Share

KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU
KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU
Penulis: Airi Mitsukuni

Part 1–Istri Baru

"Ini Mira, Dek. Kami baru saja menikah pagi tadi," ucapnya dengan mantap. Tak tersirat sedikit pun dari nada bicaranya dia merasa bersalah.

Aku bergeming.

"Dek?" panggilnya lagi karena melihatku hanya diam sembari tetap sibuk mengotak-atik ponsel. "Aku sedang bicara denganmu, Dek. Kamu enggak dengar?"

"Dengar, kok," sahutku santai. Melirik sekilas, lalu kembali sibuk dengan ponsel.

"Aku sudah menikah lagi, Dek." Dia mengulang kalimatnya dengan suara lebih tegas.

"Hm, terus?" Kini aku menatapnya tenang. Meletakkan ponsel di pangkuan, lalu bersedekap.

Bang Leon dan wanita bernama Mira itu saling menatap bingung. Aku hanya tertawa dalam hati.

Apa dia pikir aku akan menangis-nangis? Bersujud memintanya agar menceraikan wanita itu dan kembali padaku?

Halah, mimpi saja kamu, Bang!

"Kamu enggak marah, Dek?" tanyanya tak percaya.

"Kenapa aku harus marah? Baguslah kalau Abang sudah menikah lagi," ujarku cuek. Mengambil toples camilan di meja, lalu memakan keripik singkong yang ada di dalamnya.

Beban batin yang selama ini kurasakan sendirian dan kukubur dalam-dalam, kini tak lama lagi beban itu akan segera dirasakan oleh wanita lain. Kita lihat saja. Apa dia mampu bersabar dan menerima Bang Leon apa adanya sepertiku?

"Jadi, kamu sudah setuju dengan pernikahan keduaku ini?" tanyanya lagi dengan tatapan yang ... entahlah. Dia seperti terlihat kecewa.

Kenapa pula dia terlihat seperti tidak bahagia? Bukankah ini yang dia inginkan?

Dulu, Bang Leon sering sekali membahas tentang poligami. Aku hanya menanggapi dengan santai karena memang itu diperbolehkan.

Hanya saja, setiap kali dia bertanya apa aku mengizinkan jika dia juga melakukannya? Kujawab dengan tegas dan lantang 'silakan menikah lagi, tapi ceraikan aku dulu'.

Aku memang tak menentang, tapi bukan pula yang sanggup menerimanya. Kadar keikhlasan dan kesabaran yang dimiliki masih jauh di bawah rata-rata. Bisa-bisa aku gila jika membayangkan dia berbagi kehangatan dengan wanita lain.

"Bukannya sudah lama Abang tahu jawabanku? Aku enggak pernah melarang Bang Leon memiliki istri lebih dari dua. Tapi asal bukan aku istri pertamanya. Ceraikan aku dan nikmatilah hidup bersama istri baru." Aku menunjuk wanita berambut ikal cokelat itu dengan dagu. "Setelah itu, Abang bebas menikah lagi dengan wanita mana pun. Tentu Mira enggak akan keberatan, 'kan?"

Raut wajah wanita itu berubah seketika. Dia yang sedari tadi bersikap tenang dengan tangannya yang terus digenggam Bang Leon pun jadi terkejut. Dia spontan menoleh pada calon mantan suamiku itu dengan wajah cemberut.

"Kenapa? Apa kamu keberatan kalau Bang Leon menikah lagi nantinya?" sindirku dengan senyum tipis.

Wanita itu diam dan langsung melepaskan tautan jemarinya.

Cih, munafik! Berani mengganggu kehidupan rumah tangga orang lain, tapi sendirinya tidak sudi diperlakukan sama.

"Kita enggak perlu bahas itu sekarang, Dek. Kita ini sedang membahas aku, kamu dan Mira."

"Ya, terus? Maunya Abang apa?" tanyaku sembari kembali asyik menyantap camilan.

"Aku mau kamu menerima Mira sebagai adik madumu. Kita hidup damai bertiga di rumah ini, Dek."

"Enggak bisa," jawabku cuek. "Keputusanku akan tetap sama. Ceraikan aku atau selamanya wanita itu hanya akan berstatus istri sirimu," tegasku dengan tatapan dingin.

"Kamu tahu Mira, dengan statusmu yang hanya sebagai istri siri, kamu akan sangat merugi. Jika suatu saat kalian berpisah, kamu enggak bisa menuntut harta gono-gini karena status pernikahan kalian enggak diakui negara. Kamu juga bisa saja ditinggalkan seenaknya oleh Bang Leon, dan dia menikah lagi dengan wanita lain saat nafsu kembali menguasainya."

"Itu nggak mungkin terjadi!" bantah Bang Leon cepat. "Kamu jangan sembarangan bicara, Dek. Apa kamu pikir aku semudah itu terpaut hati pada setiap wanita yang ditemui?"

"Oh, jelas," sahutku tak kalah cepat. "Ini ... buktinya aja sudah ada," kataku santai sembari menunjuk Mira yang wajahnya ditekuk.

Bang Leon bungkam.

"Kenapa diam?" sindirku dengan senyuman miring.

"Aku enggak akan begitu, Dek. Ini pernikahan terakhirku. Aku janji akan setia pada kalian berdua," ujarnya dengan lembut.

