Share

Bab 9

"Bayu," panggil Rena ragu. Bocah yang sedang asyik membaca itu pun menoleh.

"Ya, Mbak?" jawabnya penasaran. Mata mereka bertemu.

"Mmh, Mbak mau menikah sebentar lagi," ucapnya lirih. Mata Bayu membulat.

"Menikah? Dengan siapa, Mbak? Kok aku nggak tau?" cerocos Bayu seraya mendekati kakaknya. Rena tersenyum tipis.

"Ada, nanti juga kamu tau. Tapi ...." Ucapan Rena terhenti. Dia terlihat ragu. "Kamu jangan bilang siapa-siapa ya, janji!" pinta Rena. Bayu mengangguk pasti.

"Nanti kita akan pindah dari sini. Kamu nanti pindah sekolah dan tinggal di asrama, sedangkan mbak ... nanti ikut suami." Rena memandang wajah adiknya lekat.

"Jadi kita nggak tinggal bersama, Mbak?" Wajah Bayu nampak kecewa. Rena menggeleng pelan. "Nanti, mbak akan jenguk kamu ke sana sering-sering, deh," bujuk Rena menghilangkan sedikit kekhawatiran di hati bocah sembilan tahun itu. Bayu mengangguk pasrah.

"Jadi kapan Mbak menikah?" Terdengar suara Bayu yang mulai ceria kembali. Rena tersenyum manis.

"Beberapa hari lagi. Kita akan pergi ke luar kota," ucap Rena seraya memeluk adiknya.

Suara dering ponsel terdengar nyaring. Sebuah panggilan masuk dari sebuah nomor yang diberi nama Dokter Mesum. Rena mengangkatnya.

"Ya," ucap Rena singkat.

"Aku ingin mengajakmu juga adikmu keluar hari ini." Suara bariton itu terdengar meminta.

"Untuk?"

"Please, Rena. Aku hanya ingin lebih mengenal kalian berdua. Aku juga ingin membelikan beberapa baju buat adikmu," pinta Dokter Fredy memohon. Rena menghela napas seraya menatap adiknya yang selalu berpakaian sederhana.

"Siapa itu, Kak? Calon suami Kakak?" tanya Bayu semringah. Rena menjawab dengan senyuman.

"Itu adik kamu? Sini aku mau ngomong." Terdengar suara Dokter Fredy. Rena menyerahkan ponselnya pada Bayu.

"Ha-halo ...," ucap bayu ragu.

"Halo, kamu Bayu?" tanya Dokter Fredy. Bayu mengangguk, seolah lawan bicaranya bisa melihat.

"Ini, siapa?" Bayu balik bertanya.

"Aku Fredy, calon kakak ipar kamu. Kita belum pernah ketemu ya? Kamu bersedia kalau sekarang kita bertemu?" Dokter Fredy kembali bertanya. Bayu pun kembali mengangguk.

"Kok kamu diam aja?" Dokter Fredy penasaran karena tak didengarnya jawaban.

"Eh, i-iya, saya mau," jawab Bayu antusias.

"Ok, kalau gitu, aku jemput kalian sekarang. Bersiaplah! Kalau sudah, kalian langsung saja keluar rumah, ya!" pinta Dokter Fredy. Bayu pun tersenyum ceria.

Tidak perlu waktu lama mereka bersiap, kemudian langsung menuju ke jalan raya. Walaupun malas, tapi demi melihat senyuman di wajah adiknya, akhirnya Rena pun memaksakan pergi.

Terlihat mobil sport hitam milik Dokter Fredy sudah terparkir di pinggir jalan. Pemiliknya pun berdiri dengan gagah di sebelahnya. Senyum manis tersungging di bibirnya. Bayu pun berjalan penuh semangat.

Dokter Fredy membuka pintu belakang untuk Bayu. Kemudian Bayu pun naik. Tak lama Rena mau menyusul duduk di sebelah adiknya, tapi secepat kilat tangannya ditahan oleh lelaki tinggi itu.

"Kamu di depan, aku ini bukan sopir," bisik Dokter Fredy. Rena menoleh dengan sinis.

"Aku ingin di belakang sama adikku," jawab Rena.

