Share

MURKA

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-10-03 16:16:55

Wanita yang bersanggul segede baskom itu melotot. Tangannya teracung ke atas dan siap melayang di pipi ini. Gampang banget nangkap tangan segede gagang sapu itu.

"Adaaaaw!"

Sebelum kedorong tubuhnya, tangan ceking itu kupelintir dulu.

"Mamaaa!" jerit seseorang yang kemudian kutahu itu adalah suara Susi.

Makinlah aku panas lihat betapa muda, cantik dan seksinya wanita berkebaya pengantin itu. Aku kalap dan menghampirinya.

Tapi, langkah ini dihentikan oleh cekalan tangan mas Ragil dan tangan lelaki lain.. Lepas itu, aku diseret paksa keluar ruangan.

"Lepaskan, aku mau buat perhitungan sama si Susi jablay itu!"

Aku berontak sekuat tenaga, tapi tangan tiga lelaki itu berkalilipat kekuatannya. Aku dibawa ke sebuah mobil dan dimasukkan paksa. Sebelum melaju aku masih mendengar mas Ragil bicara, "Antar Tiara ke rumahnya, bilang ke pembantu di sana awasi jangan sampai dia datang ke sini lagi!"

"Sialan kamu, Mas! Aku bersumpah akan membuatmu menyesal seumur hidup sudah memperlakukan aku begini!"

Aku meraung di dalam mobil. Memukul-mukul jok yang ada di depan sambi teriak minta berhenti.

"Iya saya berhenti di depan, tapi ibu nangis aja jangan mukul-mukul nanti saya gak fokus terus kita celaka!"

"Bodo amat, mati juga gak apa-apa!"

Sopir itu tak merespon ucapanku. Ia menjalankan kembali mobil. Lepas itu berhenti di tempat agak jauh dari rumah Susi.

Aku dan sopir itu duduk di trotoar. Entah siapanya mas Ragil lelaki ini. Yang pasti bukan sopir kami.

"Bu, kalau mau balas dendam jangan begitu caranya. Main yang cantik. Kalau bar-bar ibu malah akan kalah!"

Setelah sekian lama duduk dalam diam, pria berkemeja batik itu bicara. Sepertinya pria ini memang bukan sopir. Mungkin teman mas Ragil.

"Tapi saya tidak cantik makanya mas Ragil kawin lagi!"

"Kata siapa ibu tidak cantik? Ibu cantik, kok, cuma-!"

"Gendut'kan?"

"Bukan gendut, tapi maaf kurang kurus!"

"Ck, sama aja. Bambang!"

"Nama saya bukan Bambang, Bu!"

Aku berdecik sebal mendengar sanggahannya.

"Saya Zayyin Satrio, duda anak satu, loh!"

Diiih!

Aku menoleh pada pria yang sepertinya punya rasa percaya diri tinggi. Ngapain juga mengenalkan diri dalam situasi tak tepat begini. Mana pakai nyebut status lagi. Apa dipikir aku akan tertarik. Tentu saja tidak.

Bagiku saat ini, laki-laki sama saja. Menyebalkan, buaya dan tak patut diberi simpati. Malah bagusnya diuwel-uwel biar kayak lap kucel.

"Kalau mau membalas dendam, ibu harus main cantik. Suami ibu orang kaya, loh. Kalau bar-bar ibu bisa dicerai dan tak dapat apa-apa. Istri kedua malah beruntung banget nanti. Udah bisa menyingkirkan, eh, jadi nyonya satu-satunya."

Mau menyetop pembicaraan, kok, ya, penasaran lanjutannya. Apalagi yang dibicarakan ada benarnya.

Aku bisa menebak kalau mas Ragil disuruh milih, akan milih yang baru. Makanya kawin lagi, pasti karena ingin yang lebih muda, kinclong dan seksi. Kalau melihat keadaan diri sendiri, jelas aku jauh dari kriteria itu.

Aku dibuang bukan hal yang mustahil. Dan, benar kata orang ini, aku takkan dapat apa-apa nanti. Mereka senang-senang dengan kekayaan, aku melongo kayak orang bego.

