Yuan menang.
Mata hijaunya nyalang menatap semua orang yang hadir di sana. Semua orang masih tak bisa berkata-kata dengan apa yang baru saja terjadi.
Gao memenggal kepalanya sendiri?
Ada apa ini?
Hanya Bunda Ketua yang masih bisa duduk dengan tenang di atas kursinya tanpa menunjukkan wajah bingung.
“Apa yang kau lakukan Hongli?”
“Apa?” Hongli tersadar dari keterkejutannya ketika ditanya oleh Bunda Ketua.
“Kau seharusnya ke arena mengesahkan anak itu sebagai pemenang pertarungan ini.”
“Aku … aku masih ragu untuk mendekati anak itu…”
“Jangan biarkan dia memperdaya pikiranmu. Maju ke sana dan ucapkan selamat padanya sebelum dia marah.”
Hongli beranjak menuju ke tengah arena. Sayangnya Yuan sudah lebih dulu meninggalkan tempat itu pergi ke ruangan tempat di mana dia pingsan sebelumnya. Mata penonton masih mengekor anak muda itu seraya merasakan aura bahaya dari tubuhnya perlahan menjauh.
Di dalam ruangan yang penuh dengan batu kristal hijau, Yuan duduk di atas batu yang paling besar dari semuanya. Ia melepaskan baju yang penuh tersimbah oleh darah. Bahunya nyeri akibat tusukan dari Gao tadi. Sesekali merintih kesakitan ketika digerakkan.
“Yuan, kau tidak apa-apa?” Kepala Fengyin muncul dari balik pintu dengan perasaan ragu. Dia masih agak takut untuk mendekati kekasihnya, tapi rasa khawatir berhasil membuatnya berinisiatif mengecek keadaan Yuan.
“...”
Pangeran itu masih bergeming menekan luka di bahu dengan bajunya. Perlahan Fengyin melangkah masuk ke dalam ruangan dengan langkah ringan hampir tanpa suara.
“Ini.”
“Apa itu?”
“Hongli berpesan kepadaku untuk menyerahkan tanaman obat ini padamu. Katanya tanaman ini mujarab untuk menyembuhkan luka dari tusukan Gao tadi.”
“Kenapa bukan dia sendiri yang menyerahkannya padaku?”
“Soal itu … setelah apa yang terjadi di arena tadi, banyak yang tidak mengerti. Aku pun juga sama. Bahkan setelah pertandingan selesai banyak yang masih takut untuk bertemu denganmu secara langsung.”
“Termasuk dirimu?”
“Aku lebih merasa khawatir padamu daripada takut.”
Yuan mengambil tanaman obat dari tangan Fengyin, “argh! Rasanya perih sekali.”
Fengyin merobek sedikit ujung gaunnya sebagai perban untuk diikatkan ke bahu Yuan. Dalam sekejap luka itu berhenti mengeluarkan darah tertutup rapi dengan balutan kain dari sang kekasih.
“Terima kasih,” cetus Yuan memalingkan wajah menyembunyikan ekspresinya.
“Jangan sungkan, luka sekecil ini jauh lebih baik dibandingkan kehilangan nyawa. Aku benar-benar tidak siap jika sampai harus kehilanganmu dalam pertandingan tadi.”
“Aku tidak punya pilihan.”
“Aku tahu….”
Ada perasaan hangat yang muncul di tengah ketegangan atas apa yang telah terjadi pada mereka berdua. Dari kemarin mereka berlari dari maut yang coba mengejar, kali ini mereka bisa bernapas lega.
Tok! Tok! Tok!
“Yuan, Fengyin, kalian diminta untuk menghadap Bunda Ketua sekarang.”
Keduanya bertatapan untuk sesaat, “baik, kami akan ke sana sebentar lagi,” tukas Fengyin.
Lima menit kemudian mereka sudah berada di depan ruangan tempat singgasana Bunda Ketua berada. Suara Hongli menggelegar sampai keluar ruangan.
“Bukankah pertandingan tadi sudah menjelaskan semuanya? Kenapa Bunda masih memiliki keraguan terhadapnya?”
Bunda Ketua termenung di atas singgasana berpikir keras, “Sejujurnya aku hendak mempercayai anak itu sebagaimana kau percaya sama dia, tapi entah kenapa firasatku berkata lain.”
