Home / Rumah Tangga / Kami Bisa Tanpamu Mas / Bab 4 | Anak Miskin

Share

Bab 4 | Anak Miskin

Author: Didi Mawadah
last update Last Updated: 2022-06-13 18:46:22

Kusiapkan makan malam untuk Bumi dan juga untukku, karena tadi akupun belum sempat makan karena sibuk beres-beres rumah. Bumi makan dengan lahap, walaupun tadi sore sudah makan, tapi pengaruh tidak makan dari pagi sampai siang membuat dia cepat lapar lagi sepertinya.

Setelah selesai makan, aku mengajak Bumi untuk sholat isya bersama, kulihat Langit sebentar, hendak mengajaknya sholat bersama juga, tapi sepertinya dia sudah tertidur, kuusap lembut kepala Langit dan membisikan doa agar dia menjadi anak yang sholeh, sabar dan patuh kepada kedua orang tua, kemudian kutiupkan ubun-ubun kepalanya, hal itu rutin kulakukan kepada kedua putraku ketika mereka sedang tertidur.

Setelah menunaikan sholat isya bersama Bumi, aku membimbingnya untuk segera naik ke atas kasur yang tanpa dialasi dipan. Kuajak dia berdoa sebelum tidur dan membacakan sedikit dongeng sebagai pengantar tidurnya. Bumi dan Langit sama-sama suka jika aku mendongeng untuk mereka sebelum tidur.

Biasanya aku akan menceritakan kisah-kisah nabi ataupun sahabat nabi, seperti kisahnya Abu Bakar Ash Shidiq yang selalu mendukung dakwah Rosulullah dengan harta dan kesetiaannya, juga kisah kepahlawanan Umar bin Khatab, yang membuat setanpun lari tunggang langgang ketika bertemu jalan dengannya. Ya, sebisa mungkin aku mengenalkan pahlawan-pahlawan muslim, agar mereka bisa mencontoh sifat dan perilaku mereka.

Malam ini aku menceritakan kisahnya Bilal bin Rabbah kepada Bumi, seorang budak miskin yang memiliki warna kulit sangat gelap, selalu disiksa dan dikasari oleh tuannya, seakan tidak ada harapan untuknya bertahan karena siksaan yang dialaminya, tapi tidak meyurutkan keyakinannya akan ke-Esaan Allah SWT. Terbukti, karena keteguhan dirinya mempertahankan aqidah, dia rela disiksa dengan batu besar yang ditimpakan di atas tubuhnya di tengah padang kering nan panas gersang.

Terbayang akan beratnya batu besar tersebut yang bisa menindih bahkan mengelupaskan kulit si budak hitam. Hingga datanglah seorang sahabat rosul yang bernama Utsman bin Affan yang menebusnya kepada sang tuan. Akhirnya Bilal bin Rabbah terlepas dari kejahilan tuannya. Kini dia menjadi orang merdeka, yang bisa menjalankan ibadah sesuai dengan perintah Tuhannya.

“Nah, Bumi, dari kisah Bilal bin Rabbah tadi, kira-kira apa pesan yang bisa kita ambil, Nak?” tanyaku ketika selesai membacakan cerita. Ini ku lakukan agar mengetahui jika mereka benar-benar menyerap cerita yang ku kisahkan atau tidak.

“Apa ya, Bu? Bial kita sabal, ya?” tanyanya ragu.

“Benar, Sayang. Agar kita mencontoh sikap sabar Bilal bin Rabbah, dan tetap teguh pada keyakinan kita akan Allah SWT. Apapun masalah ataupun cobaan yang kita hadapi, kita wajib berbaik sangka sama Allah, percaya kalau pertolongan Allah pasti da …?”

“Tang!” teriak Bumi melanjutkan ucapanku.

“Benar, Bumi pintar sekali, Nak. Ibu bangga sama Bumi dan Kakak Langit, kalian harus jadi anak yang sabar, ya. Kalau Kakak Langit nanti hilang sabar, Bumi yang ingatkan, ya!” tuturku seraya mengusap-usap kepala Bumi agar segera terlelap.

