Share

KUKU BU SAPTO
KUKU BU SAPTO
Penulis: Raifiza27

KEMATIAN BU SAPTO

Raisa terhenyak saat dirinya diminta untuk ikut memandikan jenazah bu Sapto. Padahal dia baru beberapa kali, mengikuti pelatihan itu bersama emak haji.

"Kenapa harus saya, Bu? Yang lain 'kan bisa," elak gadis manis itu.

"Enggak ada orang. Emak haji lagi pulang ke Padang. Bu Titin ada hajatan di rumahnya. Mbah Sarji sakit, jadi cuman ada kamu, biar dibantu dengan ibu-ibu masjid," ucap Bu Marto panjang lebar.

Dia berusaha meyakinkan gadis itu. Raut wajahnya berubah. Dirinya tak yakin, jika harus menerima permintaan ini.

"Kasihan jenazah Bu Sapto!"

"Tapi, selama ini saya selalu sama Emak Haji."

"Raisa, enggak baik menolak. Ini tentang orang meninggal. Bukan hal bersenang-senang!"

Gadis itu mulai berpikir. Ada pertarungan dalam benaknya. Antara menerima atau menolak. Namun, dia sudah berjanji pada neneknya, emak haji. Jangan pernah menolak jenazah untuk dimandikan. Siapa pun!

Dengan berat hati, akhirnya dia menerima. Raisa bergegas mengganti pakaian dan menyambar tas kecil.

Hatinya selalu berdoa. Ini adalah pengalaman pertama baginya terjun langsung, tanpa ada emak haji di sisinya.

"Aku pasti bisa! Pasti bisa ...!"

*

Suasana rumah Bu Sapto sudah banyak pelayat yang berdatangan. Berbagai kelengkapan untuk mandi sudah dipersiapkan.

Kali ini, Raisa nampak tegang. Wajahnya hampir tak bisa tersenyum. Kala jenazah sudah memasuki ruang pemandian. Jantungnya semakin berdebar kencang.

"Bismillah."

Saat kain jarik yang menutupi tubuhnya terbuka, bau busuk dan anyir menjadi satu. Ada beberapa luka di bagian kaki dan kuku tangan. Kata mereka karena diabetes yang diderita. Bagian pergelangan tangan pun terlihat parah.

Berulang kali gadis itu, membaca doa dalam hatinya. Dia mulai mengikuti tata cara memandikan jenazah yang diajarkan selama pelatihan.

Setelah mencuci rambut, membersihkan bagian vital serta kuku dan tubuh. Raisa yang dibantu oleh dua orang ibu pengurus masjid dan satu orang keluarga, mulai menutupi mayat dengan kain jarik.

Ketika hendak diangkat dan dibawa masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba, benang jilbabnya seperti terkait pada sesuatu. Saat dia lihat, benang itu terkait pada kuku jempol tangan bu Sapto yang panjang.

Sontak membuat gadis itu sangat terkejut. Saat dia mau mengatakan pada orang-orang, keburu mayat sudah di angkat untuk masuk ke dalam rumah.

"Astagfirullah!" ucapnya.

Kuku itu terlepas, dan menempel diantara renda jilbabnya. Raisa menjadi panik. Dia berusaha untuk menarik kuku dari sela benang yang terurai.

Belum sampai dia mengambil, kuku itu sudah tak terlihat. Kemungkinan terlepas dan terjatuh. Raisa kelimpungan mencari benda kecil itu. Dia mulai panik.

"Uuups! Di mana kuku itu?" gumamnya lirih.

"Kamu cari apa?" tegur Bu Marto.

"Eeeh, ca-cari kuku Bu," jawabnya dengan melihat ke lantai.

"Kuku siapa?"

"Kuku Bu Sapto," bisik Raisa lirih.

"Haaaaa! Apa?" teriak wanita itu kencang.

Raisa mengabaikan wanita itu, yang masih syok mendengar ceritanya. Kemudian, Bu Marto menarik lengannya kuat.

"Kamu apa ndak takut? Hati-hati kamu dihantuinya," jelas Bu Marto.

"Makanya Ibu bantu saya cari!"

Mereka berdua terus mencari benda sangat kecil, yang hampir tak terlihat itu. Mustahil mereka akan menemukannya, disaat para pelayat semakin banyak berdatangan.

"Gimana Bu Marto?"

Raut wajah Raisa terlihat tegang. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.

"Enggak usah dicari, pasti enggak ketemu," ujar Bu Marto.

"Ta-tapi, apa enggak jadi masalah?"

Terlihat wanita itu mengernyitkan dahinya. Dia pun bingung menjawab apa atas pertanyaan yang terlontar pada Raisa.

Gadis itu masih mendongak ke arah Bu Marto. Sambil menunggu jawaban.

"Gimana Bu?"

"Semoga enggak apa-apa Sa."

