Compartilhar

Bab 2

Autor: Seli
Jiwaku meringkuk di sudut ruang tamu, diam-diam menyaksikan kejadian di hadapanku.

Ayah yang biasanya tidur lebih awal, hari ini dengan antusias menemani Lina membuka satu per satu hadiah ulang tahun. Ibu duduk di sofa sambil membuka situs belanja, sambil bergumam ingin membelikan Lina satu set pakaian baru agar dia bisa bersinar di pelatihan musim panas yang akan datang.

“Ibu, lemari pakaianku sudah penuh,” ucap Lina sambil cengar-cengir. Suaranya terdengar lembut seperti permen kapas.

Ibu tersenyum dan menjawab seakan itu sudah wajar, “Kalau begitu, kosongkan saja kamar kakakmu. Karin nggak pernah peduli soal itu. Dia sibuk kerja dan jarang pulang, pakaiannya juga sedikit, nggak butuh ruang besar.”

“Tapi ....” Lina berkedip, pura-pura ragu. “Apa ini nggak akan membuat Kakak marah?”

Ibu terdiam sejenak, lalu mengerutkan kening dan berkata, “Jangan berpikir macam-macam. Kakakmu itu pengertian, dia nggak akan mempermasalahkan hal itu.”

Ayah tidak bicara. Dia hanya menunduk sambil mengupas kacang pistacio satu per satu untuk Lina dengan sabar. Dani duduk di sampingnya dan menyerahkan biji kacang itu ke telapak tangan Lina.

Saat itu, aku tiba-tiba mengerti bahwa istilah “jiwa yang menangis” itu nyata.

Kelembutan mereka, tidak pernah ada untukku.

“Tapi ....” Lina menunduk, lalu berkata dengan suara pelan, “Aku sudah mengirim banyak pesan dan Kakak nggak membalas. Apa dia masih marah? Kalau dia benar-benar nggak pulang ... hatiku rasanya hampa.”

Setelah itu, suasana di ruang tamu terasa hening sesaat.

Ayah mengerutkan kening, dia berkata dengan suara dingin dan tegas, “Abaikan saja Karin. Dia selalu berlagak sok tahu agar semua orang fokus padanya. Kapan dia akan tumbuh dewasa?”

Wajah Ibu menunjukkan sedikit ketidaksabaran. Dia menghela napas dan berkata, “Bukannya itu cuma Penghargaan Doktor Medis Global dan diadakan dua tahun sekali? Dia menganggapnya seperti hal besar. Kenapa dia nggak bisa mengerti kamu? Ulang tahun ke-16 cuma sekali seumur hidup, tapi dia malah merajuk saat ini.”

Lina menunduk. Matanya menyiratkan tatapan licik, tapi bibirnya tersenyum polos. “Ibu, jangan bilang begitu. Kakak pasti sedih kalau mendengarnya. Dia sudah berjuang lama untuk mendapatkan penghargaan itu ....”

Dia sengaja menurunkan suaranya, tapi semua orang masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Hatiku membeku. Dari kecil, Lina sudah pandai memainkan peran menjadi anak baik dan mendapatkan segalanya dengan mudah. Dia bilang aku menyontek dan berbohong, dia juga bilang aku kekanak-kanakan... dan Ayah, tanpa ragu, selalu percaya padanya.

Aku sudah terbiasa mengatakan pada diriku sendiri. Suatu hari nanti, pasti ada seseorang yang akan memedulikanku, walau hanya sekali.

Namun ironisnya, bahkan Samuel pun sama. Dua tahun setelah bertemu Samuel, pandangannya tetap jatuh pada Lina.

Pelayan membawa piring berisi kue manis, semuanya adalah favorit Lina. Semua orang kembali berfokus pada Lina, bertanya tentang kehidupan sekolahnya.

Sementara aku, hanya bisa berdiam diri di sudut ruangan, memandang mereka semua.

Pukul satu dini hari, aku masih belum muncul.

Akhirnya, Ibu seperti teringat sesuatu. Dia mengambil beberapa potong kue stroberi yang paling tidak disukai Lina, meletakkannya di piring, dan memberikannya kepada Dani.

