Share

Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian
Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian
Penulis: Seli

Bab 1

Penulis: Seli
Tengah malam, jiwaku melayang keluar dari lantai dingin di ruang bawah tanah.

Pintu kamar tidurku tiba-tiba terbuka dengan keras. Kakakku, Dani Martha, menerobos masuk. Dia menatap sekeliling kamar yang kosong, lalu mencibir.

“Karin, apa kamu nggak bosan bermain petak umpet? Kamu sudah besar, berhenti bermain-main!”

Biasanya, aku tidak akan tinggal diam jika mendengarnya.

Namun kali ini, aku hanya bisa melayang di sampingnya, diam tak bersuara.

Dani mengambil ponsel dan mencoba meneleponku. Namun, tidak ada yang mengangkat. Dia mengacak rambutnya dengan kesal, lalu tanpa sengaja membuka buku harian di atas meja.

Di halaman itu hanya tertulis satu angka, 99.

Itu adalah jumlah berapa kali mereka membuatku kecewa selama ini.

Dani tidak mengerti apa maksud angka itu. Dia mengerutkan kening, melemparkan buku harian itu ke lantai, lalu mengirim pesan suara lewat WhatsApp.

"Jangan merajuk terus. Lina masih menunggu kue bluberi cheesecake buatanmu. Hari ini adalah ulang tahunnya yang ke-16. Kalau kamu nggak pulang dalam satu jam, aku akan menganggapmu nggak tahu diri!"

Setelah itu, Dani menyimpan ponselnya dan pergi ke ruang tamu.

“Karin nggak ada di kamarnya, dia juga nggak mengangkat telepon,” katanya ke orang tua kami. “Dia memang selalu begitu. Ngambek sedikit langsung kabur, lalu kita harus membujuknya dulu.”

Ayahku, Toni Martha, hanya menghela napas. “Kita terlalu memanjakannya. Kali ini, biarkan saja, supaya bisa jadi pelajaran untuknya. Besok juga dia akan balik sendiri.”

Sementara itu, Lina Martha, adik perempuanku yang lembut dan manis, memegang tangan Ayah sambil berkata dengan tatapan penuh kekhawatiran, “Ayah, bagaimana kalau benar-benar terjadi sesuatu pada Kakak? Mungkin aku harus mengiriminya pesan. Kalian tahu, ‘kan, dia paling menyayangiku.”

Aku melihatnya menunduk, jari-jarinya yang ramping mengetik cepat di layar ponsel.

Pesan pertama yang dia kirim adalah ....

[Semoga kamu menikmati menjadi wanita incaran para pria brengsek itu. Kamu sekarang sedang ada di pelukan pria yang mana? Aku ikut senang. Kalau kamu mati, semua orang pasti lebih senang.]

Begitu dikirim, dia langsung menghapusnya. Lalu menulis ulang dengan pesan yang berbeda.

[Kak, apa kamu baik-baik saja? Kita semua sangat khawatir. Kalau kamu marah, kamu boleh marah padaku, pukul aku atau lakukan apa pun. Tapi tolong segera pulang. Ayah dan Ibu juga sangat mencemaskanmu.]

Dia lalu menunjukkan pesan itu ke semua orang, tampak seperti adik yang sangat pengertian.

Ibuku, Berta Safna, langsung memeluk Lina erat-erat. “Lina, kamu baru berumur enam belas tahun, tapi sudah sebijak ini. Sementara Karin, sudah berumur dua puluh empat tahun dan bekerja bertahun-tahun, masih saja kekanak-kanakan. Kamu nggak perlu menyalahkan diri sendiri.”

Kekanak-kanakan? Merajuk?

Aku tertawa pahit di udara. Namun, tidak ada yang bisa mendengarku.

Mereka bahkan lupa, hari ini seharusnya adalah hari aku menerima Penghargaan Doktor Medis Global. Penghargaan ini hanya diadakan dua tahun sekali dan sangat bergengsi. Namun, karena ulang tahun Lina, aku memilih diam dan membiarkan mereka merayakannya.

Aku tidak pernah berniat merebut kasih sayang mereka dari Lina.

Namun, saat aku melangkah keluar rumah untuk berangkat ke acara penghargaan itu, beberapa pria asing menerobos masuk ke rumah dan menyeretku ke ruang bawah tanah.

Aku ketakutan dan meronta. “Kalian … bagaimana bisa punya kunci rumah kami?”

Salah satu dari mereka mengayunkan gantungan kunci di depan wajahku, itu adalah kunci milik Lina.

“Percuma kamu teriak,” katanya sambil tertawa dingin.