“Kenapa begitu?”
“Anak ini berbahaya, Hongli. Masa depannya berkabut, aku tidak bisa memprediksinya. Kekuatan anak ini … entah kenapa aku merasa familiar. Aku yakin aku pernah mendengarnya disuatu tempat. Jika kita tidak bisa mengendalikannya, dia akan menjadi bencana bagi kita.”
“Kalau begitu bimbing dia. Kita bantu dia menjadi dirinya yang seharusnya, seorang penyelamat.”
“Kau membutuhkan kekuatan untuk mengendalikan kekuatan. Apakah kau punya? Jika tidak, anak ini bisa menjadi pisau bermata dua.”
Suara gemuruh dari hadirin yang ada di dalam ruangan tiba-tiba muncul dari arah belakang. Banyak yang menghardik Yuan dan Fengyin ketika mereka masuk untuk menghadap Bunda Ketua.
“Dasar monster, tega sekali kau membunuh Gao!”
“Dia adalah orang terhormat, bisa-bisanya kau membunuh dia!”
“Tidak punya hati, manusia permukaan semuanya memang kejam.”
Itulah cibiran yang Yuan terima selama dalam perjalanan.
Tak bisa dipungkiri, hati bocah itu kembali terbakar mendengar semua kalimat pedas yang masuk ke telinganya. Makin lama makin ramai suara yang mengolok-ngolok dia.
Tiba-tiba Yuan berhenti.
Suara kerumunan langsung senyap kembali merasakan aura berbahaya dari bocah itu. Intimidasi dari kehadirannya benar-benar menekan.
Secara perlahan, pangeran yang tersulut amarah itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Mata hijaunya tajam sekali seperti hendak membunuh. Hongli segera sadar apa yang terjadi, dengan cepat dia berjalan menerobos kerumunan berusaha mencegah apa yang bisa dicegah sebelum terlambat.
Beruntung ada Fengyin, dia adalah Satu-satunya orang yang berani menatap mata monster itu. Gadis itu menggelengkan kepala dengan lembut sebelum Yuan hendak berbuat sesuatu yang salah. Berkat itu, Yuan yang sudah tersulut amarahnya ini bisa mengontrol diri dengan bantuan emosional dari pacarnya.
Hongli mengelus dada. Yuan berhenti mengeluarkan aura berbahayanya. Sembari membantu membukakan jalan, mereka bertiga menghadap Bunda Ketua.
“Yuan Qiancheng, aku ucapkan selamat atas kemenanganmu dalam duel tadi.” Bunda Ketua berkata dari singgasananya.
“Berjanjilah untuk menepati janjimu,” cetus Yuan.
“Tentu saja. Dengan ini kau dan pasanganmu kami terima dalam kelompok kami. Selamat datang di suku Ner’iatu.”
“Tadinya aku pikir mereka akan menyajikan tubuh Gao untuk makan malam,” umpat Yuan pada kekasihnya, “aku tidak menyangka akan ada pemakaman di tempat seperti ini.”Hongli menilik jenaka pada bocah itu, “kau masih mengira kami ini kanibal rupanya?”“Memangnya kalian bukan?”“Tentu saja bukan. Jangankan makan daging, selama hidup di dalam tanah hanya sayuran dan jamur yang bisa kami konsumsi sehari-hari. Sesekali kami muak makan itu-itu saja, karena itu terkadang ada sebagian dari kami keluar ke permukaan untuk mencari ayam atau burung yang tersesat di hutan. Tapi biasanya banyak yang tak kembali setelah pergi keluar.”“Kenapa?”“Tentu saja karena dibunuh oleh orang-orang permukaan atas perintah sang raja. Dan karena itu kami sangat benci kepada ayahmu.”“...”Proses pemakaman Gao tak lama kemudian selesai. Makamnya berada tepat di depan air terjun bawah tanah. Air terjun bak kristal menderu dari atas mengalir kian mendalam ke bawah bumi. Udara agak lembab karena cipratan dari embun beni
