Share

Eps 5 : Takdir Harapan

Author: Enalus
last update Last Updated: 2024-06-19 20:38:28

Yuan menang.

Mata hijaunya nyalang menatap semua orang yang hadir di sana. Semua orang masih tak bisa berkata-kata dengan apa yang baru saja terjadi.

Gao memenggal kepalanya sendiri?

Ada apa ini?

Hanya Bunda Ketua yang masih bisa duduk dengan tenang di atas kursinya tanpa menunjukkan wajah bingung.

“Apa yang kau lakukan Hongli?”

“Apa?” Hongli tersadar dari keterkejutannya ketika ditanya oleh Bunda Ketua.

“Kau seharusnya ke arena mengesahkan anak itu sebagai pemenang pertarungan ini.”

“Aku … aku masih ragu untuk mendekati anak itu…”

“Jangan biarkan dia memperdaya pikiranmu. Maju ke sana dan ucapkan selamat padanya sebelum dia marah.”

Hongli beranjak menuju ke tengah arena. Sayangnya Yuan sudah lebih dulu meninggalkan tempat itu pergi ke ruangan tempat di mana dia pingsan sebelumnya. Mata penonton masih mengekor anak muda itu seraya merasakan aura bahaya dari tubuhnya perlahan menjauh.

Di dalam ruangan yang penuh dengan batu kristal hijau, Yuan duduk di atas batu yang paling besar dari semuanya. Ia melepaskan baju yang penuh tersimbah oleh darah. Bahunya nyeri akibat tusukan dari Gao tadi. Sesekali merintih kesakitan ketika digerakkan.

“Yuan, kau tidak apa-apa?” Kepala Fengyin muncul dari balik pintu dengan perasaan ragu. Dia masih agak takut untuk mendekati kekasihnya, tapi rasa khawatir berhasil membuatnya berinisiatif mengecek keadaan Yuan.

“...”

Pangeran itu masih bergeming menekan luka di bahu dengan bajunya. Perlahan Fengyin melangkah masuk ke dalam ruangan dengan langkah ringan hampir tanpa suara.

“Ini.”

“Apa itu?”

“Hongli berpesan kepadaku untuk menyerahkan tanaman obat ini padamu. Katanya tanaman ini mujarab untuk menyembuhkan luka dari tusukan Gao tadi.”

“Kenapa bukan dia sendiri yang menyerahkannya padaku?”

“Soal itu … setelah apa yang terjadi di arena tadi, banyak yang tidak mengerti. Aku pun juga sama. Bahkan setelah pertandingan selesai banyak yang masih takut untuk bertemu denganmu secara langsung.”

“Termasuk dirimu?”

“Aku lebih merasa khawatir padamu daripada takut.”

Yuan mengambil tanaman obat dari tangan Fengyin, “argh! Rasanya perih sekali.”

Fengyin merobek sedikit ujung gaunnya sebagai perban untuk diikatkan ke bahu Yuan. Dalam sekejap luka itu berhenti mengeluarkan darah tertutup rapi dengan balutan kain dari sang kekasih.

“Terima kasih,” cetus Yuan memalingkan wajah menyembunyikan ekspresinya.

“Jangan sungkan, luka sekecil ini jauh lebih baik dibandingkan kehilangan nyawa. Aku benar-benar tidak siap jika sampai harus kehilanganmu dalam pertandingan tadi.”

“Aku tidak punya pilihan.”

“Aku tahu….”

Ada perasaan hangat yang muncul di tengah ketegangan atas apa yang telah terjadi pada mereka berdua. Dari kemarin mereka berlari dari maut yang coba mengejar, kali ini mereka bisa bernapas lega.

Tok! Tok! Tok!

“Yuan, Fengyin, kalian diminta untuk menghadap Bunda Ketua sekarang.”

Keduanya bertatapan untuk sesaat, “baik, kami akan ke sana sebentar lagi,” tukas Fengyin.

Lima menit kemudian mereka sudah berada di depan ruangan tempat singgasana Bunda Ketua berada. Suara Hongli menggelegar sampai keluar ruangan.

“Bukankah pertandingan tadi sudah menjelaskan semuanya? Kenapa Bunda masih memiliki keraguan terhadapnya?”

Bunda Ketua termenung di atas singgasana berpikir keras, “Sejujurnya aku hendak mempercayai anak itu sebagaimana kau percaya sama dia, tapi entah kenapa firasatku berkata lain.”

“Kenapa begitu?”

“Anak ini berbahaya, Hongli. Masa depannya berkabut, aku tidak bisa memprediksinya. Kekuatan anak ini … entah kenapa aku merasa familiar. Aku yakin aku pernah mendengarnya disuatu tempat. Jika kita tidak bisa mengendalikannya, dia akan menjadi bencana bagi kita.”

