Share

Bab 4

Author: Tara
Namun, karena Bondan mengatakan bahwa akan lebih baik jika memiliki stabilitas setelah menikah ….

Aku melepaskan undangan untuk belajar di luar negeri, melepaskan mimpiku.

Setelah melahirkan seorang anak, aku terkurung di dalam rumah. Semua hal yang berkaitan dengan keluarga mengharuskanku mengorbankan waktu kerjaku, bahkan waktu istirahatku.

Namun, pengorbananku tidak dihargai.

Aku malah diremehkan oleh Ayah dan anak itu hari demi hari.

Akhirnya, mereka memilih menggunakan wanita lain untuk menginjak-injak harga diriku.

Aku menarik napas dalam-dalam, pergi ke kantor dekan, lalu mengajukan pengunduran diri.

Dekan seakan tidak memercayainya, tetapi dia juga mengangguk seperti sudah menduganya.

"Kamu memang seharusnya terbang tinggi. Apa kamu sudah memikirkan akan pergi ke mana dan kapan?"

Aku mengusap surat penerimaan di dalam tasku. Ini adalah tawaran dari jurusan arsitektur Universitas Casilda. "Aku akan pergi ke Negara Imara lusa."

Saat aku sedang berkemas, Lusi, rekan kerjaku menghampiri.

"Kak Sofia, aku mendengar kalau Kakak mau pergi ke Negara Imara. Bagaimana dengan Pak Bondan dan Toby?" tanya Lusi.

Aku membalik bingkai foto di meja kerjaku, menyembunyikan foto keluarga tiga orang yang sedang berpelukan, hingga tertelan oleh bayangan.

"Kami akan bercerai. Mereka akan memiliki istri dan Ibu yang baru," jawabku.

Lusi seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa lagi.

Ketika keluar dari Institut Desain, hari sudah larut.

Saat aku kembali ke rumah, lampu di rumah tampak menyala terang.

Aku melihat koper yang ada di ruang tamu.

Bondan sedang memasukkan jaket Toby ke dalamnya. Sementara anak itu sedang memeluk tas ransel dinosaurus yang baru dibeli, tampak berdiri di samping dengan penuh harap.

Di pintu masuk, kotak hadiah dengan logo merek mewah terpajang begitu saja di serambi.

Itu adalah tas model terbaru yang diinginkan Olivia hingga dia mengunggahnya di status WhatsApp.

Ketika mendengar aku pulang, Bondan bahkan malas mengangkat pandangannya.

"Aku akan melakukan perjalanan dinas. Aku akan membawa Toby bersamaku," kata Bondan.

Tiba-tiba ponsel Bondan berdering, lalu dia segera mengangkatnya.

Suara tawa Olivia terdengar dari telepon, sementara pria itu langsung menyipitkan mata seperti kucing yang sedang dibelai.

Ekspresi ini sangat tidak asing. Lima tahun yang lalu, dia juga bertingkah seperti ini ketika mengejarku.

Ketika melihatku memperhatikannya, Bondan langsung menyembunyikan senyumannya, lalu menutup telepon.

"Karena kamu akhir-akhir ini juga nggak mau mengurus anak kita, aku akan membawanya sekalian. Kamu nggak keberatan, 'kan?"

Aku tidak mengatakan apa-apa.

Tidak ada pertengkaran ataupun argumen.

Bondan mengikat tali sepatunya dengan gesit, lalu membawa Toby keluar.

Suara pintu yang ditutup dengan keras mengguncang foto pernikahan yang tergantung di dinding hingga terjatuh.

Suara bingkai kaca yang pecah terdengar begitu jernih dan merdu.

Aku berjongkok, memungut serpihan satu per satu. Tiba-tiba, aku merasa sangat lega.

Saat aku hendak tidur, unggahan status WhatsApp Olivia tiba-tiba muncul.

[Orang yang benar-benar mencintaimu akan mengingat semua yang kamu suka.]

Di foto itu, tampak Toby yang diapit di tengah mereka. Kepala Olivia bersandar dengan manja di bahu Bondan.

Mereka tampak persis seperti keluarga bahagia yang sempurna.

Sementara tas edisi terbatas yang ada di atas meja makan adalah tas yang Bondan bawa pergi kemarin.

Kolom komentar ramai seperti pesta pernikahan.

Sahabat dekat Bondan, Marco Projo, memimpin dalam membuat keributan.