Aku memohon sambil menangis, “Aku nggak akan bilang siapa-siapa, tolong lepaskan aku .…”

Namun, mereka tidak menghiraukanku. Mereka menyiksaku, memperkosaku, dan bahkan memotret kejadian itu dengan keji.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk melawan. Namun, di tengah kekacauan itu, kepalaku terbentur keras ke ujung meja. Darah langsung mengucur deras.

Mereka panik dan kabur, meninggalkanku sendirian di lantai dan bermandikan darah.

Aku merangkak, jariku berlumuran darah saat menyalakan ponsel dan menelepon untuk minta tolong.

Namun, orang tuaku menolak menjawab. Mereka malah membalas dengan pesan dingin.

[Pura-pura sakit lagi? Kami nggak ada waktu untuk meladeni permainanmu!]

Satu-satunya yang mengangkat panggilanku adalah Samuel Yardi, kekasihku, orang yang paling kupercaya.

“Tolong … tolong aku, Samuel. Aku sekarat .…”

Namun, suaranya terdengar sangat dingin.

“Karin, jangan pura-pura. Hari ini adalah ulang tahun Lina, itu cuma sekali seumur hidup. Apa kamu sengaja ingin merusak suasana? Aku sudah berjanji akan memberimu hadiah kelulusan sebagai gantinya.”

Aku hanya bisa tertawa getir. 'Hadiah? Samuel, kamu tidak akan pernah sempat menepati janji itu.'

Dua puluh empat jam dari sekarang, ruang bawah tanah ini akan berbau busuk karena mayatku.

Lina pernah berdoa, agar aku mati, sehingga dia bisa menjadi pusat perhatian. Kini, doanya akhirnya terkabul.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 9

    Setelah diusir dari keluarganya, kehidupan Lina benar-benar hancur. Tanpa dukungan keluarganya, Lina hanya bisa meringkuk di sebuah rumah kontrakan termurah dan paling kumuh di pinggiran kota. Tidak lama kemudian, rumor tentang dirinya yang membunuh kakak kandungnya sendiri menyebar ke seluruh lingkaran sosial.“Orang yang bisa menyakiti keluarganya sendiri...” ujar para tetua dengan nada dingin. “Selamanya nggak pantas untuk masuk ke keluarga ini selangkah pun!” Lina mencoba mencari orang yang dapat menerimanya selain keluarganya, tetapi tidak ada yang mau menerima wanita yang dijuluki sebagai "Pembunuh Kakaknya". Sejak saat itu, Lina kehilangan identitas dan keluarganya, dia menjadi sasaran ejekan banyak orang.Kehidupannya perlahan-lahan terkikis oleh kelaparan, kedinginan, dan kesepian. Sosoknya berkeliling di jalanan, seperti hantu tanpa tempat kembali. Agar bisa bertahan hidup, dia terpaksa melakukan pekerjaan ilegal, yaitu menjual tubuhnya demi mendapatkan uang untuk memenuhi

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 8

    Saat sedang membereskan barang-barang peninggalanku, Ayah menemukan sebuah pena perekam suara di bagian terdalam laci milikku. Dia ragu sejenak, lalu menekan tombol putar.Terdengar suara serak dan tergesa-gesa dari dalam, itu adalah detik-detik terakhir dalam hidupku.“Siapa kalian? Kenapa menerobos masuk?” “Tenang saja, Karin. Kami hanya ingin mengambil sesuatu.” Suara seorang pria asing terdengar.“Lina bilang, selama kami bisa menghajarmu babak belur, lalu mengambil beberapa fotomu bersama laki-laki, dia akan membuat semua orang tahu siapa kamu sebenarnya.”“Ingat, jangan sampai membunuhnya. Cukup buat reputasinya hancur saja.”Kemudian, terdengar suaraku yang berjuang mati-matian, disusul suara benturan keras.“Ah!”Aroma darah seolah bisa tercium, meski hanya dari rekaman suara. Akhirnya, yang tersisa hanyalah napas terengah-engah dan suara permohonan yang makin lemah, “Tolong aku … kumohon … apa ada orang?”Lalu, hening total.Rekaman berakhir.Seluruh keluarga terdiam membek

