Share

Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya
Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya
Author: Ria Abdullah

kupermalukan

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2022-05-01 03:02:24

Wanita yang sudah kutolong itu, nyatanya ular berbisa yang mengerikan.

❤️❤️❤️

"Saya terima nikahnya Kartika binti Ruslan dengan mas kawin seperangkat alat shalat serta uang dua juta rupiah, dibayar tunai," ucap Mas Yadi merafalkan kalimat ijab kabul di hari pernikahannya.

Aku sudah tahu, ini akan terjadi, aku sudah mengendus rencananya dari awal , kuikuti dan kusimak ternyata wanita yang dia nikahi adalah janda yag sempat mengontrak beberapa tahun tepat di samping rumahku. Kartika.

Sebenarnya di dalam hati ini merasa sesak, berdiri disini dan menyaksikan suami sendiri menerima ijab dari perempuan lain lalu mengabulkan dengan penerimaan nikah.

Mataku berkaca-kaca dan tungkaiku bergetar hebat, berusaha mengendalikan perasaan antara ingin marah dan menangis histeris kemudian menyeruak diantara tamu undangan dan menghajar Mas Yadi untuk mempermalukannya.

"Bagaimana, sah?"

"Sah."

Saksi menjawab serempak dan kemudian mengangkat tangan untuk berdoa.

"Tidak jangan lakukan ini, Mas," batinku berteriak keras. Tapi apa daya, ketika mereka mengusap kedua belah tangan ke wajah dan senyum semringah tergambar di wajah mereka, wanita tak tahu diuntung itu langsung bergelayut mesra ke suamiku.

Dia yang sudah kutolong yang ternyata adalah ular berbisa yang meracuni akal dan cinta suamiku.

Tidak ingatkah dia, ketika pertama kali datang mengontrak di kampungku, hanya aku satu-satunya tetangga yang mau mengunjungi dan berdekatan dengan dia yang miskin itu. Kartika kerap kekurangan beras dan uang belanja anaknya dan akulah orang yang selalu membantunya dalam segala hal.

"Bantu aku Mbak Sakinah, aku sangat putus asa ... aku lari dari suami yang selalu memukulku dan kini aku tidak punya uang sepeserpun untuk melanjutkan hidup kami," ujarnya saat itu sambil memeluk kakiku.

Dia yang datang dari luar seketika menghenyakkan diri tepat di bawahku.

"Apa yang terjadi?"

"Aku ingin pinjam uang, Mbak."

"Kasih aja, Ma, kasihan, mudah-mudahan dengan menolongnya rezeki kita mengalir deras." Suamiku yang kala itu baru pulang kerja ternyata menyimak obrolan kami.

"Iya, Mas." Aku langsung bangkit ke kamar meraih dompet dan menyerahkan 2 lembar uang seratusan kepada wanita malang itu.

Dalam hati ini tidak ada rasa jahat sedikitpun selain dari rasa iba kepadanya dan kedua anaknya, wajahnya pucat dan kuyu, terlihat kelaparan dan lemah.

Aku tak tahu di belakangku setelah itu, dia menjerat suamiku, entah bagaimana caranya, mereka kini sedang duduk di meja akad dan saling bertukar senyum bahagia.

Aku tak tahan, sudah!

"Hentikan!"

Aku menyeruak diantara kerumunan tamu undangan.

"Mas Suryadi, suamiku, kamu menikahi dia tanpa sepengetahuanku?" tanyaku dengan suara bergetar dan air mata berlinang.

Aku berusaha berdiri tegak dan tegar padahal pertahananku roboh tidak karuan.

Riuh rendah suara tamu undangan berbisik dan menggumam. Mereka ternyata tidak mengetahui bahwa wanita cantik di kampung mereka ternyata mempelakori seseorang di kota sana.

"Itu istrinya ... ya ampun, apa-apaan ini?"

Tetangganya mencibir.

"Teganya kamu tidak memikirkan istri dan anak," desisku dan tamu undangan makin riuh.

"Maaf Mbak, mohon jangan bikin kegaduhan," ujar salah seorang anggota keluarganya yang berusaha mencegahku merangsek masuk.