Dengan nada setengah hati dia berkata, “Dani, simpan ini untuk Karin. Kalau dia pulang dan melihatnya, dia nggak akan bilang kita cuma sayang adikmu. Lihat? Kita masih mengingatnya.”

Aku menatap kue stroberi itu, tanpa sedikit pun gejolak di hati.

Dani hendak meraih piring itu, tapi tiba-tiba Lina mengerang pelan, Dani pun menarik tangannya kembali.

“Ibu, sakit sekali!”

Suasana hangat itu langsung pecah.

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 9

    Setelah diusir dari keluarganya, kehidupan Lina benar-benar hancur. Tanpa dukungan keluarganya, Lina hanya bisa meringkuk di sebuah rumah kontrakan termurah dan paling kumuh di pinggiran kota. Tidak lama kemudian, rumor tentang dirinya yang membunuh kakak kandungnya sendiri menyebar ke seluruh lingkaran sosial.“Orang yang bisa menyakiti keluarganya sendiri...” ujar para tetua dengan nada dingin. “Selamanya nggak pantas untuk masuk ke keluarga ini selangkah pun!” Lina mencoba mencari orang yang dapat menerimanya selain keluarganya, tetapi tidak ada yang mau menerima wanita yang dijuluki sebagai "Pembunuh Kakaknya". Sejak saat itu, Lina kehilangan identitas dan keluarganya, dia menjadi sasaran ejekan banyak orang.Kehidupannya perlahan-lahan terkikis oleh kelaparan, kedinginan, dan kesepian. Sosoknya berkeliling di jalanan, seperti hantu tanpa tempat kembali. Agar bisa bertahan hidup, dia terpaksa melakukan pekerjaan ilegal, yaitu menjual tubuhnya demi mendapatkan uang untuk memenuhi

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 8

    Saat sedang membereskan barang-barang peninggalanku, Ayah menemukan sebuah pena perekam suara di bagian terdalam laci milikku. Dia ragu sejenak, lalu menekan tombol putar.Terdengar suara serak dan tergesa-gesa dari dalam, itu adalah detik-detik terakhir dalam hidupku.“Siapa kalian? Kenapa menerobos masuk?” “Tenang saja, Karin. Kami hanya ingin mengambil sesuatu.” Suara seorang pria asing terdengar.“Lina bilang, selama kami bisa menghajarmu babak belur, lalu mengambil beberapa fotomu bersama laki-laki, dia akan membuat semua orang tahu siapa kamu sebenarnya.”“Ingat, jangan sampai membunuhnya. Cukup buat reputasinya hancur saja.”Kemudian, terdengar suaraku yang berjuang mati-matian, disusul suara benturan keras.“Ah!”Aroma darah seolah bisa tercium, meski hanya dari rekaman suara. Akhirnya, yang tersisa hanyalah napas terengah-engah dan suara permohonan yang makin lemah, “Tolong aku … kumohon … apa ada orang?”Lalu, hening total.Rekaman berakhir.Seluruh keluarga terdiam membek

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 7

    Samuel berlari ke rumahku dengan panik. Saat dia mendorong pintu kamarku, Ayah sedang duduk di dalam, menggenggam erat sebuah buku harian lama.Ayah membuka halaman pertama. Jari-jarinya bergetar halus.[Ulang tahun ke-10, seluruh keluargaku lupa. Hanya pelayan yang ingat dan membelikanku kue kecil.][Saat berumur 15 tahun, aku patah tulang dan harus dirawat selama sebulan. Tidak ada yang datang menjenguk. Tapi saat tangan Lina tergores kertas, Ayah dan Ibu menemaninya semalaman.][Saat berumur 20, aku menjuarai lomba riset antar kampus. Tapi Ayah dan Ibu malah pergi menonton konser piano Lina.]Dari satu halaman, lalu ke halaman berikutnya, semuanya berisi catatan tentang kekecewaan dan kesepian.Totalnya ada 99 catatan, dari masa kecil hingga sekarang. Setiap catatan dilengkapi tanggal dan detail yang jelas. Seperti jarum, satu per satu menusuk hati setiap orang yang membacanya.Ibu menangis tersedu-sedu, menutup mulut dengan tangan gemetar. Raut wajah Ayah benar-benar hancur, dia be