Padahal selama ini aku ikut serta membesarkan usaha. Bahkan, tanah warisan dan perhiasanku pernah ikut lebur jadi modal usaha di awal perjalanannya. Masa setelah sukses, wanita sialan itu yang menikmatinya? Enak saja!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    END

    Meski ini pernikahan kedua, bahagianya tak lebih rendah dari yang pertama. Bahkan, ada lebihnya.. Pria yang menyandingku kali ini tidak lain di mulut, lain di hati. Ia tulus mencintai saat orang lain meremehkan. Mas Zayyin senantiasa mengenalkanku pada kerabat dan relasinya. Begitu juga denganku yang mengenalkan ia pada keluarga. "Kamu itu pandai cari istri, Zay! Sudah cantik, baik pula. Semoga rukun selalu sampai kakek nenek, ya!" ucap salah satu tante mas Zay.Aku menanggapi pujian itu dengan senyuman, ucapan terima kasih atau balas memuji. Aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Dulu saat masih bersama mas Ragil pun sering menemaninya bertemu relasi. Jika tak sedang melayani tamu, aku dan mas Zay melanjutkan obrolan. Tentu saja lebih banyak bercanda daripada seriusnya. *Di sini, di kamar hotel ini hanya ada kami berdua. Suasana di dadaku jangan ditanya. Ramai oleh debaran-debaran kencang. Makin lama makin ribut saja mereka.Kadang kuelus dada agar bisa meredakan gemuruh di

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    SAH

    Keluarga besarku pun turut hadir. Kakek, nenek, om, tante, kakak, adik. sepupu, dan keponakan ada. Keluarga mas Zay pun telah duduk di dua shaf ini. Jumlahnya cukup banyak dan aku belum hapal semua. Dari penampilan, aku sudah menduga mereka berlatar golongan kaya. Meski bukan pengusaha semua, tak sembarangan pekerjaan yang mereka sandang. Ada dokter, dosen,wartawan, pengacara bahkan anggota dewan kata mas Zay. . Dari arah barisan pria, terdengar host akad nikah tengah membuka acara. Dia mengucapkan terima kasih pada hadirin dan menyampaikan informasi bahwa akad akan segera dimulai.Hatiku bergetar hebat kala akad suci diikrarkan mas Zayyin. Sekian detik berikutnya aku resmi menyandang gelar nyonya Zayyin Satrio.Airmata ini tumpah dalam dekapan mama. Lalu, kurasakan mama mertua mendekapkan tangannya juga pada sisi tubuhku yang lain."Selamat, ya. Semoga pernikahan keduamu langgeng hingga melebihi batas usia," ucap mama di sela isakan. Aku pun tak sanggup berkata-kata. Hanya mampu me

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    YANG TERINDAH

    "Kupikir lama tak jumpa, kamu makin tua, nyatanya..."Aku deg-degan menunggu lanjutannya. Ampun, eh ini jantung bisa-bisanya tak bisa dikendalikan. Coba tolonglah sampai kapan akan begini."Ternyata memang makin tua!""Haaa, asem!"Zay tertawa puas melihat reaksiku. Pria itu seperti senang sekali mendapatkan aku dongkol. Eh, tapi candaan itu sukses membuat grogi hilang. Efeknya kami jadi bisa ngobrol seperti dulu."Gimana butiknya?"Aku jadi antusias bercerita soal perkembangan usaha butik. Aku ceritakan bahwa sekarang semakin besar dan terkenal. Bahkan beberapa selebritis pun sudah jadi langganan tetap di butik itu.Orderan gaun pengantin juga sudah mulai berdatangan. Kadang bangga sebab disejajarkan dengan butik-butik yang telah lama meniti karirnya."Kerjaan Mas di sana gimana?""Biasalah, bikin waktu makin sempit buat godain cewek!"Ini laki belum tahu rasanya disumpel sama gagang sapu. Seenaknya aja bilang tentang godain cewek di depan calon istri. Apa di pikir aku tidak akan mar