"Lepaskan aku, kamu tidak tahu rasanya dipermainkan seperti ini," ujarku menepis tangan itu dengan keras.

Kuhampiri meja akad dan satu lompatan aku berhasil mencengkeram Kartika.

Plak!

Kutampar dengan keras wajahnya hingga kembang goyang yang dia pakai terlepas dan terlempar ke lantai.

"Setelah aku menyelamatkan dan menyambung hidupmu teganya kau merebut suamiku!" teriakku.

"Sakinah, kumohon, kita bisa bicarakan ini dirumah," bujuk bujuk Mas Yadi sambil berusaha menengahi kami.

"Berani sekali kau, Mas," ujarku sambil mencakar wajahnya membuatnya seketika mundur.

"Kamu kasar sekali," gumam Kartika.

"Diam!"

Kuambil kotak mahar dan kuhempaskan begitu saja hingga pecah berkeping-keping. Apa yang ada didalamnya kutarik dan kukoyak-koyak dengan nafsu amarah.

"Apa ini? Mahar yang kau ambil dengan cara mencuri suami orang lain?" aku berteriak dan berusaha mempermalukannya, sementara semua tamu undangan yang tadi duduk tenang sambil menikmati hidangan langsung berdiri untuk melihat kekacauan ini.

"Diam, Sakinah!" Mas Yadi angkat bicara sambil berusaha menarikku keluar dari tempat acara.

"Lepaskan! kau tidak berhak memperlakukanku seperti ini, kau lupa bahwa aku satu-satunya wanita yang menerimamu dari kau miskin dan tidak punya apa-apa hingga sukses begini? lagipula apa kehebatan wanita itu?" teriakku histeris.

"Aku sungguh tidak bermaksud ...."

Plak!

Sekali lagi kulayangkan tamparan keras sehingga membuat Mas Yadi bungkam am pipinya memerah.

"Kau pikir aku bodoh, hah! Kau pikir karena aku diam saja aku tidak mengetahui rencana jahatmu! yang paling aku sesalkan, haruskah kau menikahi wanita yang sudah kita tolong?"

"Sakinah, tolong ...."

"Kartika ... aku membayarkan kontrakanmu, aku menyambung hidupmu, membayarkan sekolah anak-anakmu dan mencarikan untukmu pekerjaan, teganya kau merebut suamiku!"

Orang-orang langsung terlihat gusar ketika aku mengatakan semua itu.

"Tolong pergi dari sini, Mbak!" Seorang pria membentakku dan menarik tanganku untuk mengusir diri ini dari lokasi acara.

"Mas Yadi kau memang punya jabatan, tapi satu jentikan jari dariku, kau akan kehilangan segalanya," ujarku sambil tertawa sekalian menangis juga.

"Aku akan mempermalukanmu," ancamku.

Wanita itu menangis terduduk lesu di lantai sedang Mas Yadi berusaha memeluknya dan menenangkannya.

"Peluk, dan beri dukungan gundikmu, katakan padanya bahwa mulai sekarang dia tidak akan merasakan sepeserpun dari uang gajimu," teriakku.

"Kau tidak berhak begitu, Sakinah."

"Kenapa tidak?! aku istrimu dan aku berhak atas harta dan dirimu, aku berhak mengelola semuanya! kenapa? kau tak suka? dulu kau miskin maka kembalilah miskin seperti semula!"

"Aku punya pekerjaan, Sakinah," jawabnya.

"Diam! Kau lupa bawa aku memegang semua aset dan gajimu adalah atas namaku? Mobil yang kau bawa juga adalah milikku, jadi aku akan mengambil semuanya sekarang juga."

"Berikan padaku kunci mobil itu," ujarku sambil mengulurkan tangan.

"Jangan begini!"

"Berikan, atau aku akan memanggil anak-anak dan juga atasanmu," ancamku.

Dia langsung maju dan memberikan kunci mobil itu tanpa banyak bicara lagi.

"Kumohon pergilah, setelah ini kita akan bicarakan semuanya di rumah," ujarnya pelan.

"Sepatu dan jas yang kau kenakan itu, aku yang membelinya, kau harus melepasnya juga," kataku dengan napas tersengal-sengal menahan emosi.