Dalam acara makan itu ada tanggungjawab yang secara tak langsung diserahkan Hongli kepada Yuan. Tapi anehnya, sang pangeran malah sempat tersenyum licik mendengar semua perkataan Hongli barusan. Fengyin memperhatikan belahan jiwanya dengan seksama mengartikan semua makna yang tersirat dalam gerak-gerik milik Yuan, berusaha memahami apa yang sedang dipikirkannya.“Nah, sekarang karena kau telah resmi menjadi bagian dari kami, kau harus belajar bagaimana cara hidup dengan gaya Ner’iatu.” Hongli menjelaskan dengan piring yang sudah kosong di tangan, “pertama, mengenai gaya bertarung dan bertahan hidup, aku akan mengajarimu cara bertarung seperti yang dilakukan Gao saat melawanmu tadi. Tapi pertama, kau harus punya pisau hitam dulu.”“Di mana aku bisa mendapatkan pisau itu?”Hongli menggeleng, “kau tidak akan mendapatkannya. Kau harus membuatnya.”“Aku belum pernah menempa satu besi pun dalam hidupku.”“Tenang saja, Doanghai adalah salah satu pandai besi terbaik di sini. Dia bisa mengajar
Dalam ledakan yang mengguncang seluruh ruangan, sebuah belati tanpa gagang yang belum terbentuk sempurna terlempar ke udara menancap tepat di depan kaki Yuan. Belati itu berwarna hijau terang bersinar dalam kegelapan. Warna hitam dan corak-corak hijau yang berkesinambungan menjadi hiasan tersendiri memberikan keunikan pada pisau itu.“Kau seharusnya tidak mencampurkan batu hijau dengan Kraiman.” Hongli dan Doanghai kelabakan membenahi bekas ledakan dari tungku api.“Kenapa tidak?” Tanya Yuan sembari menggamit belati itu dari lantai.“Batu hijau itu kami menyebutnya Gogonit, sangat tidak cocok untuk dijadikan peralatan. Dengan mencampurkan Gogonit dan Kraiman, pisau itu tidak sekeras pisau yang biasa kami gunakan. Tidakkah kau lihat dia juga menjadi lebih lentur dari pisauku ini?”Bocah itu mengecek kekerasan pisaunya. Memang benar sedikit lebih lembut dari pisau milik Hongli. Tapi, begitu dalam genggaman Yuan, pisau itu bergetar mengeluarkan suara dengung ringan. Dia coba tebas ke kiri
Suasana dingin yang menegangkan menyelimuti dua individu yang duduk berhadapan di ruang sempit berdinding batu. Obor di sudut ruangan berderak menari-nari dalam bayangan, menciptakan kesan tidak nyaman bagi mata. Hanya mereka berdua yang ada di sini—Bunda Ketua dan Yuan—dan ketegangan antara keduanya hampir bisa dirasakan.Bunda Ketua memeriksa pedang hijau milik Yuan dengan sentuhan yang penuh penilaian. Pisau itu bergetar seolah ingin kembali ke tangan pemiliknya.“Pisau ini benar-benar unik,” ujarnya dengan nada dingin.“Pisau itu milikku.”“Tidak, Yuan. Kau tahu tradisi kami. Setiap orang harus membuat pisau mereka sendiri, bukannya memaksa orang lain melakukannya untukmu. Apakah ini caramu menghargai kami?”“Aku tidak memaksa Doanghai untuk membuatkan pisauku.”“Kau pikir aku tidak sadar dengan apa yang kau lakukan padanya? Hanya karena aku buta, bukan berarti aku tidak bisa melihat seutuhnya.”Yuan hanya diam, tidak memberi jawaban.“Kami menyelamatkanmu dari kerajaan yang mengin
Fengyin, Hongli, dan Doanghai berlari kembali ke dalam Tanur, napas mereka terengah-engah dan ekspresi mereka menunjukkan kepanikan yang jelas. Sesampainya di dalam, mereka mendapati ruangan itu kosong melompong. Hanya ada mesin tempa yang rusak di sana.“Yuan! Apa kau di sini?” teriak Fengyin, suaranya bergetar penuh kecemasan.Hening. Tak ada jawaban sama sekali.“Dia sepertinya tidak ada di sini. Doanghai, kita berdua telah berada di sini sepanjang waktu memperbaiki mesin itu. Aku rasa aku pasti akan tahu jika dia datang menyelinap di belakangku.” “Ya, aura kehadiran anak itu sangat kuat. Mustahil dia bisa keluar masuk tempat ini tanpa kami lihat,” jawab Doanghai, napasnya masih berat dari usaha mengejar.“Kalau begitu, di mana dia sekarang?”“Fengyin? Kemana kau pergi?” seru Hongli, tampak panik, berusaha mengejar langkah cepat gadis itu yang tiba-tiba menghilang.Tenaga anak muda memang tidak bisa ditandingi oleh orang dewasa yang mencoba mengejarnya. Fengyin melesat melewati sem