Memuakkan!

Aku terkekeh pelan. "Apa janjimu masih bisa dipertanggung jawabkan, Bang? Janji suci pernikahan kita saja kamu ingkari," sindirku yang kembali membuat Bang Leon diam seribu bahasa.

"Hey, Mira! Status siri ini bukan hanya merugikanmu sendiri, tapi juga anakmu nanti. Di akta lahir, hanya akan tertulis nama ibu. Bisa, sih, nama ayahnya juga dicantumkan. Tapi prosesnya rumit termasuk harus ada tes DNA dan itu butuh banyak uang!"

Wanita berkulit sawo matang itu semakin menunduk dengan kedua tangannya saling meremas di pangkuan. Bang Leon hendak meraih jemari itu untuk menenangkan, tapi dia menolak.

"Dek, kumohon jangan menakuti Mira seperti itu."

Bagus, Bang. Bagus!

Bang Leon bahkan membela istri barunya dibandingkan aku yang sudah menemaninya sejak nol. Kini, saat ekonomi semakin membaik dengan seenaknya dia datang begitu saja membawa istri baru ke rumah ini.

"Siapa bilang aku menakuti? Itu fakta! Kalau enggak percaya, pakailah ponsel pintar kalian itu untuk mencari informasinya." Aku tersenyum mengejek.

Ponsel saja yang pintar, tapi pemiliknya tidak. Menyedihkan!

"Bujuk Bang Leon supaya menceraikanku jika ingin pernikahanmu legal secara hukum. Jangan harap aku sudi berbagi dan memberikan kalian izin menikah secara resmi. Enggak akan pernah!"

"Bang," rengek Mira dengan wajah memelas. "Apa yang dikatakan Mbak Lusi itu benar. Bang Leon juga udah janji mau nikahi aku secara resmi, 'kan? Pokoknya aku enggak mau kalau hanya menikah siri! Bang Leon harus memilih antara aku atau Mbak Lusi!"

Mamam, tuh, Bang! Pilih saja dia supaya wanita itu bisa merasakan derita yang selama ini kurasakan.

"Enggak!" tukas Bang Leon. "Aku enggak akan pernah menceraikan Lusi. Pun enggak akan melepasmu."

"Tapi, Bang—"

"Ssstt, diamlah," potong Bang Leon dengan menatap tajam Mira. "Biar aku yang bicara dengan Lusi. Kamu diam saja."

Mira mendengkus kesal, lalu bergeser menjauh dengan wajah cemberutnya.

"Aku janji akan berbuat adil, Dek. Terimalah dia sebagai adik madumu, ya. Izinkan aku menikahinya secara hukum negara juga," pintanya dengan tatapan memohon.

Sakit?

Tentu saja. Hati ini seperti diremas-remas mendengar dia berucap dengan begitu mudahnya tanpa memikirkan perasaanku. Nyeri, tapi sekuat mungkin aku bertahan. Kehilangan Bang Leon tidak akan membuat hidupku berakhir saat ini juga.

Aku berdiri, menatap angkuh keduanya sembari melipat kedua tangan di dada.

"Keputusanku enggak akan pernah berubah, Bang. Kita bercerai kalau Abang mau menikahinya secara resmi. Jangan jadi pria serakah!" tegasku tak ingin dibantah dengan sorot mata tajam.

"Dan kamu, Mira. Pikirkan baik-baik semua ucapanku tadi. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari! Aku juga wanita. Aku enggak mau kamu merasakan hal yang sama sepertiku. Pikirkan juga masa depan anakmu nanti," kataku dengan seulas senyum sinis, kemudian berlalu pergi tanpa menoleh lagi.

Aku melangkah cepat menuju lantai atas. Hati ini jelas sakit, tapi tak ada setitik pun air mata yang menetes. Semua itu sudah kering. Sudah habis ketika satu minggu yang lalu, aku menangis perih saat mengetahui fakta bahwa Bang Leon memiliki wanita idaman lain.

Ini bukan poligami yang benar. Ini perselingkuhan! Bahkan, mereka sudah menjalin hubungan diam-diam selama dua bulan sebelum akhirnya menikah siri.

Aku tak sengaja membaca chat mesra di ponsel Bang Leon dari kontak bernama Ari. Merasa ada yang tak beres, kuputuskan untuk menyadap, dan akhirnya mendapatkan bukti bahwa ternyata Ari itu wanita. Dialah Mira—teman sekantor Bang Leon.

Benar. Insting wanita itu memang kuat. Sudah lama aku curiga, tapi berusaha menepis itu dan tetap berpikir positif. Nyatanya, kepercayaan yang kuberikan itu sia-sia belaka.

Bukti chat bahwa mereka sering jalan bersama dengan alasan lembur membuat hati ini seketika membeku. Cinta yang ada di hati langsung lenyap begitu saja tak tersisa. Kekecewaan ini begitu besar hingga rasanya mati rasa.

Lihat saja, Bang! Kamu pikir aku akan hancur karena kehilanganmu? Tidak sama sekali!

🌸🌸🌸

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nurul Shazlin
sakit memang sakit la dimadu tapi lebih baik nikah siri dari melakukan zina..ya kan
goodnovel comment avatar
Fritz
buruk. cb bwt novel kisah perjuangan suami thdp pernikahannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status