Kendrick berjalan dengan agak sedikit tertatih-tatih menahan rasa sakit di kaki yang masih tersisa. Dia tak mau mengenakan tongkat untuk membantunya berjalan. Dia menjadi terlalu gengsi di depan Nayara jika harus terlihat lemah tak berdaya. Dia ingin terlihat sebagai seorang lelaki perkasa dan berwibawa.
Nayara menyusuri bagian sayuran. Tangannya mengambil sayuran yang dikiranya akan dia masak untuk setiap makan pagi bosnya itu. Dia hanya memasukkan bahan sayuran yang pernah dia masak untuk Kendrick. Dan tak memasukkan makanan yang mungkin tak akan disukai oleh bosnya itu.
Jam di tangan Nayara sudah menunjukkan ke angka tujuh. Berarti siang telah berlalu. Nayara menarik napasnya untuk sesaat kemudian menghelanya dengan cepat. Hal itu tertangkap oleh mata Kendrick.
"Kamu cape?" tanya Kendrick yang merasa kasihan melihat asistennya. Dia tahu jika Nayara seorang wanita yang baru pertama kali bekerja dan menjalani hal seperti ini. Ditambah memang bekerja dirinya sangatlah melelahkan. Dia sendiri menyadarinya.
"Ah? Engga Pak," sangkal Nayara. Dia tak mau terlihat manja apalagi oleh atasannya sendiri. Dia tak mau jika masa kerjanya nanti tak akan diperpanjang atau malah diperpendek.
Kendrick menganggukkan kepalanya. Dia bukan mengiyakan. "Masih lama?" tanyanya.
"Bentar ya Pak!" ucap Nayara yang kembali berjalan mencari bahan dapur lainnya. Dia tak hanya membeli bahan untuk persediaan kulkas. Namun Nayara juga membeli perlengkapan kamar mandi dan lainnya yang dia rasa banyak hal yang harus dia benahi di rumah Kendrick selama dirinya bekerja di sana.
Dua jam berlalu.
Keduanya kini baru selesai mengantri dari kasir untuk membungkus semua belanjaan mereka dan membayar semuanya. Nayara mendorong troli yang berisikan belanjaan rumah Kendrick dengan agar lemas. Sedangkan Kendrick sendiri berjalan di samping Nayara yang sedang fokus pada ponselnya.
Tiba-tiba saja ada seorang anak kecil berlari sangat cepat melintasi troli yang didorong Nayara dan hampir saja tertabrak. Sontak Nayara yang melihat si anak itu melintas dia langsung menarik troli itu kembali mundur ke arahnya dan membuat jari kakinya sedikit terlindas oleh ban troli.Langkah keduanya menjadi terhenti. Nayara menarik napas. Dia menyadari kakinya terlindas hanya bisa sedikit meringis sedikit sambil menatap agak kesal pada anak yang malah melarikan diri semakin jauh darinya.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Kendrick yang segera memasukkan ponselnya ke dalam saku jasnya dan mengecek keadaan Nayara.
"Ah, gak Pak!" jawab singkat Nayara dengan pasti.
Walau sudah mendengar jawab dari Nayara dia tak langsung percaya. Matanya mencari apa yang mungkin terluka di diri Nayara.
"Tuh kan, jempol kaki kamu berdarah!" serunya yang menemukan sesuatu yang salah. Dia segera mengambil alih troli dari tangan Nayara.
"Gak apa-apa kok Pak, cuman luka kecil aja!" ucap Nayara yang berusaha bersikap sehat walfiat. Dia pikir hanya hal kecil kenapa harus dibesar-besaran.
Kendrick tak mendengarkan apa yang diucapkan oleh Nayara dia terus berjalan menuju tempat di mana mobilnya terparkir. Dan Nayara sendiri berjalan sambil menahan sakit di bagian ibu jari kakinya yang terluka.
"Biar saya saja yang nyetir, sekalian antar kamu pulang!" ucap Kendrick yang menengadahkan sebelah telapak tangannya ke hadapan Nayara untuk meminta kunci mobilnya.
"Saya aja Pak, masa Bapak sih? Bapak kan sakit!" Lagi-lagi Nayara merasa tak enak dengan atasannya ini. Entah kenapa malam ini Kendrick menjadi begitu tampak baik padanya. Tak seperti awal pertemuan mereka yang berkesan begitu menyebalkan dan menyeramkan.
Kendrick berjalan mendorong Nayara ke arah pintu di samping kemudi. Kemudian membukakan pintu itu untuk Nayara masuk ke dalam mobil tersebut.
"Masuk sana! Tak usah banyak debat!" ucap Kendrick dengan nada yang agak tegas membuat Nayara sendiri tak bisa lagi menolaknya apalagi menyangkal. Dia hanya bisa menuruti apa yang sudah menjadi keinginan Kendrick, bosnya.
