Share

CHAPTER 7 - My First Kimono

"Tinggal sebulan lagi ... sepertinya aku harus siap-siap menyambut tahun baru," ucapku.

"Dan sebentar lagi, aku akan berulang tahun ... senangnya hatiku," ucapku sambil tersenyum sendiri.

"Aku minta hadiah apa ya dari Danny-kun? Ah, itu sih tidak masalah karena apapun hadiahnya aku akan dengan senang hati menerimanya," lanjutku lagi.

"Mei, sudah waktunya sarapan," ucap Danny-kun.

"Iya, sebentar ... aku akan kesana." jawabku.

Aku segera merapikan rambutku dan segera menuju meja makan. Aku duduk di depan Danny-kun dan aku memulai pembicaraan.

"Oya Danny-kun, sebentar lagi aku berulang tahun loh," ucapku dengan tersenyum.

"Oya? Aku tidak ingat," ucap Danny-kun dengan cuek.

"Huh? Masa' kamu tidak ingat sih sama ulang tahunku," ucapku yang mulai merajuk.

"Benar, aku tidak ingat ... lagipula, bukankah setiap hari adalah hari yang sama untukku," ucap Danny-kun semakin cuek.

"Yasudah kalau kamu tidak ingat ... aku pergi duluan ya," ucapku yang semakin merajuk.

"Iya ... hati-hati ya," ucap Danny-kun sambil tersenyum padaku.

Aku pun pergi ke sekolah, tapi sebelum aku keluar aku mengatakan ke Danny-kun.

"Danny-kun jelek, bodoh, tidak mengerti perasaanku," ucapku dengan kesal.

Aku pun langsung membanting pintu dan pergi dengan perasaan kesal.

"Ya ampun Mei ... bukan aku tak ingat hari ulang tahunmu, aku hanya mencoba untuk merahasiakan hadiah untukmu," ucap Danny-kun sambil tersenyum.

Dalam perjalanan menuju sekolahku, tetap saja aku terus merasa kesal dikarenakan Danny-kun tidak mengingat hari ulang tahunku. Padahal sebelumnya dia selalu ingat, dan dia adalah orang pertama yang mengucapkannya.

"Atau jangan-jangan dia sengaja biar aku kesal," pikirku.

"Kalau begitu, berarti Danny-kun sebenarnya ingat namun pura-pura tidak mengingatnya," gumamku mulai tersenyum.

"Danny-kun .... aku jadi semakin menyukaimu," gumamku sambil tersenyum dengan wajah yang memerah.

Saat istirahat

Aku pergi ke kantin untuk membeli yakisoba bread, karena aku tadi pagi belum sarapan dikarenakan aku kesal kepada Danny-kun.

"Aku harap masih ada rotinya ... karena tadi pagi aku belum sempat sarapan," ucapku sambil memegang perutku menuju kantin sekolah.

Ternyata masih ada terjual yakisoba bread yang kuinginkan lantas aku langsung membelinya. Aku memakan roti tersebut di halaman depan sekolah di bawah pohon rindang dan aku duduk di sana. Aku berpikir mungkin ucapanku sudah keterlaluan tadi pagi, dan aku harap Danny-kun tidak marah padaku dikarenakan sikapku yang masih kekanak-kanakan.

"Hummm?" gumamku ketika melihat Danny-kun sedang ngobrol dengan Karasu di kelas.

"Apa yang mereka bicarakan?" ucapku sambil mengunyah roti.

"Oya, aku lupa ... bahan makanan kan sudah mau habis ... hmmmm ... mungkin inilah saat yang tepat untuk kencan dengan Danny-kun," gumamku.

Aku pun menghabiskan rotiku dan aku langsung menghampiri mereka berdua.

"Hei, apa yang sedang kalian bicarakan?" tanyaku.

"Tidak ada kok ... hanya pembicaraan biasa," jawab Danny-kun dengan tenang.

"Benarkah?" tanyaku dengan menggembungkan pipi.