[Olivia, tas ini harganya mencapai 2 miliar! Demi membuat sang wanita cantik tersenyum, Bondan benar-benar mengeluarkan banyak uang!]

Entah kenapa, aku tiba-tiba teringat pada ulang tahunku tahun lalu. Bondan memberiku syal sutra diskon.

Saat itu Marco juga ada di sana. Dia bahkan bergurau, "Ini hanya syal seharga 2 juta. Bondan, apa ini caramu menyingkirkan Kak Sofia?"

Bondan membalas dengan nada tenang, "Dia memang menyukai barang-barang diskon seperti ini."

Aku memegang syal itu di tanganku tanpa mengatakan apa-apa.

Mereka semua tidak tahu, apa sebenarnya alasanku selalu berkeliaran di area barang diskon.

Ini hanya karena aku ingin menghemat uang, agar aku bisa membeli barang-barang yang lebih baik untuk Ayah dan anak itu.

Namun, selama bertahun-tahun ini, teman-teman Bondan tidak pernah memanggilku dengan hormat sekali pun.

Mereka tidak hanya meremehkanku, tetapi juga sering bergosip di belakangku.

"Olivia tiga tahun lebih muda dari Sofia. Dia juga lulusan universitas ternama dan pandai bergaul."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 10

    "Tahun-tahun itu, masa-masa indah itu, apa kamu sudah melupakannya?"Aku perlahan menarik kembali tanganku, menatap daun-daun kering yang hanyut di atas Sungai Carmel."Aku ingat. Justru karena aku mengingatnya, setiap kali kamu menyakitiku, aku selalu memberimu kesempatan lagi.""Tapi, kamu baru menyadarinya sekarang.""Bondan, ini sudah terlambat.""Persis seperti daun yang gugur ini."Aku membuka telapak tanganku dan menangkap selembar daun kuning yang sudah kering."Meski kamu menempelkannya kembali ke dahan … dia tetap nggak akan bisa hidup kembali."Aku bangkit berdiri, memandang riak-riak berkilauan di Sungai Carmel di kejauhan dan tersenyum tipis."Bondan, apa kamu tahu?""Dua tahun di Universitas Casilda ini adalah masa paling bebas dalam hidupku.""Aku bukan lagi istri siapa pun, bukan lagi ibu siapa pun. Aku hanyalah diriku sendiri.""Akhirnya aku mengerti, cinta seharusnya bukan pengorbanan yang merendahkan diri, melainkan harus sama-sama saling menghormati."Bondan terpaku

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 9

    [Bondan, apa maksudmu? Kamu memutuskan hubungan denganku karena wanita tua itu?] [2021.09.16 08:12][Angkat teleponnya. Apa kamu tahu berapa banyak yang sudah aku korbankan untukmu?] [2021.09.17 14:35][Bondan, apa kamu pikir Sofia akan memaafkanmu? Dia pasti membencimu setengah mati sekarang.] [2021.10.01 09:05][Hari ini ulang tahunmu. Kamu masih ingat bagaimana kita merayakannya tahun lalu? Aku menunggu di tempat biasa.] [2022.01.01 00:03][Selamat Tahun Baru …. Aku sangat merindukanmu.] [2022.03.08 15:22][Ini terakhir kalinya aku tanya, kamu mau ketemu atau nggak?] [2022.05.20 13:14][Kamu akan menyesal. Apa yang kamu sukai dari Sofia? Dia cuma ibu rumah tangga yang cuma berkutat di dapur.] [2022.07.30 22:08][Tolonglah, balas aku sekali saja, ya ….]Pesan terakhir yang sudah dibaca adalah pesan putus dari Bondan dua tahun lalu.Setelah itu, semua pesan menunjukkan tanda belum dibaca yang berwarna merah menyala.Waktu seakan berhenti di 728 hari yang lalu.Aku menutu

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 8

    [Sofia, kamu bukan apa-apa tanpaku. Kembalilah sekarang dan aku masih bisa memaafkanmu.]Kemudian, nada suara Bondan mulai gemetar ….[Sampai kapan kamu mau terus seperti ini? Anak kita tiap hari menangis mencari-cari kamu.][Soal Olivia bisa aku jelaskan. Kembalilah, kita bicarakan baik-baik ….]Setelah itu, bahkan pesan-pesan Bondan disertai dengan permohonan yang begitu merendahkan diri ….[Sofia, aku salah …. Aku benar-benar sadar sudah berbuat salah.][Bisakah kamu pulang? Aku dan Toby nggak bisa hidup tanpa kamu.]Aku membaca pesan-pesan itu dan hanya merasa jika semuanya begitu lucu.Dahulu, saat aku terbaring di rumah sakit dan harus menandatangani surat persetujuan operasi sendirian, Bondan bahkan tidak menunjukkan kepedulian sedikit pun.Dahulu, sewaktu aku bergadang bermalam-malam hanya demi menyiapkan sarapan kesukaannya dan anak kami, yang dikatakan Bondan hanyalah, "Itu memang sudah tugasmu."Kini, akhirnya dia sadar ….Bukan aku yang tak bisa hidup tanpanya, tetapi dia y