Di perjalanan. Nayara merasa canggung. Dimana dirinya yang seharusnya duduk di kursi kemudi malah dirinya yang berasa menjadi seorang raja semalam.
"Rumah kamu ternyata agak jauh juga ya dari rumah saya," kata Kendrick ketika mengetahui jalur jalanan antara rumah dirinya dengan rumah Nayara. Dia menyadari di dalam batinnya bagaimana jauhnya jarak antara rumahnya dengan rumah Nayara yang kemudian pergi ke kantor.
"Lumayan Pak, namanya juga kerja," tutur Nayara yang sama sekali tak memperlihatkan keluhan ataupun gerutuan akan jarak dan beban tentang pekerjaan yang tengah dia jalani tersebut.
Kendrick tak serta merta merespon ucapan Nayara. Dia tak menoleh kearahnya. Namun pikirannya melayang. Dia merasa bangga dan merasa tersentuh oleh ucapan Nayara yang tampak baginya begitu tulus dan jujur.
Sesampainya di depan rumah Nayara.
Kendrick segera keluar sebelum Nayara keluar dari mobilnya. Dia membopong Nayara berjalan hingga ke depan pintu rumah Nayara. Mendapati perlakuan seperti itu membuat Nayara menjadi tak karuan. Jantung hingga napasnya terasa tersengal-sengal.
"M-makasih Pak udah ngantar sampe rumah!" canggung Nayara dengan terbata-bata. Dia enggan untuk segera membuka pintunya. Dia takut jika Ibu dan Ayahnya masih belum tertidur dan mendapati dirinya diantar oleh seorang pria.
"Iya, masuk sana! Langsung obati luka kamu, besok kamu kan masih harus kerja!" ucap Kendrick yang tanpa sadar mengelus kepala Nayara.
Mata Nayara terbelalak. Napasnya pun terhenti seketika, saat tangan Kendrick menyentuh rambutnya. Entah kenapa Kendrick menjadi semakin begitu akrab dengannya. Seperti tak ada batas diantara keduanya.
"Saya pulang dulu!" pamitnya yang kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Nayara yang masih terbujur kaku dalam kejutnya.
"I-iya Pak..." Nayara masih tak percaya jika tangan bosnya itu bisa menyentuh kepalanya dengan seenaknya dan tak permisi.
***
Keesokan harinya.Seperti biasanya Nayara dipagi-pagi sekali sudah berada di rumah Kendrick untuk menyiapkan sarapan dan sedikit bebenah rumah yang terlihat agak berantakan. Usai memasak Nayara beralih ke pekerjaan menata ruang tengah dan juga ruang kerja Kendrick sesuatu permintaan bosnya.
Awalnya mengira jika pagi ini Kendrick akan sedikit longgar padanya karena kejadian tadi malam yang agak menyentuh hati Nayara. Namun, nyatanya tidak. Nayara tetap disuruh segala hal dengan harus melupakan jempol kakinya yang sedang terluka karena terlindas ban troli semalam.
Nayara masih di sibuk kan dengan menata ruang kerja Kendrick. Sedangkan Kendrick sendiri Tenga asyik makan sarapannya sambil memelototi layar ponselnya yang menayangkan sebuah cctv di dalam ruang kerja. Dia Tenga asyik menonton Nayara yang tengah sibuk sendiri.
Tanpa disadari ternyata Loli anjing milik Kendrick masuk ke dalam ruang kerja secara diam-diam tanpa diketahui Nayara yang masih sibuk menata buku-buku milik Kendrick.
"Gukkk.... Gukkk... Gukkk..." Loli menggonggong ke arah Nayara yang mengejutkan Nayara yang seketika terkejut dan membalikkan tubuhnya ke asal suara. Betapa terkejutnya dia melihat ada seekor anjing yang sangat menyeramkan baginya.
Nayara segera naik ke atas sofa dan sebisa mungkin mengusir anjing kecil itu dengan kain lap ditangannya dan juga kemoceng.
Mengetahui hal itu dari cctv-nya Kendrick segera menghampiri keduanya. Dia segera mengambil Loli dan menjauhkannya dari Nayara yang mulai bersin-bersin karena alergi oleh bulu Loli.
Kendrick menaruh Loli ke dalam kandangnya yang baru. Sudah dua hari ini Loli berdiam diri di dalam sebuah kandang. Biasanya dia selalu berkeliaran bebas di dalam rumah. Namun semenjak kedatangan Nayara, dengan sengaja Kendrick membelikan Loli kandang agar tak bisa lagi berkeliaran di dalam rumah selama Nayara berada dirumahnya.
"Maaf ya... Mulai sekarang kau tak bisa seenaknya berjalan-jalan di dalam! Aku tak mau dia ketakutan dan juga kambuh alerginya!" ujarnya pada anjing yang hanya bisa mendengarkannya saja.
