Share

Kamu Hanya Milikku Seorang
Kamu Hanya Milikku Seorang
Author: Raz 12

Prolog

Revisi (18-09-2021)

Di sekolah yang dipenuhi oleh para bangsawan dan warga terpilih, mereka semua sedang dalam waktu makan siang.

Lalu ketika Alex ke luar dari kelas, Lira menghampirinya. "Permisi Alex, ada yang ingin aku bicarakan," Lira terlihat gugup.

"Apa kamu tidak tahu ini sedang jam makan siang, bisakah kamu tidak menggangguku?" Alex risih.

Yuna yang baru saja ke luar dari kelas dan mendengar percakapan mereka, Yuna pun marah kepada Alex. Yuna menghampiri Alex. "Alex kenapa kamu berbicara dingin begitu? Dia kan hanya ingin mengajakmu berbicara," Yuna mencubit pipi Alex.

Alex menepis tangan Yuna. "Hei lepaskan, itu sakit. Hanya berbicara sajakan, baiklah akan aku layani dia," lalu Alex berdiri kembali di hadapan Sora.

"Jadi cepat katakan apa yang kamu ingin bicarakan, aku sudah lapar sekarang ini," jawab Alex yang terpaksa.

Perempuan itu awalnya ragu untuk berbicara, namun dia mulai membuka mulutnya dan berkata. "Maukah kamu datang pesta minum teh di rumahku?" Lira memberikan surat undangan kepada Alex.

"Ha?" ujar Alex.

"Tentu saja nanti akan ada teman sekelas yang lain, yang juga ikut bergabung, jadi Alex tidak perlu malu untuk dat--" Alex memotong pembicaraan.

"Omong kosong apa yang dari tadi kamu katakan? Aku malu? Hah jangan bercanda! Bukankah sebelumnya aku sudah pernah mengatakannya kepada kalian semua. Aku tidak akan pernah menerima undangan kalian. Aku tidak akan mau melakukan sesuatu yang merepotkan," Alex menggenggam tangan Lira dan mengembalikan surat undangan miliknya.

"Hei Alex kamu kenapa seperti itu.. uah tunggu kita mau ke mana?" Alex menarik tangan Yuna "Ayo Yuna, kita pergi dari sini," Alex membawa Alex menjauh dari sana. Karena Yuna merasa Alex telah keterlaluan, dia menyatukan tangannya dan menghadap ke belakang. Yuna mengisyaratkan minta maaf kepada Sora.

Raut sedih terlihat di wajah Lira. Melihat kejadian itu orang orang mulai membicarakannya.

"Alex itu memang pantas diberi julukan pangeran es. Tega sekali dia berkata seperti itu kepada seorang perempuan," ujar murid A.

"Benar Alex itu memang orang yang dingin. Padahal dia bisa menolaknya dengan baik, tapi dia malah menolaknya dengan kasar," ujar murid B.

Alex yang mendengar percakapan mereka, menatap tajam ke arah mereka. Murid murid yang membicarakannya langsung terdiam. "Geh! Dia melihat ke sini! Pura pura tidak tahu saja," mereka memalingkan wajah.

Namun karena sudah lapar, Alex menghiraukan mereka. "Hah untunglah dia tidak menghampiri kita," mereka lega.

"Kamu benar, tapi mau sedingin apa pun Alex, dia tetap mau menuruti kata Yuna," ujar murid B.

"Mau bagaimana lagi, Yuna itukan adalah teman masa kecilnya. Bahkan aku sedikit heran kenapa Yuna masih betah berada di sampingnya," ujar murid A.

Alex lalu pergi ke pondok kecil yang berada di taman belakang sekolah sambil menggandeng tangan Yuna. "Kita makan di sini saja bagaimana?" tanya Alex.

"Hah? I iya terserah kamu saja," Yuna gugup karena tangannya masih digenggam Alex. Lalu Alex melepaskan genggamannya dan membersihkan bangku dan meja untuk tempat mereka makan.

Mereka pun makan siang bersama di sana. Di selang makan siang, Yuna pun bertanya kepada Alex. "Kamu tahu Alex, seharusnya kamu menerima undangan Lira," ujar Yuna.

"Ha?! Kenapa aku harus melakukan itu? Kamu tahukan aku tidak suka hal yang merepotkan seperti itu," jawab Alex dengan tegas.

"Tapi bisa saja nanti namamu yang sudah buruk, malah bertambah buruk lagi," Yuna memperingati Alex.

"Biarkan saja, hanya namaku saja yang buruk. Setidaknya aku masih mempunyai teman yang selalu berada di sampingku," ujar Alex.