"Ok, kalau gitu biar Bayu saja di depan," ucap Dokter Fredy seraya membuka kembali pintu belakang yang sudah ditutupnya.

"Bayu, kamu di depan sama abang ya?" pinta Dokter Fredy ramah. Bayu mengangguk antusias.

"Kenapa nggak Mbak Rena aja yang di depan?" tanya Bayu kemudian.

"Oh, mbakmu lagi pengen menyendiri. Lagian, abang kan pengen kenalan sama kamu," jawab  Dokter Fredy.

"Dih, Abang! Cocoknya juga dipanggil om," gerutu Rena lirih seraya melirik sinis. Dokter Fredy tak menghiraukannya. Membiarkan gadis itu duduk di belakang sesuai keinginnnya. Mereka pun berangkat menuju mall terbesar di kota.

Mata Bayu seolah tak berkedip melihat pemandangan yang jarang sekali dilihatnya. Menatap takjub pada setiap hal yang menyilaukan pandangannya.

"Bayu, kalau kamu pengen sesuatu bilang sama abang ya!" pinta Dokter Fredy sesaat sebelum memarkirkan mobilnya. Bayu mengangguk kegirangan.

Mereka berkeliling mall, membeli beberapa baju untuk Bayu. Lalu setelah makan siang, Bayu meminta untuk bermain di arena permainan. Sungguh hari itu, hari yang teramat membahagiakan bagi bocah lelaki itu.

"Sini," ajak Dokter Fredy seraya meraih tangan Rena. Walau gadis itu berusaha melepaskan, tapi genggaman lelaki itu sungguh kuat.

"Mau ke mana?" tanya Rena.

"Sini dulu, sambil nunggu Bayu maen," ajak lelaki itu. Rena pun menurut. Mereka memasuki sebuah toko pakaian wanita.

"Mau ngapain sih?" tanya Rena masih dengan nada yang ketus.

"Lihat baju ini, kayanya ini cocok buat kamu," ucap Dokter Fredy seraya menunjuk sebuah dress sederhana. Kali ini Rena setuju, baju itu sungguh manis walaupun dengan model sederhana. Dress selutut dengan warna salem lembut dan kerah sabrina. Renda putih menghiasi bagian kerah, menambah manis tampilannya.

"Kamu coba ya?" pinta Dokter Fredy. Rena mengangguk setuju.

Tak berapa lama Rena telah keluar dari ruang ganti dengan malu-malu. Sungguh saat itu, waktu bagai berhenti berputar bagi Dokter Fredy. Pemandangan di depannya sungguh bagai sebuah pendulum yang menghipnotisnya.

"Fredy! Ternyata ini bener kamu." Sebuah panggilan menyadarkannya. Dokter Fredy menoleh ke sumber suara.

"Hey, Yudha. Ngapain kamu di sini?" tanya Dokter Fredy.

"Aku lagi jalan-jalan cari sesuatu. Tadi aku seperti melihat orang yang kukenal, ternyata benar itu kamu. Sama siapa?" tanya lelaki yang dipanggil Yudha.

"Eh, sama ... Rena, sini. Kenalin ini temen aku, Yudha." Dokter Fredy memalingkan wajah memanggil wanitanya. Rena tersenyum datar. Mereka bersalaman sekilas.

Mata lelaki bernama Yudha itu membulat sesaat setelah melihat Rena. Dokter Fredy menyadarinya, segera dia mengambil sebuah kartu dari dompetnya.

"Rena, bisa minta tolong kamu langsung ke kasir ya?" usirnya halus. Rena mengangguk dan menerima kartu itu.

"Pantas saja kau sampai tergila-gila dan berani bayar mahal. Ternyata dia mirip banget sama Selina. Kau masih terobsesi rupanya, Bro!" ucap Yudha sesaat setelah Rena berlalu. Dokter Fredy menyilangkan telunjuknya di bibir.

"Please, Yud, jangan dibahas. Sudahlah, itu urusanku." Dokter Fredy memelas. Yudha mengangguk setuju.

"Dua hari lagi jangan lupa, kamu jadi salah satu saksi pernikahanku dengan dia." Dokter Fredy mengingatkan.

"Ok, aku gak akan lupa, insya Allah aku datang," jawab Yudha kemudian berlalu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
kenapa dgn selina mantan istri atau pacar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status