Nayara duduk lesu di atas sofa. Dia menyandarkan punggungnya ke punggung sofa. Napasnya masih tersengal-sengal ketika bersinnya sudah mereda ketika Loli diambil alih oleh Kendrick.
"Kenapa bisa aku alergi sama anjing sih?" ujarnya yang bertanya pada dirinya sendiri. Dia merasa agak kesal sendiri ketika menyadari jika dirinya yang alergi anjing dan juga takut dengan seekor anjing bisa mengganggu pada pekerjaannya.
Merasa sudah selesai membereskan bagian ruang kerja Kendrick, Nayara kembali ke ruang tengah dia hendak menemui Kendrick dan mengajaknya untuk segera pergi kerja.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Kendrick yang berubah lagi menjadi tampak berbicara santai dengannya. Nayara segera membalikkan tubuhnya ke arah Kendrick yang berdiri dibelakangnya dengan mengenakan pakaian yang agak berbeda dari sebelumnya.Nayara mengerutkan keningnya, "Bapak ganti baju?" tanya Nayara."Iya, baju tadi kena kotorannya Loli!" jawabnya dengan mata yang menoleh ke sana kemari. Tangannya mencoba terus menerus merapikan pakaiannya.Nayara mengangguk."Sudah siang Pak, kita ke kantor sekarang?" ajak Nayara seraya menyelendangkan tasnya ke bahu.Kendrick menganggukkan kepalanya kemudian berjalan lebih dulu dari Nayara menuju pintu. Ketika dirinya membuka pintu ternyata Athaya sudah berada di luar rumah Kendrick dengan mengenakan pakaian yang berwarna senada dengan Nayara tanpa membuat janji terlebih dahulu."Pak Athaya?!" sapa Nayara yang agak sedikit terkejut akan keberadaan Athaya yang muncul tiba-tiba di depan halaman rumah Kendrick.
Di lorong rumah sakit Kendrick terlihat duduk menunduk dengan raut wajah yang khawatir. Dari arah lain Jennie yang seharusnya berada di kantor mendengar temannya dilarikan ke rumah sakit oleh Kendrick dia segera pergi meninggalkan pekerjaannya dan lebih memilih melihat keadaan Nayara."Pak! Nayara kenapa?" tanya Jennie dengan napas yang tersengal-sengal karena dia berlari dari parkiran mobil hingga kini hadir di depan Kendrick karena hatinya yang begitu khawatir terhadap Nayara.Kendrick mengangkat wajahnya. Dia berdiri membetulkan pakaiannya yang sempat berantakan."Saya belum tahu dia kenapa, dokter masih di dalam," terang Kendrick yang berusaha tak terlihat panik oleh Jennie. Dia baru pertama kali ini merasakan rasa kawatir dan panik yang begitu berlebihan. Sebelumnya tak pernah dan tak pernah sama sekali peduli akan kesusahan orang lain.Jennie menarik napas panjang sembari berdoa di dalam hatinya. Dia berharap jika temannya itu tak terluka atau
Nayara memutuskan untuk pulang saja dari pada harus menginap di rumah sakit. Dia tak mau jika nantinya dijadikan alasan oleh Kendrick untuk dirinya tidak masuk kerja. Dirinya yakin jika kondisi tubuhnya kini sudah membaik. Dan malah lebih baik dari sebelumnya.Sebagai gantinya, Kendrick membuat kesepakatan dengan Nayara. Nayara boleh pulang asalkan dirinya yang mengantarnya hingga rumah. Sebagai ganti rasa bersalahnya sebagai bos yang tak bisa menjaga anak buahnya."Pak, antar nya jangan ke rumah, kita ke kedai orang tua saya saja!" pinta Nayara dengan wajah yang malu-malu dan juga segan.Dia ingin menemui kedua orang tuanya yang sedari tadi sudah panik dan cemas karena diberitahu oleh Jennie akan kejadian di kantor tadi siang."Kedai?" bingung Kendrick."Iya tadi tuh orang tua aku pada panik soalnya dikabarin Jennie kalau aku sakit, aku pingsan.." terang Nayara menjelaskan secara perlahan dengan nada datar."Oh.. Okey!" setuju Kendrick dengan waj