==============

Aku tersentak bangun dari tidur lelap ketika tidak sengaja mendengar suara benda terjatuh di ruang depan, bergegas aku turun dari kasur dan menghampiri sumber kegaduhan. Tidak ada angin maupun hujan, bingkai foto mas Jazirah terjatuh dari dinding ke lantai, sehingga kacanya pecah berhamburan. Kulirik jam di atas nakas, baru menunjukan pukul tiga dini hari. Mengapa perasaanku kembali menjadi tidak enak?

Segera kuambil sapu dan pengki untuk membersihan serpihan kaca yang terberai, takut jika nanti Langit atau Bumi terkena pecahannya, setelah selesai lanjut aku pel lantainya sekalian agar benar-benar yakin jika sudah tidak ada lagi serpihan yang tersisa.

Begitu dirasa sudah bersih semua, aku putuskan untuk melaksanakan sholat malam, agar hatiku yang sedang gundah gelisah menjadi tenang.

“Ya Allah, Tuhanku yang maha pengasih dan maha penyayang. Tidak ada upaya yang bisa hamba lakukan melainkan sesuai ketentuanmu. Ya Allah, jagalah suamiku mas Jazirah, lindungi di manapun dia berada, sampaikan rinduku dan anak-anak ke dalam hatinya, gerakkan hati mas Jazi untuk segera pulang menemui kami ya Allah.”

“Ya Allah, jagalah kedua buah hatiku, Langit dan Bumi, lindungi mereka, jadikan mereka anak yang soleh dan cerdas, jauhi mereka dari orang-orang jahat. Aamiin.”

Aku melangitkan doa dan harapan-harapanku kepada yang Maha Tinggi, hanya kepada-Nya segala angan dan harapan ku gantungkan, karena aku sadar, ketika harapan itu di letakkan di pundak manusia, makan kita harus menyiapkan hati untuk kecewa. Aku titipkan suamiku mas Jazi kepada Robb-Nya, agar dia segera ingat jika ada anak-anak dan istrinya yang menunggu dia di rumah.

Kini perasaan menjadi lebih tenang setelah melaksanakan sholat malam, aku kembali ke kamar untuk melihat anak-anakku. Mereka masih tertidur sangat pulas, sebentar lagi waktu subuh berkumandang, walaupun masih terlalu kecil, tetapi aku sudah membiasakan mereka untuk bangun sholat subuh, walaupun biasanya mereka akan tertidur kembali setelah menunaikan sholat dua rakaat tersebut.

Kuusap lembut kepala Langit, menciuminya agar dia segera bangun. Tidak lama kemudian, tubuh bongsornya menggeliat menandakan si empunya tubuh sudah bangun dari alam mimpinya. Kubimbing Langit melafalkan doa bangun tidur dan langsung memberikannya air minum yang sengaja aku letakkan di atas nakas.

“Bu, maafin Langit, ya. Semalam Langit cuekin Ibu.” Langit memeluk tubuhku erat, sepertinya dia menangis.

“Langit kenapa, Sayang? Ibu enggak marah sama Langit, tapi Ibu minta Langit cerita ya sama Ibu, kenapa wajah Langit memar? Siapa yang pukul, Nak?” tanyaku seraya menghapus air matanya yang mengalir deras.

“Tapi janji Ibu enggak sedih dan marah, ya?”

“Iya sayang, ibu janji enggak akan sedih dan marah. Ayo, sekarang Langit cerita!”

Langit membenarkan posisi duduknya sebelum memulai cerita.

“Jadi kemarin setelah sholat maghrib, Langit sama Bumi mau ambil air minum gelas yang ada di masjid, tapi katanya Anom enggak boleh, minum itu untuk anak baik, bukan untuk pencuri kayak Langit dan adek Bumi. Terus Anom juga ejek kami, katanya kami anak miskin, enggak boleh mengaji di masjid. Emang benar ya bu kalau anak miskin itu enggak boleh ngaji di masjid?” tutur Langit bercerita.

Anom adalah anaknya pakde Timbul yang usianya dua tahun di atas Langit, rumahnya persis di samping masjid. Mungkin kemarin Anom melihat saat insiden Langit diteriaki maling oleh bude Rum.