"Maksud Ibu?

"Yah, enggak akan terjadi apa-apa."

Suara Bu Marto terdengar bergetar. Sesekali dia melena ludahnya sendiri.

"Bu Marto kok diam saja? Kenapa?"

"Ehhh ... cuman kaget soal kuku tadi. Kamu kalau mau ganti baju pulanglah!"

"Iya, Bu. Saya pulang dulu."

Setelah itu, Raisa berpamitan pulang untuk mengganti pakaiannya yang basah. Sepanjang perjalanan, dia merutuki dirinya yang sial.

"Kenapa kuku itu harus terselip diantara benang jilbabnya?"

'Emak Haji, apa yang harus Raisa lakukan sekarang?' bisiknya dalam hati.

*

Malam ini, gadis itu masih gelisah. Dia tidak bisa tenang. Ingin bercerita pada bapak, tapi dia mengurungkan niatnya. Raisa tak ingin di salahkan. Apalagi bila keluarga Bu Sapto yang mendengar. Atau warga desa Bu Sapto.

Cukup lama Raisa terduduk di atas kasur, dengan mendekap lututnya. Seperti teringat sesuatu, dia mengambil sebuah gunting dan tas plastik.

Raisa berjalan ke ruang belakang, mencari jilbabnya yang sudah tertumpuk pakaian kotor. Dia berniat mencuci bersih, setelah itu membuangnya.

Saat mencuci, telapak tangannya merasakan duri tajam yang menusuk walau tidak sakit. Sontak kedua matanya terbelalak, manakala melihat kuku itu ternyata terselip dibalik renda.

"Aaaahhh!"

Dia mendengkus kasar. Seolah mempersalahkan dirinya yang kurang teliti. Gadis itu mengambil kuku Bu Sapto. Kemudian dia letakkan dalam kantong plastik kecil dan mengikatnya.

Tak lupa juga Raisa, membungkus jilbab yang masih basah. Berjalan keluar rumah untuk membuangnya ke tempat sampah.

Namun, dia merasakan seperti ada seseorang yang mengikuti dari arah belakang. Seketika itu dia menoleh. Tak terlihat ada siapa pun.

"Aneh. Aku kok merasa ada seseorang tadi. Kayak ada suara orang berjalan?"

Pandangan matanya berpendar mengelilingi seluruh halaman rumah. Cukup lama dia terdiam dan mematung.

"Mungkin cuman perasaan aku aja."

Buru-buru Raisa kembali masuk ke dalam rumah. Adik dan bapaknya sibuk menonton televisi. Gadis itu masuk ke dalam kamar kembali. Plastik yang berisi kuku bu Sapto, diletakkannya bersebelahan dengan Alquran.

Entah apa alasannya?

Dia mulai merebahkan tubuhnya yang penat. Raisa berpikir besok pagi, akan menguburkan kuku itu.

"Besok pagi akan aku kuburkan di makamnya. Semoga semua baik-baik aja."

Terdengar hembusan napas berat. Berulang kali dia menarik napas dalam-dalam.

"Kenapa ini terjadi sama aku ya Allah? Kok bisa kuku itu terselip di jilbab aku? Kok bisa?"

Tampak dia memukul kepalanya berulang kali. Sembari sesekali melirik ke atas lemari. Tempat kuku itu dia taruh.

"Aku memang sembrono! Terlalu grusa grusu."

Perasaan Raisa semakin tidak tenang. Kegelisahan itu semakin jelas terpancar dari mimik wajahnya.

Dia membalikkan tubuhnya menghadap jendela kamar.

"Haaahhhh!"

Terdengar helaan napas yang terasa berat. Berulang kali terdengar.

Tiba-tiba ....

Raisa seperti merasa ada yang aneh. Sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri dan merinding.

Tangannya bergerak ke arah belakang. Mengusap tengkuk berulang kali.

Raisa mulai merasakan bagian punggung terasa hangat. Seperti hangatnya hembusan napas.

Deg!

Ada desir aneh menyelinap dihatinya. Semakin membuat tubuhnya bergidik.

"Aa-ada apa di belakangku ini?" Gadis itu langsung berbalik, dan seketika jantungnya berhenti berdetak. Mulutnya terbuka lebar.

"Haaaahhh!"

Matanya terbelalak. Tanpa bisa dia mengerjap sedikit pun.

"Ka-kamu ...?"

*

Follow my IG Raifiza_lina

Baca juga ELEGI WANITA KEDUA, GEISHAKU KARMILA, THE DUKE WILLIAM (9 ISTRI)

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Naa Gemooyy
sambil nunggu yg disebelah lari kesini dulu deh ...semangat akak othor......️
goodnovel comment avatar
Tien Page
Huuuuft ...‍......‍... permulaan yg menegangkan...
goodnovel comment avatar
LONE WOLF
belum apa apa udah tegang...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status