"Beneran loh Kanaya-san," ucap Karasu.

"Yasudah kalau begitu, oya Danny-kun bahan makanan kita sudah mau habis, bisa temani aku membelinya?" ajakku.

"Boleh," Danny-kun mengiyakan.

"Yesssss," gumamku.

"Kalau begitu, nanti pas pulang sekolah tunggu aku di pintu gerbang ya," ucap Danny-kun.

Aku mengangguk.

Bel masuk pun berbunyi.

Pulang Sekolah

"Kami pulang duluan ya Karasu-kun," ucapku.

"Iya, hati-hati ya," ucap Karasu sambil melambaikan tangan pada kami.

Kami berdua menuju supermarket.

Di supermarket

"Danny-kun mau makan malam apa hari ini?" tanyaku.

"Yang biasa saja, lagipula tidak baik boros pengeluaran," jawabnya.

"Sasuga Danny-kun ... aku jadi ingin menikahimu kelak," ucapku dengan wajah memerah.

"Aku juga," ucapnya dengan wajah memerah juga.

Kami berbelanja dengan wajah malu-malu dikarenakan obrolan kami tadi.

"Oya Mei, boleh aku permisi sebentar?" ucap Danny-kun.

"Mau kemana?" tanyaku.

"Ke toilet ... soalnya sudah diujung," ucap Danny-kun.

"Ya sudah, aku tunggu di depan ya," jawabku.

Danny-kun pun pergi ke toilet.

"Sekarang apa yang kurang lagi ya?Hmmm," gumamku.

Aku pun mencari sambil berpikir apa saja yang mau dibeli. Setelah selesai membayar di kasir, aku menunggu Danny-kun di depan toko bahan makanan namun selama 10 menit dia belum muncul juga.

"Danny-kun pergi kemana sih? Masa' ke toilet saja lama sekali," ucapku dengan khawatir.

Namun seketika itu kulihat Danny-kun sedang masuk ke toko penjual kimono dan aku langsung mengikutinya.

"Ada perlu apa Danny-kun kesini? Apa jangan-jangan," gumamku dengan sedih.

Danny-kun pun keluar dari toko itu dengan membawa sebuah kado dan dia terkejut ketika melihatku.

"Mei ... sedang apa kamu disini?" tanyanya dengan gugup.

"Danny-kun sendiri ngapain disini .... dan kado itu untuk siapa?" tanyaku dengan penasaran.

"Untuk pacarnya Karasu .... soalnya dia minta tolong padaku untuk membelikan hadiah ini untuknya, tapi tenang saja uangnya dari Karasu sendiri kok," jawab Danny-kun.

"Seingatku Karasu-kun tidak punya pacar," ucapku dengan curiga.

"Punya kok, soalnya baru siang tadi dia memberitahuku," ucap Danny-kun.

"Owh, ya sudah kalau begitu ... tapi ngomong-ngomong, apa isi kado itu?" tanyaku penasaran.

"Aku tidak bisa memberitahumu ... maaf ya Mei ... soalnya Karasu menyuruhku untuk merahasiakannya," ucap Danny-kun dengan tersenyum.

"Ya sudah kalau begitu ... kita pulang saja," ucapku merajuk.

"Maaf ya Mei, aku tidak bisa memberitahumu kalau hadiah ini untukmu," gumam Danny-kun.

Malam tahun baru

Selama hampir sebulan ini, jujur aku masih galau dikarenakan kado tersebut. Karena aku merasa tidak percaya kalau Karasu-kun sudah punya pacar, disamping itu kadonya juga masih disimpan sama Danny-kun. Ada apa ini? Apa jangan-jangan Danny-kun suka sama gadis lain? Kayaknya tidak mungkin.

"Lama sekali datangnya anak itu," ucap Danny-kun memulai pembicaraan.

"Iya nih, padahal kan kita sudah janjian ... tapi dia masih belum datang juga," jawabku.

