Share

Bab 5

Author: Tara
"Sofia adalah orang yang curigaan. Melihatnya saja sudah membuatku merasa kesal."

Di lingkaran sosial Bondan, aku adalah bahan tertawaan.

Aku adalah seorang istri sah yang selalu menempel dengan manja.

Sebuah batu sandungan yang menghalangi Bondan mengejar cinta sejatinya.

Jariku tiba-tiba terasa kaku.

Karena aku melihat balasan Bondan di kolom komentar.

"Asalkan Olivia bahagia, itu sepadan." Komentar ini diikuti tiga emoji matahari, tampak menyilaukan mataku.

Marco langsung menambahkan, "Pasti ada orang yang ingin membuat keributan lagi. Nggak peduli setinggi apa pun gaya sang Ratu, itu tetap nggak bisa mengalahkan satu kata suka dari Olivia."

Meski tidak menyebutkan nama siapa pun, semua orang memahami maksud tersembunyinya.

Ketika melihat itu, aku tanpa ragu keluar dari aplikasi WhatsApp.

Setelah meminum segelas susu hangat, aku langsung tertidur pulas.

Ketika membuka mata lagi, aku melihat Bondan menarik koper dengan wajah kesal, membawa Toby yang berdiri di samping tempat tidur.

"Sofia, suami dan anakmu nggak ada di rumah, tapi kamu sama sekali nggak menghubungi mereka. Kamu malah tidur dengan nyenyak di sini," ujar Bondan.

"Apa kamu sekarang nggak mau lagi memperhatikan suami dan anakmu?"

Aku terdiam.

Dulu aku sangat peduli. Aku selalu bertanya apakah pesawatnya sudah mendarat, apakah dia sudah sampai di hotel, apa yang dia makan. Namun, Bondan merasa aku mengganggunya, merasa aku menghalanginya.

Sekarang aku tidak lagi peduli, tetapi dia mengatakan kalau aku tidak memperhatikannya.

"Kamu mengatakan kalau kamu sedang dalam perjalanan dinas, jadi aku tentu saja nggak bisa mengganggu. Lagi pula, bukankah ada Olivia yang menemanimu dan Toby?" balasku.

Bondan menatapku dengan terkejut, tidak menyangka aku akan setenang ini saat membicarakan Olivia.

Setelah beberapa saat, keterkejutan Bondan pun mereda. "Sofia, benar-benar nggak ada apa-apa di antara kami. Aku hanya membalas budi padanya. Berapa kali lagi aku harus menjelaskannya padamu?"

Aku mengangkat tangan dengan ringan untuk menyela. Sudut bibirku menunjukkan senyum yang sempurna.

"Nggak perlu menjelaskan. Aku memahami semuanya," ujarku.

Kemudian, Bondan menyenggol Toby yang berdiri di samping,

Toby mengeluarkan kalung plastik dengan sedikit tidak puas, lalu berkata, "Ibu, aku membelikan ini untukmu dengan uang sakuku!"

"Meskipun Ibu bersikap jahat padaku, Ayah mengatakan kalau kita harus membalas kejahatan dengan kebaikan!"

Aku mendorong tangan Toby dengan acuh tak acuh. "Aku menghargai niat baikmu. Berikan saja benda ini untuk Bibi Olivia."

Bondan yang ada di samping langsung marah, "Sofia! Jangan bersikap nggak tahu terima kasih. Putramu sudah bersikap baik, kenapa kamu masih bersikap sombong?"

Aku tidak memedulikannya, langsung pergi ke dapur untuk menuang segelas air hangat.

"Tidurlah lebih awal, Bondan," kataku.

Di bawah tatapan marah pria itu, aku mengunci pintu kamar.

Keesokan paginya, sinar matahari menembus tirai, masuk ke dalam kamar tidur.

Aku menarik koperku.

Aku menatap rumah yang aku tinggali selama lima tahun ini untuk yang terakhir kalinya.

Aku tidak menginginkan apa pun lagi.

Aku juga tidak lagi menginginkan orang yang pernah sangat aku cintai.

Bondan tidur sampai siang hari, sebelum akhirnya bangun.

Dia mengusap pelipisnya sambil berjalan ke ruang tamu, tetapi dia mendapati tidak ada seorang pun di sana.

Bahkan barang-barang di kamarku pun semuanya sudah menghilang.

Bondan mengerutkan kening sambil meneleponku, tetapi teleponnya tidak tersambung.