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 7

    Bondan menggumam sendiri seperti orang gila. Namun, tiba-tiba Bondan menemukan ada jadwal penerbangan yang terselip di bawah sertifikat."Sofia Jayadi, Bandara Hermela, Kota Lorin, sekali jalan."Tanggal cetaknya tiga bulan yang lalu.Napas Bondan tiba-tiba terasa sesak.Tiga bulan yang lalu, adalah tepat di hari pertama dia membawa Olivia pulang untuk makan malam.Hari itu, Sofia tidak memasak seperti biasanya dan mengaku sedang lembur.Saat itu, Bondan bahkan sempat mengejeknya, "Dengan pekerjaanmu yang payah ini, apa pentingnya lembur atau nggak?"Sekarang saat kembali mengingatnya, malam itu saat Sofia pulang, tubuhnya seperti menguarkan aroma kopi ….Padahal, Sofia sama sekali tidak pernah minum kopi. Katanya, dia takut tangannya gemetar dan memengaruhi gambarnya."Ayah." Toby masih terisak. "Apa Ibu sudah nggak menginginkan kita lagi?""Omong kosong."Tiba-tiba saja, Bondan menarik putranya ke arahnya. Namun, begitu menyentuhnya, dia segera melonggarkan cengkeramannya.Bondan ber

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 6

    Bondan kembali ke rumah dalam keadaan linglung dan kacau. Dia memutar kunci tiga kali di lubang kunci sebelum akhirnya pintu terbuka.Bondan sudah melakukan hal itu selama lima tahun. Namun, hari ini tiba-tiba hal tersebut terasa sukar baginya."Ayah." Toby berlari keluar dari kamar tanpa alas kaki. "Mana Ibu? Aku lapar."Bondan mengelus kepala putranya dengan kaku. Pandangannya menyapu ruang tamu yang kosong.Salah satu cangkir favorit Sofia sudah tidak ada.Sepasang sandal krem yang biasa dipakai Sofia juga tidak ada lagi di rak sepatu."Ibumu …." Suara Bondan tercekat. Kemudian, tiba-tiba saja Bondan tertawa dingin."Lagi ngambek. Mungkin sebentar lagi dia kembali."Lalu, Bondan bergumam, seolah berbicara pada dirinya sendiri, "Dengan sifatnya itu, mana mungkin dia sanggup meninggalkan aku dan anaknya?"Toby memiringkan kepalanya dan bertanya, "Ayah, kenapa semua barang Ibu hilang?""Anak kecil tahu apa?"Bondan tiba-tiba meninggikan suaranya, membuat putranya terkejut dan gemetar.

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 5

    "Sofia adalah orang yang curigaan. Melihatnya saja sudah membuatku merasa kesal."Di lingkaran sosial Bondan, aku adalah bahan tertawaan.Aku adalah seorang istri sah yang selalu menempel dengan manja.Sebuah batu sandungan yang menghalangi Bondan mengejar cinta sejatinya.Jariku tiba-tiba terasa kaku.Karena aku melihat balasan Bondan di kolom komentar."Asalkan Olivia bahagia, itu sepadan." Komentar ini diikuti tiga emoji matahari, tampak menyilaukan mataku.Marco langsung menambahkan, "Pasti ada orang yang ingin membuat keributan lagi. Nggak peduli setinggi apa pun gaya sang Ratu, itu tetap nggak bisa mengalahkan satu kata suka dari Olivia."Meski tidak menyebutkan nama siapa pun, semua orang memahami maksud tersembunyinya.Ketika melihat itu, aku tanpa ragu keluar dari aplikasi WhatsApp.Setelah meminum segelas susu hangat, aku langsung tertidur pulas.Ketika membuka mata lagi, aku melihat Bondan menarik koper dengan wajah kesal, membawa Toby yang berdiri di samping tempat tidur."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status