“Apa yang kalian berdua lakukan di perbatasan malam-malam begini? Pestanya ada di sebelah sana,” kata salah satu prajurit dengan nada menegaskan, tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan.Yuan dan Fengyin berdiri membeku, terjebak dalam situasi yang berbahaya. Setiap langkah yang salah bisa berarti kematian bagi mereka.“Tunggu sebentar, apakah kalian warga Wuyan?”“Iya, benar!” jawab Fengyin tanpa berpikir panjang.“Tapi, pakaian kalian? Jorok sekali. Kenapa terlihat begitu compang-camping?”“Ma-maaf, kami adalah anak yatim yang hidup di jalanan. Hanya ini pakaian yang bisa kami kenakan saat ini,” Fengyin menjelaskan dengan suara bergetar.“Bohong! Kami baru saja membebaskan kerajaan ini dari para pengkhianat. Tak mungkin gelandangan dari Wuyan bisa sampai sini. Kalian pasti warga kerajaan Qingce yang selamat dari penyerangan!”“Cepat tangkap mereka berdua!”Tanpa pilihan lain, Yuan melepaskan aura gelap yang mengancam dari tubuhnya. Kedua prajurit itu terdiam, tampak ketakutan dan tida
Yuan, Fengyin, dan seorang wanita asing dari Ner’iatu terpojok di tengah hutan yang gelap. Tanpa senjata atau bantuan, mereka berdiri di hadapan sekelompok prajurit yang mengancam. Tubuh mereka semua gemetar ketakutan, hanya Yuan yang berpikir keras untuk melawan.“Kalian punya dua pilihan,” kata prajurit berbadan paling besar dengan suara mengancam, “ikut kami dengan sukarela atau dengan paksa.”“Fengyin, bersiaplah,” kata Yuan, matanya bersinar tajam. “Kita hanya bisa melawan sampai titik darah penghabisan.”Brak!Sebuah pisau hitam dari Ner’iatu menyusup ke zirah prajurit berbadan besar itu dari belakang.“Argh!” Pria itu terhuyung dan jatuh ke depan, tak bisa bergerak.“Hongli! Doanghai!” seru Fengyin penuh syukur.Menyaksikan kematian temannya dalam sekejap, dua prajurit lainnya segera berbalik menyerang Hongli dan Doanghai. Suara logam bertemu logam menggema nyaring di malam yang tenang.Pisau hitam itu dengan mudah menembus perisai prajurit Wuyan. Baju zirah yang terbuat dari b
“Apa?” Fengyin dan Yuan menganga tak percaya dengan apa yang baru saja diungkapkan Hongli.“Kami baru saja diterima di sini. Aku sampai harus membunuh Gao di dalam duel, apa itu tidak ada artinya?” Yuan komplain merasa tak dihargai sama sekali.“Bunda Ketua menganggap kalian, terutama kau Yuan, adalah pembawa masalah bagi Ner’iatu.”“Tapi bukankah kau sendiri bilang kalau aku ini orang yang diramalkan? Bagaimana jika itu benar tapi aku malah meninggalkan kalian?”“Aku tadi sempat menyinggung soal itu. Tapi melihat dari apa yang telah terjadi selama satu hari ini, dia mulai ragu apakah kau orang yang memang ditakdirkan menjadi Saniyala atau bukan.”“Bagaimana denganmu, apakah kau percaya?”“Dengan segenap jiwa ragaku, aku percaya kalau kau adalah seorang utusan yang diramalkan.”“Kalau begitu, apakah tidak ada cara lain untuk meyakinkan Bunda Ketua?”“Aku sempat membuat kesepakatan dengannya.”“Kesepakatan?”“Satu minggu, dia memberimu waktu satu minggu untuk bisa membuktikan kalau kau