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    YANG MAMPU

    Aku jadi tertawa mendengar perkataan asalnya. Emang hobi humor jadi renyah banget ngemas kata-kata."Aku gak bulan depan karena mau besok datang ke rumah calon mertua. Sekarang, kamu siap-siap pulang sana. Tunggu aku di rumah papa mamamu!""Haaa!""Ho'oh, sejutarius. Sekarang lagi packing, nih coz malem terbangnya!""Mas Zay, apa-apaan, sih! Ngapain dadakan gini. Aku belum ngapa-ngapain, tahu!""Ngapa-ngapainnya nanti kalau udah halal. Sekarang siap-siap pulang sana! Dengar, ya aku ini bukan pemaksa, hanya tak memberimu pilihan saja!" Mas Zay beneran serius mau datang besok. Itu bikin aku kelimpungan sendiri. Setelah telpon ditutup langsung manggil bi Eti dan bilang apa yang terjadi."Masya Allah, Bu. Luar biasa, ya kejutan dari Gusti Allah. Saya jadi nangis, nih!""Nangisnya nanti aja, Bi. Sekarang tolong packing baju saya. Bibi juga ikut, ya takutnya di sana butuh bantuan!""Siap, Komandan!"Aku harus cepat sampai di rumah orang tua untuk bicara tentang Zay. Masalahnya aku belum pe

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    KANGEN TIDAK

    Aku harus memikirkan ini baik-baik. Trauma kegagalan pernikahan membuatku tsk boleh sembarangan memutuskan masalah serius ini. Aku tak ingin terulang untuk kedua kalinya.Dulu, mas Ragil juga mengatakan akan setia. Tidak akan mendua apapun yang terjadi. Nyatanya semua itu dusta.Bisa jadi Zay juga melakukan hal sama. Saat ada maunya bergaya bak pemuja cita. Setelah bosan menjadi semacam pecandu rokok, lepas bersepah dibuanglah bendanya.Aku belum bisa percaya pada lelaki. Tetaplah di benak ini mereka semua tukang tipu. Di depan bilang cinta, di belakang main mata.Mas Ragil dan Susi pamit sebab akan langsung ke pesantren dan rumah orang tua keduanya.. Katanya juga tak bisa lama di sini sebab Surabaya banyak hal yang harus diurusi."Nanti Mba sama Mas Zay ke Surabaya, ya. Jangan lupa, loh!" bisik. Susi saat kami berpelukan. Karena gemas digoda terus, aku cubit saja tangannya."Pamit, ya, Ra. Pikirkan sekali lagi tentang Zay. Kami siap hadir di acara pernikahan kalian, ok!"Mas Ragil ju

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    14

    TIARA"Mba Tiaraaa!"Ternyata mas Ragil datang bersama Susi. Kukira sendiri, sudah tegang saja tadi. Tubuh Susi sudah langsing seperti semula. Tampaknya ia sungguh-sungguh melaksanakan dietnya.Aku berpelukan dengan Susi, lalu mempersilakan keduanya masuk. Selepas menyediakan jamuan barulah kami ngobrol."Wah, wah kejutan banget dikunjungi tuan dan nyonya besar. Ada apa, nih sampai menyempatkan diri mampir?""Ish, Mba! Emang gak boleh gitu kita datang ke sini?"Aku dan Susi tertawa bersama, mas Ragil cuma senyum gitu. Tak enak, sih dipandangin terus. Tatapan matanya itu belum berubah ternyata. Masih ngarep, kali, ya?"Ayo diminum dulu. Makannya beli aja, ya. Gak masak soalnya. Abis ngedadaklah kalian datangnya! Bentar aku telpon dulu restorannya!""Gak usah, Mba kami udah makan, kok!""Iya, gak usah, Ra. Udah kenyang juga kami!"Aku mengurungkan niat menelpon. Daripada juga banyak tersisa sebab mereka tak mau makan nantinya."Dari sini kami akan ke pesantren anak-anak!"Syukurlah, ana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status