Kecemasan yang tidak bisa dijelaskan langsung menyeruak ke dalam hatinya.

Bondan meraih kunci mobil, lalu langsung pergi ke Institut Desain.

Dekan langsung melihat Bondan begitu dia melangkah masuk. Dekan tersenyum sambil berjalan mendekat, lalu bertanya, "Bondan, kenapa kamu ada di sini?"

"Apa prosedur pengunduran diri Sofia masih ada yang belum selesai?"

Pupil mata Bondan bergetar. Kunci mobil di tangannya terjatuh ke lantai dengan suara keras.

"Apa yang kamu katakan? Pengunduran diri?" tanya Bondan.

Dekan mendorong kacamatanya karena merasa terkejut.

Dekan menjelaskan, "Ya, Sofia sudah mengundurkan diri tiga hari yang lalu. Dia akan berkuliah di Universitas Casilda selama lima tahun. Apa kamu nggak tahu?"

"Pesawatnya berangkat hari ini. Sekarang mungkin dia sudah sampai …."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 10

    "Tahun-tahun itu, masa-masa indah itu, apa kamu sudah melupakannya?"Aku perlahan menarik kembali tanganku, menatap daun-daun kering yang hanyut di atas Sungai Carmel."Aku ingat. Justru karena aku mengingatnya, setiap kali kamu menyakitiku, aku selalu memberimu kesempatan lagi.""Tapi, kamu baru menyadarinya sekarang.""Bondan, ini sudah terlambat.""Persis seperti daun yang gugur ini."Aku membuka telapak tanganku dan menangkap selembar daun kuning yang sudah kering."Meski kamu menempelkannya kembali ke dahan … dia tetap nggak akan bisa hidup kembali."Aku bangkit berdiri, memandang riak-riak berkilauan di Sungai Carmel di kejauhan dan tersenyum tipis."Bondan, apa kamu tahu?""Dua tahun di Universitas Casilda ini adalah masa paling bebas dalam hidupku.""Aku bukan lagi istri siapa pun, bukan lagi ibu siapa pun. Aku hanyalah diriku sendiri.""Akhirnya aku mengerti, cinta seharusnya bukan pengorbanan yang merendahkan diri, melainkan harus sama-sama saling menghormati."Bondan terpaku

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 9

    [Bondan, apa maksudmu? Kamu memutuskan hubungan denganku karena wanita tua itu?] [2021.09.16 08:12][Angkat teleponnya. Apa kamu tahu berapa banyak yang sudah aku korbankan untukmu?] [2021.09.17 14:35][Bondan, apa kamu pikir Sofia akan memaafkanmu? Dia pasti membencimu setengah mati sekarang.] [2021.10.01 09:05][Hari ini ulang tahunmu. Kamu masih ingat bagaimana kita merayakannya tahun lalu? Aku menunggu di tempat biasa.] [2022.01.01 00:03][Selamat Tahun Baru …. Aku sangat merindukanmu.] [2022.03.08 15:22][Ini terakhir kalinya aku tanya, kamu mau ketemu atau nggak?] [2022.05.20 13:14][Kamu akan menyesal. Apa yang kamu sukai dari Sofia? Dia cuma ibu rumah tangga yang cuma berkutat di dapur.] [2022.07.30 22:08][Tolonglah, balas aku sekali saja, ya ….]Pesan terakhir yang sudah dibaca adalah pesan putus dari Bondan dua tahun lalu.Setelah itu, semua pesan menunjukkan tanda belum dibaca yang berwarna merah menyala.Waktu seakan berhenti di 728 hari yang lalu.Aku menutu

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 8

    [Sofia, kamu bukan apa-apa tanpaku. Kembalilah sekarang dan aku masih bisa memaafkanmu.]Kemudian, nada suara Bondan mulai gemetar ….[Sampai kapan kamu mau terus seperti ini? Anak kita tiap hari menangis mencari-cari kamu.][Soal Olivia bisa aku jelaskan. Kembalilah, kita bicarakan baik-baik ….]Setelah itu, bahkan pesan-pesan Bondan disertai dengan permohonan yang begitu merendahkan diri ….[Sofia, aku salah …. Aku benar-benar sadar sudah berbuat salah.][Bisakah kamu pulang? Aku dan Toby nggak bisa hidup tanpa kamu.]Aku membaca pesan-pesan itu dan hanya merasa jika semuanya begitu lucu.Dahulu, saat aku terbaring di rumah sakit dan harus menandatangani surat persetujuan operasi sendirian, Bondan bahkan tidak menunjukkan kepedulian sedikit pun.Dahulu, sewaktu aku bergadang bermalam-malam hanya demi menyiapkan sarapan kesukaannya dan anak kami, yang dikatakan Bondan hanyalah, "Itu memang sudah tugasmu."Kini, akhirnya dia sadar ….Bukan aku yang tak bisa hidup tanpanya, tetapi dia y