"Hoho... Boleh aku tahu siapa orangnya itu?" Yuna menggoda Alex.

Alex lalu menjadi malu dan gugup. "Ha.. hm.. tentu saja itu dirimu, siapa lagi yang aku maksud," Alex malu.

Ah.. imutnya reaksinya itu, aku akan simpan hal ini untuk diriku sendiri. Pikir Yuna.

"Wah kamu sudah pandai menggombal ya Alex... Kamu belajar dari siapa? Ayahmu? Atau temanmu?" tanya Yuna.

"Hei kamu meledekku, lagi pula tadi itu bukan gombalan. Tapi aku bisa saja membuat jantungmu berdetak dengan kencang sekarang ini~" Alex tersenyum.

He? Apa maksudnya ini? Apa dia berniat menggodaku? Coba saja jika memang bisa...

"Huh.. coba saja sini," Yuna yang menantang Alex, entah mengapa dia menjadi gugup sendiri.

Alex yang merasa dirinya tertantang, mulai menjulurkan tangannya. Lalu menyentuh dan mengelus pipi Yuna. Mata mereka saling bertemu ditambah Alex yang tersenyum, membuat Yuna yang disentuh semakin merasa gelisah. Nafas dan detak jantung Yuna menjadi tidak beraturan. Alex yang melihat Yuna masih bertahan, dia lalu membelai rambut Yuna.

Yuna yang tidak tahan wajahnya pun akhirnya menjadi memerah. Karena malunya dia menutup wajahnya menggunakan tangannya. "Hei sudahlah hentikan itu..." ujar Yuna yang lemas.

Lalu Alex mundur dan duduk kembali. "Haha maafkan aku, bagaimana? Wajahmu memerahkan?" Alex menggoda Yuna.

"Dari siapa kamu mempelajari hal ini? Apakah kamu mulai berubah menjadi cowok yang nakal?" tanya Yuna.

"Hoi, jangan bikin orang lain nanti salah paham ya. Aku hanya menguji cara ini yang aku dapatkan dari novel romansa. Pada awalnya aku tidak percaya, tapi ternyata berhasil, hingga membuat wajahmu merah merona," Alex dia terkadang mengisi waktu luang untuk membaca.

Yuna semakin menjadi malu karena Alex mengatakan hal itu. "Tapi tidak biasanya kamu membaca novel romansa, biasanya novel fantasi. Dan juga apa itu artinya kamu menjadikan aku sebagai objek eksperimen?"

"Yang pertama aku hanya ingin mencoba saja. Yang kedua kamu benar aku jadikan sebagai objek eksperimen," ujar Alex.

"Haha teman sialan. Ah sudahlah, besok kamu ingin ikut tidak ke ibu kota?" tanya Yuna.

"Hm kamu ingin melakukan apa di sana?" tanya Alex.

"Tidak ada hanya jalan jalan saja. Dan aku berniat mengajakmu berdua saja ke sana," ujar Yuna.

"Berdua? Jika berdua saja aku ingin ikut," jawab Alex.

"Hm hoho, kamu mau curi curi kesempatan di sana denganku ya?" Yuna curiga.

"Bukan putri Yuna Lavender... Aku ingin ke sana, karena aku dengar ada banyak hal baru di sana. Maka dari itu membuatku penasaran,"

"Hm begitu ya.. sayang sekali, padahal kamu senang berdua denganku saja.." gumam Yuna.

"Hah apa?"

"Tidak tidak ada apa apa kok," Yuna melihat sekelilingnya. Dia melihat tidak ada seorang pun yang melewati tempat yang mereka tempati.

Lalu dia berkata kepada Alex. "Hei Alex, apakah kamu tidak merasa di sini terlalu sepi? Tidak ada seorang pun yang lewat di sini," ujar Yuna.

"Yah itu maka karena itu, aku memilih tempat ini karena sepi dan tenang,"

Yuna pun berpikir untuk sedikit menggoda Alex dengan kata katanya. "Hm apakah benar tujuannya hanya itu saja? Kamu tahu biasanya ya, di tempat yang sepi seperti ini, apa lagi ada sepasang laki-laki dan perempuan. Biasanya mereka akan curi curi kesem.." Buk! Alex memukul kepala Yuna. "Aduh!"

"Jangan bicara yang aneh aneh ya, habiskan saja bekalmu itu," ujar Alex.

"Iya iya," Yuna cemberut.

Lalu ketika bekal makan siang mereka telah habis, mereka segera kembali ke kelas. Di perjalanan mereka menjadi pusat perhatian, walau tidak merasa nyaman, Yuna sudah terbiasa dengan situasinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status