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 6

    Suasana di rumah kacau balau, tetapi Samuel sama sekali belum tahu bahwa aku telah meninggalkan dunia ini.Saat ini, Samuel masih bersama Lina, dia membalut kembali luka di tangan gadis itu dengan telaten.“Masih sakit?” Suaranya lebih lembut daripada yang pernah aku dengar sepanjang hidupku.Lina menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. Dia berkata, “Sudah nggak sakit. Asal kamu ada di sini, aku nggak takut apa-apa.”Samuel menatapnya penuh iba, sorot matanya dipenuhi amarah.“Karin keterlaluan. Begitu dia muncul, aku pasti akan membuatnya mendapat ganjaran!”“Jangan salahkan Karin.” Lina mengangkat tangannya dan menggenggam ujung jari Samuel dengan erat. Dia berkata dengan suara serak dan pelan, “Dia hanya terlalu ingin diperhatikan.”Makin pengertian Lina berbicara, makin dalam pula rasa kasihan Samuel terhadapnya.“Lina, kamu terlalu baik. Dia sudah menyakitimu seperti ini, tapi kamu masih membelanya.”“Aku hanya … khawatir padanya.” Lina berbisik, air matanya menetes di punggung t

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 5

    Dani terpaku, namaku terhenti di bibirnya, tapi tak kunjung terucap. Yang bereaksi paling cepat adalah Ayah, ekspresinya yang terkejut segera berubah menjadi marah. “Karin! Kamu sudah gila? Apa sebenarnya yang kamu mau? Demi menarik perhatian kami, sampai melakukan bunuh diri yang konyol seperti ini!” Ibu pun menyahut dengan suara nyaring, “Cepat bangun! Kamu tahu nggak betapa memalukannya kamu sekarang? Demi berebut perhatian dengan Lina, kamu bahkan pura-pura mati?”Jiwaku melayang di dekat mereka, melihat mereka berteriak pada tubuhku yang dingin.Mereka masih tidak percaya aku benar-benar mati, mereka hanya mengira ini trik untuk mencari perhatian dan simpati mereka.Dani akhirnya tersadar dari kebingungan, dia melangkah maju dan dengan kesal menendang lenganku dengan ujung sepatu. “Berhenti pura-pura! Bangun!”Tubuhku terguncang sedikit akibat tendangan itu, tapi tetap kaku tak bergerak. Ini membuatnya benar-benar panik. "Aku bilang, bangun!” teriak Dani, lalu menendangku lagi

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 4

    Jiwaku mengikuti Lina ke sebuah klinik pribadi. Tidak lama kemudian, tunanganku, Samuel tiba-tiba masuk.Dia langsung berjalan mendekati Lina, menggenggam tangannya dengan cemas, dan memeriksa luka tusukan kalajengking di telapak tangan Lina. Matanya terlihat sangat khawatir. “Bagaimana bisa begini? Apa kata dokter?” “Samuel, jangan seperti itu,” ucap Lina terisak, tetapi dia berusaha tersenyum. “Ini bukan salah Karin. Dia hanya ingin memberiku kejutan, mungkin dia salah mengambil hadiah. Kamu tahu, sebagai dokter, dia memelihara banyak binatang kecil untuk percobaan ....”Makin Lina pura-pura memahami, makin muram wajah Samuel. Samuel mendongak dan berkata dengan penuh amarah, “Karin? Dia sekarang sembunyi di mana? Lina, jangan takut, aku pasti akan membelamu!”'Samuel, kamu tidak perlu mencariku. Aku ada di dekatmu, tapi mungkin kamu sudah tidak bisa marah lagi, karena aku sudah mati.''Tentu saja kamu bisa membuang mayatku seenaknya. Tidak memakamkanku, sebagai hukuman untukku.'

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status