“Terus Langit ajak adek Bumi buat pulang dan minum di rumah aja, tapi baru aja kami mau jalan, kaki adek Bumi dijegal sama Anom, adek Bumi nangis, Langit mau bantu adek Bumi berdiri tapi Anom malah dorong Langit juga, karena kesal Langit bangun untuk balas dorong Anom, eh Anom malah pukul Langit di wajah kayak gini. Tapi saat Langit mau balas, ustad Faiz datang dan melerai.”

Ya Allah, bagaimana bisa anak sekecil Anom sudah berlaku jahat seperti itu? Apa pakde Timbul dan istrinya tidak mengajari Anom tata karma dan kasih sayang? Miris, terkadang pergaulan dan tontonan di televisi, acap kali menjadi tuntunan dan contoh teladan bagi anak-anak, yang dibiarkan bebas tanpa pengawasan, sehingga masa-masa golden age mereka justru diisi dengan hal-hal buruk, yang berpengaruh ke dunia nyata mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 106 | Terbongkar

    Mataku membulat sempurna kala melihat pesan yang lagi-lagi dikirimkan Niryala ke ponselku. Kali ini bukan hanya pesan singkat, tetapi juga sebuah foto yang memperlihatkan bagian atas dadanya dengan sebuah teks sebagai keterangannya.[Apakah ini mirip dengan miliknya Nirmala? Atau lebih besar?]============ Aku menahan nafas demi melihat foto yang Niryala kirimkan. Bagaimana bisa dia mengirimkan foto berisi aurat tubuhnya kepada orang lain yang bukan suaminya? Baru saja ingin mengapusnya, Niryala kembali mengirimiku pesan lagi. Kali ini berisi pesan suara yang membuat jiwa kelaki-lakianku bergejolak.‘Aku akan kirim bagian yang lainnya jika kamu mau,’ tuturnya dengan nada manja dan mendesah.Aku segera menutup ponselku, beranjak dari kasur dan membuka pintu kamar mandi. Beruntung pintunya tidak terkunci sehingga aku bisa langsung masuk tanpa mengetuknya. Kuhampiri Gianira yang sedang membasuh tubuhnya dengan sabun beraroma flower. Membuka seluruh pakaian yang kugunakan, segera kude

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 105 | Ancaman Dhanis

    Hingga kami selesai makan siang mas Riza masih belum juga kembali. Ke mana sebenarnya dia pergi? Tidak biasanya dia mengacuhkan ku, apalagi kami sedang ada masalah seperti ini. Kubantu Rima membereskan meja makan, kemudian menemani anak-anak membaca buku cerita yang bawa dari rumah. Aku tersenyum senang karena melihat Bumi yang semakin lancar membacanya. Untuk anak seusianya, pintar membaca dan suka membaca adalah anugerah tersendiri.Sebentar lagi dia akan masuk sekolah TK itulah mengapa Bumi semakin hari semakin giat belajarnya. Kehadiran kedua kakaknya juga sangat membantu Bumi dalam belajar, sehingga anak itu tidak harus belajar bersamaku saja.Sesekali aku menoleh pada ponsel yang kuletakan di atas nakas, berharap ada telpon ataupun sekedar chat singkat dari mas Riza yang hingga kini keberadaannya tidak kuketahui. Namun, nihil, tidak ada satupun pesannya singgah di ponselku.Jantungku mendadak berdegup cepat kala mendengar suara pintu depan dibuka. Berharap sekali jika mas Riza

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 104 | Mulai Nyaman

    Yuk boleh banget yuk kalau mau cubitin ginjalnya Riza yuk! Mumpung sudah buka puasa ✌️🤪=======[Aku sungguh merasa lega sekarang, akhirnya bertemu denganmu dan bisa mengatakan wasiat Nirmala kepadamu.Kamu tenang saja, rindumu kepada Nirmala akan terlampiaskan. Kami ini kembar identik, hampir seluruh bentuk tubuh kami sangat mirip, jadi, mungkin kau akan ‘menemukan’ Nirmala saat mengekplore diriku setelah pernikahan kita nanti, bye]==============Aku mengucap istighfar sebagai upaya untuk menetralkan isi kepalaku. Isi chat Niryala sungguh di luar batas logika. Bagaimana dia bisa menuliskan isi chat semacam itu terhadap pria yang baru saja ditemuinya?Namun, aku tidak dapat berbohong, jjka jiwa kelaki-lakianku bergejolak tatkala membacanya. Aku membayangkan kembali saat-saat aku memadu kasih bersama Nirmala, dirinya yang romantis dan seringkali meminta lebih dulu membuatku merasa dilayani dengan baik dan sempurna.Berbeda sekali dengan Gianira yang harus kupancing terlebih dahulu ba