Keesokan harinya Nayara kembali bekerja seperti biasanya. Namun kali ini dia pergi ke rumah Bosnya dengan membawa beberapa bekal kotak makanan yang sengaja dibuatkan oleh Ayahnya untuk Kendrick yang dikiranya sebagai teman sekantor Nayara.Sesampainya di depan pintu rumah ternyata Bayar sudah di sambut oleh Athaya yang sudah berdiri dengan sembari melipat kedua tangannya menatap Nayara dengan tatapan yang serius."Ke-kenapa Pak?" tanya Nayara yang seketika menjadi gugup dan membuat bibirnya menjadi kelu karena sorot mata Athaya padanya."Kau membawa makanan?" tanyanya dengan mata yang menunjuk ke arah kotak makanan yang tersusun lima kebawah dengan dibalut lagi oleh tas khusu makanan agar kehangatan makanan dan juga aroma makanan dapat terjaga dengan baik."I-iya!" jawab Nayara menganggukkan kepalanya yang ikut menoleh sebentar ke arah barang yang dibawanya."Untuk siapa?" tanyanya lagi.Bayar kebingungan menjawab. Dia tak mau membuat Athaya
Di Kantor.Nayara berjalan di belakang Kendrick yang baru saja tiba dengannya. Sepanjang jalan menuju ruang kerjanya, banyak sekali para staf karyawan yang memberikannya hormat dan sapaan selamat pagi walau pun sebenarnya ini sudah terlalu larut untuk dikatakan pagi. Karena jam sudah menunjukan waktu jam sepuluh lebih.“Nay, kamu habis dari mana aja sama Pak Kendrick?” tanya Asti teman satu divisinya yang kursinya tak terlalu jauh dari Nayara.Nayara tak menjawabnya dengan segera dia membutuhkan waktu untuk duduk di bangkunya sejenak.“Ah…” helanya dengan napas panjang.“Aku tidak dari mana-mana,”jawab Nayara seraya menghela napas lagi.Kendrick terduduk di kursi kerjanya dengan pandangan yang lurus ke depan. Bukan pandangannya yang terarah ke layar komputer. Matanya malah fokus ke arahluar di mana dudukn
Nayara masih ada di kantor menatap layar komputernya dengan jari tangan yang menari ke sana kemari di atas papan ketik.Dia sedang mengerjakan tugas yang tadi diperintahkan Kendrick pada dirinya. Itu bukakn semua kesalahan dirinya. Bukan dia maksud untuk menyangkalnya. Namun dia tahu betul file yang terakhir dia buat seperti apa mengenai laporan keuangan yang dia buat minggu lalu.Kendrick keluar dari ruangannya. Dia menemukan yang ada di ruangan itu hanya ada Nayara seorang saja. Padahal hari sudah mulai gelap namun Nayara masih berada di depan layar komputernya.“Kenapa kamu tidak pulang?” tanya Kendrick dengan nada yang datar namun dengan wajah yang menatap ke arah punggung Nayara yang menghadap meja kerjanya.“Saya masih harus menyelesaikan tugas yang Bapak perintahkan atas kesalahan yang saya buat!” katanya dengan nada bicara yang kurang enak didengar di telinga Ken
“Aku akan mengganti waktumu menemaniku di pesta dengan gaji satu bulan kerjamu bagaimana?” kata Kendrick yang akhirnya harus mengeluarkan penawaran yang mungkin tak bisa ditolak oleh Nayara saat ini.Nayara menoleh ke arah Kendrick yang masih memegangi tangannya. Pandangannya seolah kurang jelas mendengarkan dari penawaran dari Kendrick bosnya.Kendrick menganggukkan kepalanya."Kamu akan aku bayar sebanyak satu bulan gajimu bekerja di kantor jika kamu mau menemaniku malam ini di pesta pernikahan temanku!” kata Kedrick yang memperjelas maksudnya dengan raut wajah yang lebih meyakinkan lagi.Nayara mengulum bibirnya ke dalam untuk menahan senyumannya. Dia menjadi sangat bahagia.“Benarkah? Apa tidak akan berubah?”“Sudahlah, ayo pergi!” paksa Kendrick yang langsung menarik Nayara untuk segera keluar dari kantor dan mas
Cukup membutuhkan waktu satu jam saja untuk membuat riasan di wajah Nayara. Usai itu dirinya diantar ke luar ruangan untuk menemui Kendrick yang sedang menunggunya di depan. “Bagaimana Tuan?” tanya seorang pelayan yang sangat ahli di bidang tata rias. Kendrick menganggukan kepalanya dan juga mengacungkan jempolnya yang menandakan jika dirinya suka dengan apa yang menempel di tubuh Nayara saat ini. “Ayo kita segera pergi!” ajak Kendrick yang menengadahkan telapak tangannya untuk digenggam oleh Nayara agar dapat jalan bersama menuju mobil. Nayara mengernyitkan keningnya. Dia memandang ke arah Kendrick dengan tatapan heran. Ini bukan Kendrick yang biasanya. “Ayolah, kau harus berpura-pura menjadi kekasihku satu malam ini demi uang yang sebesar gaji satu bulanmu itu,” goda Kendrik yang membisiki di telinga Nayara. Aroma tubuh Nayara terhirup menelusuk