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 7

    Samuel berlari ke rumahku dengan panik. Saat dia mendorong pintu kamarku, Ayah sedang duduk di dalam, menggenggam erat sebuah buku harian lama.Ayah membuka halaman pertama. Jari-jarinya bergetar halus.[Ulang tahun ke-10, seluruh keluargaku lupa. Hanya pelayan yang ingat dan membelikanku kue kecil.][Saat berumur 15 tahun, aku patah tulang dan harus dirawat selama sebulan. Tidak ada yang datang menjenguk. Tapi saat tangan Lina tergores kertas, Ayah dan Ibu menemaninya semalaman.][Saat berumur 20, aku menjuarai lomba riset antar kampus. Tapi Ayah dan Ibu malah pergi menonton konser piano Lina.]Dari satu halaman, lalu ke halaman berikutnya, semuanya berisi catatan tentang kekecewaan dan kesepian.Totalnya ada 99 catatan, dari masa kecil hingga sekarang. Setiap catatan dilengkapi tanggal dan detail yang jelas. Seperti jarum, satu per satu menusuk hati setiap orang yang membacanya.Ibu menangis tersedu-sedu, menutup mulut dengan tangan gemetar. Raut wajah Ayah benar-benar hancur, dia be

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 6

    Suasana di rumah kacau balau, tetapi Samuel sama sekali belum tahu bahwa aku telah meninggalkan dunia ini.Saat ini, Samuel masih bersama Lina, dia membalut kembali luka di tangan gadis itu dengan telaten.“Masih sakit?” Suaranya lebih lembut daripada yang pernah aku dengar sepanjang hidupku.Lina menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. Dia berkata, “Sudah nggak sakit. Asal kamu ada di sini, aku nggak takut apa-apa.”Samuel menatapnya penuh iba, sorot matanya dipenuhi amarah.“Karin keterlaluan. Begitu dia muncul, aku pasti akan membuatnya mendapat ganjaran!”“Jangan salahkan Karin.” Lina mengangkat tangannya dan menggenggam ujung jari Samuel dengan erat. Dia berkata dengan suara serak dan pelan, “Dia hanya terlalu ingin diperhatikan.”Makin pengertian Lina berbicara, makin dalam pula rasa kasihan Samuel terhadapnya.“Lina, kamu terlalu baik. Dia sudah menyakitimu seperti ini, tapi kamu masih membelanya.”“Aku hanya … khawatir padanya.” Lina berbisik, air matanya menetes di punggung t

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 5

    Dani terpaku, namaku terhenti di bibirnya, tapi tak kunjung terucap. Yang bereaksi paling cepat adalah Ayah, ekspresinya yang terkejut segera berubah menjadi marah. “Karin! Kamu sudah gila? Apa sebenarnya yang kamu mau? Demi menarik perhatian kami, sampai melakukan bunuh diri yang konyol seperti ini!” Ibu pun menyahut dengan suara nyaring, “Cepat bangun! Kamu tahu nggak betapa memalukannya kamu sekarang? Demi berebut perhatian dengan Lina, kamu bahkan pura-pura mati?”Jiwaku melayang di dekat mereka, melihat mereka berteriak pada tubuhku yang dingin.Mereka masih tidak percaya aku benar-benar mati, mereka hanya mengira ini trik untuk mencari perhatian dan simpati mereka.Dani akhirnya tersadar dari kebingungan, dia melangkah maju dan dengan kesal menendang lenganku dengan ujung sepatu. “Berhenti pura-pura! Bangun!”Tubuhku terguncang sedikit akibat tendangan itu, tapi tetap kaku tak bergerak. Ini membuatnya benar-benar panik. "Aku bilang, bangun!” teriak Dani, lalu menendangku lagi

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 4

    Jiwaku mengikuti Lina ke sebuah klinik pribadi. Tidak lama kemudian, tunanganku, Samuel tiba-tiba masuk.Dia langsung berjalan mendekati Lina, menggenggam tangannya dengan cemas, dan memeriksa luka tusukan kalajengking di telapak tangan Lina. Matanya terlihat sangat khawatir. “Bagaimana bisa begini? Apa kata dokter?” “Samuel, jangan seperti itu,” ucap Lina terisak, tetapi dia berusaha tersenyum. “Ini bukan salah Karin. Dia hanya ingin memberiku kejutan, mungkin dia salah mengambil hadiah. Kamu tahu, sebagai dokter, dia memelihara banyak binatang kecil untuk percobaan ....”Makin Lina pura-pura memahami, makin muram wajah Samuel. Samuel mendongak dan berkata dengan penuh amarah, “Karin? Dia sekarang sembunyi di mana? Lina, jangan takut, aku pasti akan membelamu!”'Samuel, kamu tidak perlu mencariku. Aku ada di dekatmu, tapi mungkin kamu sudah tidak bisa marah lagi, karena aku sudah mati.''Tentu saja kamu bisa membuang mayatku seenaknya. Tidak memakamkanku, sebagai hukuman untukku.'

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status