"Maaf, soalnya tadi aku ada urusan sebentar," ucap Karasu lalu menghampiri kami.

"Owh, ya sudah yuk kita cari tempat yang tenang .... soalnya disini ramai sekali," ucap Danny-kun.

"Aku tahu tempat yang cocok," ucapku.

Kami bertiga menuju ke tempat yang kusarankan dan ternyata adalah di tempat yang sudah tidak asing lagi bagi kami, yaitu di kuil Kanaya. Ya, di kuil inilah kami menunggu datangnya tahun baru karena di kuil yang biasanya selalu ramai dikunjungi.

"Oya, setelah ini kalian mau masuk SMA mana?" tanya Karasu.

"Kalau aku ke Hope Peak's Academy, dan tentu saja lewat jalur undangan," jawab Danny-kun.

"Kalau kamu Kanaya-san?" tanya Karasu lagi.

"Aku akan ke sekolah dimana Danny-kun bersekolah ... karena aku tak ingin jauh darinya," jawabku sambil malu-malu.

"Kalau begitu, kita semua sama .... aku juga akan ke Hope Peak's Academy .... dan kelihatannya kita bertiga akan bersama lagi untuk 3 tahun ke depan," ucap Karasu.

Aku dan Danny-kun mengangguk.

"Oya, apa hadiah yang sudah kamu beli sudah kamu berikan?" tanya Karasu kepada Danny-kun.

"Hadiah apa?" tanyaku.

"Lho, bukankah dia membelikan sesuatu untukmu?" tanya Karasu padaku.

"Bukannya hadiah itu untuk pacarmu?" tanyaku lagi.

"Sejak kapan aku punya pacar?" ucap Karasu dengan bingung.

"Danny-kun apa maksudnya ini? Bisakah kamu menjelaskannya padaku?" ucapku sambil menatap Danny-kun dengan curiga.

"Etto," ucap Danny-kun dengan gugup.

"Sudah, katakan saja Danny-san," ucap Karasu.

Aku menatap Danny-kun

"Sebenarnya, kado yang aku bawa kemarin itu untukmu .... hanya saja aku masih bingung hadiah apa yang mau aku berikan," ucap Danny-kun.

Aku terenyuh.

"Jadi, bukan untuk gadis lain?" ucapku.

"Tentu saja bukan .... lagipula, gadis yang aku sukai hanya kamu seorang," lanjut Danny-kun.

Wajahku memerah dan air mata bahagiaku keluar.

"Kamu kenapa Mei? Apa matamu kemasukan debu?" tanya Danny-kun.

Aku menggeleng.

"Oya, ini hadiahnya," ucap Danny-kun sambil memberikan sebuah kado padaku.

"Boleh aku buka?" ucapku sambil mengusap air mataku.

"Silahkan," jawab Danny-kun.

Aku membuka kado tersebut dan isinya adalah kimono yang bermotif mawar merah dan seketika itu aku langsung memeluk Danny-kun dan aku meminta maaf karena sudah mencurigainya selama sebulan ini.

"Ehem ... ehem ... aku masih ada disini loh," ucap Karasu.

"Maaf," ucap Danny-kun.

"Kalau begitu, aku pulang dulu ya," ucap Karasu pamit.

"Iya, hati-hati ya Karasu," balas Danny-kun.

Karasu pun pulang meninggalkan kami berdua. Aku memeluk Danny-kun dan berharap semoga malam ini tak cepat berakhir.

"Oya Danny-kun, ada yang lupa kukatakan," ucapku.

"Apa itu?" tanya Danny-kun.

"Di keluargaku, ketika ada seorang pria memberikan kimono kepada wanita yang disukainya, maka pria itu akan jadi suaminya kelak," ucapku dengan wajah memerah.

"Haaaaaaaaaaaaaaahhhhhh," ucap Danny-kun dengan kaget.

Aku memeluk Danny-kun kembali dan suara kembang api pun mulai bermunculan.

CHAPTER 7 - My First Kimono

End

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status