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 7

    Bondan menggumam sendiri seperti orang gila. Namun, tiba-tiba Bondan menemukan ada jadwal penerbangan yang terselip di bawah sertifikat."Sofia Jayadi, Bandara Hermela, Kota Lorin, sekali jalan."Tanggal cetaknya tiga bulan yang lalu.Napas Bondan tiba-tiba terasa sesak.Tiga bulan yang lalu, adalah tepat di hari pertama dia membawa Olivia pulang untuk makan malam.Hari itu, Sofia tidak memasak seperti biasanya dan mengaku sedang lembur.Saat itu, Bondan bahkan sempat mengejeknya, "Dengan pekerjaanmu yang payah ini, apa pentingnya lembur atau nggak?"Sekarang saat kembali mengingatnya, malam itu saat Sofia pulang, tubuhnya seperti menguarkan aroma kopi ….Padahal, Sofia sama sekali tidak pernah minum kopi. Katanya, dia takut tangannya gemetar dan memengaruhi gambarnya."Ayah." Toby masih terisak. "Apa Ibu sudah nggak menginginkan kita lagi?""Omong kosong."Tiba-tiba saja, Bondan menarik putranya ke arahnya. Namun, begitu menyentuhnya, dia segera melonggarkan cengkeramannya.Bondan ber

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 6

    Bondan kembali ke rumah dalam keadaan linglung dan kacau. Dia memutar kunci tiga kali di lubang kunci sebelum akhirnya pintu terbuka.Bondan sudah melakukan hal itu selama lima tahun. Namun, hari ini tiba-tiba hal tersebut terasa sukar baginya."Ayah." Toby berlari keluar dari kamar tanpa alas kaki. "Mana Ibu? Aku lapar."Bondan mengelus kepala putranya dengan kaku. Pandangannya menyapu ruang tamu yang kosong.Salah satu cangkir favorit Sofia sudah tidak ada.Sepasang sandal krem yang biasa dipakai Sofia juga tidak ada lagi di rak sepatu."Ibumu …." Suara Bondan tercekat. Kemudian, tiba-tiba saja Bondan tertawa dingin."Lagi ngambek. Mungkin sebentar lagi dia kembali."Lalu, Bondan bergumam, seolah berbicara pada dirinya sendiri, "Dengan sifatnya itu, mana mungkin dia sanggup meninggalkan aku dan anaknya?"Toby memiringkan kepalanya dan bertanya, "Ayah, kenapa semua barang Ibu hilang?""Anak kecil tahu apa?"Bondan tiba-tiba meninggikan suaranya, membuat putranya terkejut dan gemetar.

  • Kali Ini, Aku Pilih Pergi   Bab 5

    "Sofia adalah orang yang curigaan. Melihatnya saja sudah membuatku merasa kesal."Di lingkaran sosial Bondan, aku adalah bahan tertawaan.Aku adalah seorang istri sah yang selalu menempel dengan manja.Sebuah batu sandungan yang menghalangi Bondan mengejar cinta sejatinya.Jariku tiba-tiba terasa kaku.Karena aku melihat balasan Bondan di kolom komentar."Asalkan Olivia bahagia, itu sepadan." Komentar ini diikuti tiga emoji matahari, tampak menyilaukan mataku.Marco langsung menambahkan, "Pasti ada orang yang ingin membuat keributan lagi. Nggak peduli setinggi apa pun gaya sang Ratu, itu tetap nggak bisa mengalahkan satu kata suka dari Olivia."Meski tidak menyebutkan nama siapa pun, semua orang memahami maksud tersembunyinya.Ketika melihat itu, aku tanpa ragu keluar dari aplikasi WhatsApp.Setelah meminum segelas susu hangat, aku langsung tertidur pulas.Ketika membuka mata lagi, aku melihat Bondan menarik koper dengan wajah kesal, membawa Toby yang berdiri di samping tempat tidur."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status