"Jangan keterlaluan!"

"Kau yang keterlaluan, lepaskan itu! Aku membelinya dari keuntunganku berdagang, lepaskan sekarang!" Rasanya kepalaku berdenyut mau pecah oleh angkara murka.

Sambil menghela nafas dan memasang wajah yang sangat tidak nyaman dipandang dia melepaskan dan menyerahkannya kepadaku, tamu undangan riuh rendah ada yang tertawa ada juga yang mengumpat sinis.

"Aku akan menunggumu di rumah dan lihat saja apa yang akan terjadi. Sekarang kau akan berbulan madu dengan gembira, kan Mas?" ujarku sinis dan aku langsung melangkahkan kaki,.mengarahkan kunci mobil dan langsung masuk ke dalamnya dan melarikan mobil Mas Yadi.

"Wanita jalang itu ... dia akan menempuh sebuah babak baru yang mengerikan karena telah merebut suamiku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    ketika

    Ketika mereka membalikkan badan, Kartika dan pria itu terkejut, bukan main kaget, sampai salha tingkah, sedang aku langsung menutup mulut dengan kedua tangan, menyembunyikan rasa terpana yang tidak terkira. Aku tak tahu apa harus marah atau menangis dengan pemandangan miris di depan sana, bersamaan dengan rasa iba pada Mas Yadi."Astaghfirullah, apa-apaan kamu Kartika?!' Mas yadi menggeram, mengepalkan tangan dan mendekat, ia maju dan bersiap memukul pria yang jadi pasangan selingkuh Kartika."Beraninya kau menggoda istriku," ujar Mas Yadi sambil melayangkan pukulan."Kau juga sedang bersama istriku, kau telah mempengaruhinya!" Balas pria yang jijik kusebut suami itu."Keterlaluan kau Didit, apa hubunganmu dengan istriku?""Tidakkah harusnya aku yang bertanya apa hubungan yang kau bangun dengan kantan istrimu?!" Mas Yadi membalikkan badan dan terkejut melihatku di belakangnya."Sakinah .....""Apa kau mau mengelak sekarang?" Pria jahat itu terkekeh sinis."Kartika teganya kamu, buru b

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    jadi

    "Jadi kau izinkan aku pergi?""Begini saja, pergilah kau sendiri menemui istrimu aku akan memindahkan anak-anak bersama si Bibi ke perkebunan, anak buah Bendi akan mengawal mereka dan memastikan mereka selamat. Kurasa itu adalah jalan terbaik daripada harus mengikuti kau kesana kemari sementara mereka juga harus menjalani aktivitas belajar dan ujian mereka.""Kurasa masuk akal juga apa yang kau katakan, aku akan pergi kalau begitu," ujar pria itu sambil mengambil tasnya.Sebelum sempat keluar dari kamar, ia mendekat dan tanpa aba-aba dia mendaratkan sebuah kecupan hangat di keningku."Terima kasih masih menyimpan pakaianku," bisiknya lembut.Detik berikutnya, pria itu meninggalkanku begitu saja di dalam kamar ini, kamar yang dulu begitu penuh cinta dan aroma kerinduan. Aku jatuh terduduk di atas ranjang, meremas sprei yang dulu pernah menjadi saksi, betapa kami saling mencintai."Pada akhirnya sebagai suami, dia harus tetap bertanggung jawab kepada wanita yang sudah dia terima nika

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    sesampainya di rumah

    Sesampainya di depan rumah berlantai dua milik kami, Bendi memasukkan mobilnya ke garasi dan langsung menurunkan rolling door garasi dengan rapat.Aku dan Mas Didit saling pandang namun tak berani banyak bertanya, dia lalu meminta Imel untuk menarik cat mobil yang merupakan tempelan untuk membantunya sehingga mobil yang tadi berwarna biru gelap sudah berubah menjadi putih.Setelah selesai ia mengganti pakaiannya dan masuk kembali ke mobil."Kamu gak mampir dulu?" tanya Imel."Aku harus pergi, sebelum polisi tahu bahwa kekacauan di tol tadi adalah perbuatanku," balasnya."Kau akan baik-baik saja?" untuk pertama kalinya pria itu terlihat mengkhawatirkan orang."Iya, Pak, saya akan baik baik saja.""Oh, aku lupa kau punya banyak pengawal," balas Mas Yadi.Pria itu hanya menggeleng pelan sambil tersenyum lalu berpamitan denganku dan anak perempuanku."Hati-hati ya," ujar Imel."Kenapa kau tidak menambahkan kata sayang di belakang kalimat hati-hati?" tanya pemuda itu mengulum senyum mem