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 103 | Kemarahan Ibu

    Tahan emosii yaa...! Bulan puasa! 😆======“Gia baik-baik aja kok, Bu. Gia hanya butuh waktu untuk sendiri, Gia titip anak-anak sebentar ya, Bu!” ucapku pelan, kemudian masuk kembali ke dalam kamar dan menguncinya.Kufikir Mas Riza akan menyusulku, tapi hingga tiga puluh menit lebih dirinya tidak kunjung tiba di rumah. Kemana dia? Apa masih bersama wanita tadi? Siapa sebenarnya wanita itu? Mengapa ibu juga seperti tidak mengenalnya?================== Kuputuskan untuk pergi meninggalkan Niryala, berlama-lama dengannya hanya akan menambah pusing kepalaku. Selain itu aku perlu menjelaskan permasalahan ini kepada ibu dan Gianira. Mereka berhak tau mengenai amanah yang Nirmala katakan kepada Niryala, kembarannya.Memasuki Villa, aku dibuat heran dengan kondisi ruang tamu yang sepi, ke mana mereka semua? Apa sedang berkumpul di kamar? Segera aku mengecek ke kamar anak-anak, benar, mereka sedang berkumpul di sana, tetapi tidak kutemukan Gianira diantara mereka.Ibu dan Rima menatapku deng

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 102 | Terluka

    Yok yok yang emosi yok lanjutin emosinya.. Ini sudah mendekati akhir Yaa cinta-cintanya akuuu ✌️🤪================ “Mas, sekarang aku sudah tidak memiliki kekasih ataupun suami, aku ingin melaksanakan pesannya Nirmala untuk menikahi suaminya. Apa kamu bersedia menikah denganku, Mas?” Membulat sempurna mataku tatkala mendengar Niryala mengatakan hal tergila yang pernah kudengar seumur hidupku. Apa dia sedang menawarkan diri untuk menjadi istriku? Tapi, aku sudah memiliki istri yang baru, Gianira. Bagaimana dengannya jika aku menikah dengan Niryala?============ Aku terdiam, masih mencerna semua pernyataan Niryala. Tidak menyangka setela tujuh tahun kepergiannya Nirmala kembali dengan pesan yang membuat dadaku sesak. Mengapa dia tidak pernah mengatakan jika memiliki seorang saudara kembar? Mengapa dia menyembunyikan rasa sakit di tubuhnya? Lalu mengapa dirinya bisa berpesan seperti itu kepada Niryala?Sepuluh menit sudah kami berdua saling terdiam, tidak ada sedikitpun perkataan yan

  • Kami Bisa Tanpamu Mas   Bab 101 | Niryala

    “Permisi, ini Mas Riza, kan?” tawaku dan Rima terhenti saat seorang wanita datang menemui kami.Bagai melihat hantu di siang bolong, aku begitu terperangah demi melihat siapa wanita yang berdiri di hadapanku dan Rima saat ini. Ini tidak mungkin, tidak mungkin terjadi.“N-nir … ma-la?” ucapku pelan karena terkejutnya.=============== Berulang kali kucoba menggosok mataku, barangkali ada kotoran mata yang menghalangi pandanganku sehingga melantur. Tapi mengapa hasilnya tetap sama? Wanita yang sejak tadi kufikirkan kini berdiri menjulang di hadapanku. Nirmala, dia benar Nirmala, istriku. Astaga, bagaimana bisa?“Nirmala? K-kamu, Nirmala?” tanyaku terbata, beranjak dari posisiku agar bisa berdiri sejajar dengannya. Ya Tuhan, benar, wajah itu, wajah yang teramat kurindukan, wajah yang bertahun-tahun membuat tidurku tidak tenang, wajah yang membuat hari-hariku murung karena kehilangan senyumnya. Ini benar-benar Nirmalaku, astaga aku tidak sedang melindur dan bermimpi, dia Nirmala.Tanp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status