“Kalau begitu bimbing dia. Kita bantu dia menjadi dirinya yang seharusnya, seorang penyelamat.”

“Kau membutuhkan kekuatan untuk mengendalikan kekuatan. Apakah kau punya? Jika tidak, anak ini bisa menjadi pisau bermata dua.”

Suara gemuruh dari hadirin yang ada di dalam ruangan tiba-tiba muncul dari arah belakang. Banyak yang menghardik Yuan dan Fengyin ketika mereka masuk untuk menghadap Bunda Ketua.

“Dasar monster, tega sekali kau membunuh Gao!”

“Dia adalah orang terhormat, bisa-bisanya kau membunuh dia!”

“Tidak punya hati, manusia permukaan semuanya memang kejam.”

Itulah cibiran yang Yuan terima selama dalam perjalanan.

Tak bisa dipungkiri, hati bocah itu kembali terbakar mendengar semua kalimat pedas yang masuk ke telinganya. Makin lama makin ramai suara yang mengolok-ngolok dia.

Tiba-tiba Yuan berhenti.

Suara kerumunan langsung senyap kembali merasakan aura berbahaya dari bocah itu. Intimidasi dari kehadirannya benar-benar menekan.

Secara perlahan, pangeran yang tersulut amarah itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Mata hijaunya tajam sekali seperti hendak membunuh. Hongli segera sadar apa yang terjadi, dengan cepat dia berjalan menerobos kerumunan berusaha mencegah apa yang bisa dicegah sebelum terlambat.

Beruntung ada Fengyin, dia adalah Satu-satunya orang yang berani menatap mata monster itu. Gadis itu menggelengkan kepala dengan lembut sebelum Yuan hendak berbuat sesuatu yang salah. Berkat itu, Yuan yang sudah tersulut amarahnya ini bisa mengontrol diri dengan bantuan emosional dari pacarnya. 

Hongli mengelus dada. Yuan berhenti mengeluarkan aura berbahayanya. Sembari membantu membukakan jalan, mereka bertiga menghadap Bunda Ketua.

“Yuan Qiancheng, aku ucapkan selamat atas kemenanganmu dalam duel tadi.” Bunda Ketua berkata dari singgasananya.

“Berjanjilah untuk menepati janjimu,” cetus Yuan.

“Tentu saja. Dengan ini kau dan pasanganmu kami terima dalam kelompok kami. Selamat datang di suku Ner’iatu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Pengumuman!

    Untuk beberapa hari ke depan cerita ini akan berhenti update untuk sementara dikarenakan akan ada perbaikan alur cerita.Begitu semuanya sudah diperbaiki, ceritanya akan kembali berlanjut.Pantengin terus ya :D

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 54 : Manusia Bom

    Malam hari yang gelap, memancarkan hawa dingin dari rembulan biru tertutup setengah paras oleh awan. Distrik Qingchong menjadi sunyi dan sepi tanpa ada tanda-tanda kehidupan sosial. Yuan dan kawan-kawan menyelinap dari satu tempat ke tempat lain dalam bayangan kegelapan. Mereka bertujuh berusaha berkamuflase sebisa mungkin agar tak ketahuan oleh siapapun, terutama oleh mereka para prajurit yang sedang berpatroli.“Kalian mencium sesuatu?” Tanya Tangfei pada yang lain.“Iya, ini bau bensin. Pastinya bukan cuma aku yang mencium ini dari tadi di sepanjang jalan.” Jelas Hongli.“Hati-hati saja jangan sampai ketahuan oleh para pasukan yang sedang berjaga,” kata Yuan.Mereka melanjutkan merayap menyusuri kegelapan di belakang bangunan distrik Qingchong. Makin lama bau bensin kian menyengat, namun hidup mereka semua perlahan bisa beradaptasi. Bau bensin ini sudah tidak mengganggu bagi hidung mereka lagi.Dalam jarak seratus meter lebih, balai kota tempat di mana anak dan istri milik Xueyi d

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 53 : Sambutan Untuk Kaisar Wuyan