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    itu papa

    "Itu Papa!" Seru anakku gembira dia membuka mobil dan langsung berlari ke arah papanya.Anak gadisku begitu gembira dan langsung menghambur memeluk papanya, pria itu juga bahagia dan langsung memeluk putrinya."Akhirnya Papa kelur juga, aku rindu," kata Imel, "tapi kenapa tangan dan kaki papa? Kenapa Papa jalannya pincang?"Tanya Imel yang mengomentari gerakan tubuh Mas Yadi, untungnya dia tak tahu bahwa pria itu habis tertembak dua minggu lalu."Apa kabar, Mas?" Sapaku sambil mengulurkan tangan menyalaminya, tanpa kuduga ia memelukku lalu menepuk belakang punggungku perlahan."Alhamdulillah aku baik sekarang," jawabnya tersenyum, sedang aku terbengong dengan sikapnya."Oh be-begitu ya, ba-baguslah." Sial, aku gugup dan canggung, sementara Bendi dan Imel saling melirik dan tersenyum."Kalo begitu ayo kita pulang," ajak Bendi."Lho, kamu siapa?" tanya Mas Yadi pada Bendi."Dia adalah orang yang sudah menolongku dan Imel dari penyekapan Mas, dia juga sering menjengukku ke rumah sakit d

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    tuan william

    Setelah mengambil semua surat menyurat yang sudah dibuat ulang dari kantor kuasa hukum kami, aku segera mengajak Bendi untuk pergi menjemput Mas Suryadi ke gerbang Rutan Pondok kopi.Mobil kami meluncur di jalan aspal yang mulus lalu berputar di lingkar Selatan dan menuju pinggir kota dimana pusat lembaga pemasyarakatan itu berada."Kamu yakin bahwa papa akan keluar jam 1 siang?""Iya mah begitu informasi yang aku dengar dari Pak Efendy dan petugas sipir yang menelponku," balasnya."Mudah-mudahan lancar ya," gumamku sembari berharap semoga berita tentang kebebasan Mas Yadi bukan hanya lobi semata antara polisi dan TNI, sementara pada kenyataannya hal itu tidak pernah terjadi."Apa semuanya akan aman bendi?""Kita harus tetap waspada nyonya, anda pun sekarang berada dalam incaran," balasnya."Apa? Apa maksudnya?""Lihat mobil Chevrolet hitam yang sedang mengikuti di belakang kita? Sejak dari rumah sakit tadi mobil itu terus mengikuti dan mengawasi, aku rasa mereka memang sudah mengi

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    kubenahi

    Kubenahi rambut dan wajahku yang berantakan, aku merutuk karena pria itu menyakiti rahangku, demi Tuhan aku akan bersumpah bahwa dia akan membayarnya.Kini aku harus mencatat daftar panjang orang-orang yang akan aku tuntut dengan pembalasan. Ada William, Didit, Heri, dan sinoembuat masalah Kartika. Mereka bertiga sahabat yang harus dihancurkan.Tiba tiba muncul sesuatu dalam benakku, ide untuk mengadu domba mereka semua dan membuat mereka saling berselisih paham dan saling mencurigai. Perlahan kepercayaan satu sama lain akan tergerus dan hancur tak bersisa, lalu setelahnya, kuhancurkan mereka semua secara hukum juga.Tapi sejujurnya aku pun belum tahu akan memulai dari mana, sulit menentukan mana orang yang benar-benar bisa dipercaya dan mana yang tidak, mana yang tulus dan mana yang hanya modus, mana yang kawan mana yang berpura-pura menjadi kawan lalu menusuk."Aku harus segera menghubungi pengacaraku," batinku sambil meraih ponselku.Tak lama sambungan terhubung, pria yang sudah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status