menikahi Sena adalah keinginannya serta syarat dari Naomi agar perempuan itu tetap tinggal bersamanya. 

Sena masih menampakkan wajah kebingungan. Tak tahu harus menjawab apa karena memang dirinya hanya menganggap Raihan sebagai ATM berjalan. 

"Tunggulah sampai aku selesai kuliah, Bang. Setelah itu baru kita bicarakan lagi rencana pernikahan kita." Sena berusaha mencari alasan untuk mengulur waktu. 

"Apa yang membuat kamu keberatan menikah denganku sekarang, Sen? Bukankah kita bisa menikah diam-diam dulu jika kau merasa tak nyaman, setelah kau selesai kuliah barulah kita mengadakan resepsinya. Dan aku bisa memenuhi  semua kebutuhan lahir dan batinmu tanpa harus sembunyi-sembunyi seperti ini. Aku janji, aku tak akan memaksamu untuk melayani makan minumku karena aku bisa membayar pembantu untuk semuanya. Aku hanya butuh kau menikah denganku, melayani kebutuhanku saat aku menginginkannya saja, persis seperti sekarang." Raihan terus membujuk. 

Perempuan itu berdiam beberapa saat. Berusaha mencari alasan agar Raihan bisa memahaminya. 

"Aku benar-benar tak bisa menikah secepat ini. Tolong mengerti, beri aku waktu sampai selesai kuliah." Sena penampakan wajah memelasnya. 

Raihan berpikir sejenak, kemudian kembali bersuara. 

"Baiklah, akan aku coba meminta Naomi mengerti," ucap Raihan akhirnya dengan wajah kecewa. Ia masih tak habis pikir mengapa Sena bersikeras menolak untuk ia ajak menikah. 

Perempuan itu terlihat menghela nafas panjang. Dadanya sedikit lega setelah Raihan mengiyakan permohonannya, permohonan untuk menunda waktu pernikahan mereka, meski Ia pun tak tahu dengan alasan apa selanjutnya ia menolak permintaan yang sama dari orang yang sama. 

Senja semakin pekat bahkan langit sebelah timur sana semakin gelap. Tanpa mereka sadari seorang laki-laki yang tengah duduk di kursi kayu tepat di bibir pantai tak jauh dari tempat mereka berada sejak tadi memperhatikan keduanya. Laki-laki itu beranjak setelah adzan maghrib mengalun merdu dari mushola kecil di sebelah kanan mereka. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Wah cm dianggap atm berjalan ............kasian dh lu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status