    Pada keesokan harinya, sebuah rombongan prajurit Wuyan berjajar rapi di jalanan berbatu yang menuju ke Bing Qing. Matahari pagi memancarkan cahaya keemasan, menyinari kereta yang diangkut oleh dua kuda hitam berkilat. Kereta itu terlihat megah dengan ukiran-ukiran rumit pada kayunya dan hiasan bendera kebesaran Wuyan yang berkibar anggun di sepanjang jalan. Semua prajurit, mengenakan armor logam berwarna hijau yang mengkilap, meningkatkan kewaspadaan di atas kuda mereka, berbaris dengan disiplin menuju kerajaan dagang internasional. Ternyata, rumor mengenai Kaisar Wuyan hendak berkunjung ke Bing Qing bukanlah isapan jempol belaka. Kereta yang diangkut oleh dua kuda berwarna hitam pekat itu bergerak dengan tenang, roda kereta yang terbuat dari kayu kokoh berderak lembut di atas jalan yang ditutupi lapisan debu halus. Di dalam kereta, sosok yang sangat penting sedang berada, menambah aura misterius pada perjalanan tersebut.Yuan dan kawan-kawan sedang bersembunyi di dalam hutan jauh d

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 52 : Tawaran Berdarah Jenderal Zhao

    Yuan coba membaca surat yang ada di tangan pamannya. Bunyinya:“Jika kau mau anak dan istrimu selamat, temui kami di balai kota distrik Qingchong. Bawa tiga orang terbaik bersamamu. Kami akan menyambut kalian.Tertanda: Xu Yanzhi.”Semua orang sepakat siapa yang harus pergi ke tempat itu malam ini. Xueyi, Yuan dan Hongli.Ketiganya tanpa pikir panjang berlari menuju tempat yang dijanjikan dalam gelap malam. Sementara Tangfei dan yang lainnya mengawasi dari kejauhan.Begitu tiba, empat prajurit sudah menunggu di pintu masuk.. Xueyi langsung disambut oleh Xu Yanzhi.“Selamat datang, wahai samurai dan kawan-kawan. Akhirnya kau datang.”“Dimana anak dan istriku?”Pria berpakaian emas itu menggeser diri dari pintu, memperlihatkan pemandangan mengerikan di dalam ruangan Lian dan dua anaknya sedang diikat pada sebuah tiang. Mulut mereka disumpal dengan kain yang membuat mereka tak bisa berbicara.Teriakan mereka tak terdengar, tapi ekspresi mereka menunjukkan ketakutan.Xueyi mengerang pelan

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 51 : Emas dan Rahasia

    Yuan bergerak dengan hati-hati, matanya meneliti setiap sudut lemari di ruangan. Dia hampir saja mengambil lencana terakhir ketika sebuah bayangan di cermin menarik perhatiannya. Sosok Guozhi, tampak jelas berdiri di tengah pesta bersama beberapa rekannya.“Guozhi!” bisik Yuan, matanya membesar. “Lihat, itu Guozhi!”Dia memberi isyarat pada Hongli, yang tengah tenggelam dalam kegembiraan pesta, dikelilingi oleh tiga wanita cantik dengan minuman di tangan. Hongli tampak tersenyum kikuk, pikirannya melayang jauh dari situasi sekitar.“Sial, pria ini terlalu mabuk untuk sadar!” pikir Yuan, cemas.Guozhi, yang sedang mengambil minuman, mengamati pria besar di sofa dengan tatapan tajam. “Rasanya aku kenal kau….”Hongli tersenyum lebar, masih setengah teler. “Ah, aku dikenal banyak orang. Menjadi selebriti sepertiku memang melelahkan, hahaha!”Guozhi tertawa ringan, “Hahaha, aku paham rasanya. Aku juga sering merasa tak nyaman dikenali di sini.”Yuan mengamati dari jauh dengan penuh kekhawa

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 50 : Pencurian di Kota yang Hancur

    Yuan memperhatikan pamannya berdiri di depan pintu dalam keadaan yang tak bisa ditebak. Mukanya nyaris tak berekspresi sama sekali, namun senar yang keluar dari tubuhnya menggeliat penuh kemarahan. Penuh dendam. Penuh ambisi. Dan setitik rasa sedih. Hanya Yuan dengan mata ajaibnya yang bisa melihat apa yang dirasakan oleh Xueyi.“Kau tidak apa-apa, Paman?” Yuan bertanya sambil menepuk pundaknya dari belakang.“Yeah, aku baik-baik saja,” jawab Xueyi dengan senyum terpaksa yang sulit disembunyikan.“Berapa banyak sisa uang yang kau punya sekarang?”“Tidak banyak. Mungkin hanya cukup untuk satu atau dua hari ke depan.”“Baiklah, karena kita nampaknya tak ada lagi yang bisa dilakukan di Bing Qing, ada yang mau pergi ke Wuyan?”“Apa yang akan kita lakukan di sana?” tanya Hongli,“Banyak hal. Kita bisa mengecek bagaimana perkembangan situasi di sana. Dan juga, merampas beberapa koin emas dari prajurit di sana.”Xueyi nampak setuju dengan rencana itu. Tangfei, Zhenwu, Dwei, dan Xiao juga ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status