Jalan raya di Kyoto begitu lengang, jarang kendaraan bermotor yang berada di jalan. Sebagian besar masyarakat di Jepang lebih memilih bepergian dengan bus atau kereta api dan terkadang bersepeda atau berjalan kaki.
Leeray pun terkesan dengan kebiasaan orang Jepang yang ramah lingkungan itu, betapa berbeda dengan di Indonesia yang jalan rayanya terutama di Jakarta berjubel kendaraan bermotor berbagai merk. Tingkat polusinya sudah sangat parah.
"Paman Leeray, liburan di Jepang sampai kapan?" tanya Kenzo penasaran sembari menyetir dengan hati-hati.
"Lusa kami pulang ke Perth, besok kami akan pindah ke Tokyo sehari saja sebelum pulang. Kamu apa tidak masuk kerja, Kenzo?" balas Leeray sambil menatap pemuda itu dari samping.
Kenzo memiliki penampilan yang menarik, matanya memang khas orang Jepang yang sipit, hidungnya mancung lurus, bibirnya penuh berwarna merah delima, wajahnya sedikit tirus dengan tulang pipi tinggi, dan potongan rambutnya agak panjang model layer membingkai wajah tampannya yang agak kekanak-kanakan cenderung imut-imut mirip adik bungsu Leeray yang bernama James.
Seingatnya, James banyak digilai kaum hawa. Tentunya pemuda di sebelahnya ini pun demikian melihat wajahnya yang setipe dengan James. 'Apa Kenzo seorang playboy?' batin Leeray menebak-nebak. Namun, bila Kenzo seorang playboy, attitude pemuda ini sangat halus dan sopan. Caranya memperlakukan Midori ketika mereka berdekatan juga begitu gentleman. Dia tidak yakin.
"Besok saya juga harus kembali ke Tokyo, kantor pusat perusahaan memang berada di Tokyo sama seperti rumah keluarga saya. Apa butuh transportasi ke Tokyo, Paman?" ujar Kenzo.
"Aku tak enak hati merepotkanmu terus, Kenzo. Kurasa kami akan naik shinkansen saja ke Tokyo. Istriku dan anak-anak memang ingin mencoba naik kereta api listrik," jawab Leeray sembari tertawa kecil.
"Oohh baiklah. Berarti Paman harus mengambil jalur Tokaido Shinkansen bila ingin ke Tokyo. Saya akan menjemput kalian di stasiun kereta di Tokyo," ujar Kenzo dengan pede-nya.
Leeray pun tertawa berderai lalu berkata, "Kenzo ... aku tahu kau menyukai puteriku, Midori. Tapi dengarkan saranku, aku pun pernah melakukan kesalahan ketika masih muda. Jangan ikuti hawa napsu sesaat, mungkin rasanya begitu indah, sesudahnya yang bikin pusing. Hahaha."
"Aahh Paman, saya mana berani berbuat kurang ajar yang melewati batas. Tradisiku keras, Paman. Sebetulnya saya sudah berpikir tentang hubungan dengan Midori bila diteruskan akan seperti apa. Jujur, saya menyukai Midori, tetapi puteri Paman Leeray itu ternyata masih belum memiliki perasaan khusus padaku. Oya, Paman ... apa saya boleh mengajak Midori dan Poseidon jalan-jalan nanti malam?" tutur Kenzo panjang lebar berusaha meminta izin pada Leeray untuk kencannya nanti malam bersama Midori.
"Boleh saja, Kenzo. Jaga Midori baik-baik ya, jangan lakukan sesuatu yang melanggar norma sosial," jawab Leeray memperingatkan Kenzo secara halus.
Dia memang menyukai Kenzo, hanya dia yakin perbedaan tradisi suku bangsa dan budaya itu akan jadi penghalang kedua anak muda itu nantinya.
Mereka pun akhirnya sampai di dealer mobil perusahaan keluarga Kenzo, Seiko Subarashi.
Para pegawai dealer segera berjejer di sepanjang pintu masuk dealer tersebut untuk menyambut kedatangan Tuan Muda Watanabe dan tamu spesialnya.
Kenzo pun memanggil branch manager dealer Kyoto untuk menunjukkan semua tipe mobil yang ada di dealer tersebut kepada Leeray.
Di dalam hatinya, Leeray begitu terkesan dengan penyambutan para pegawai dealer itu. Dia diperlihatkan berbagai jenis kendaraan listrik produksi pabrikan perusahaan itu sembari diterangkan spesifikasi fitur interior dan eksterior mobil satu per satu. Karyawan Kenzo sangat ramah dan simpatik melayani Leeray.
Setelah itu Leeray mencoba untuk test drive jenis mobil yang rencananya akan dia pesan sebagai angkutan publik di mal dan hotelnya di Perth.
Sebenarnya tarikan mobil listrik itu mirip dengan mobil bahan bakar bensin dan cenderung lebih halus akselerasinya. Model bodi mobilnya juga kokoh sehingga getaran yang nyaris tidak terasa sekalipun melewati jalan yang bergelombang. Secara perbandingan ekonomis bahan bakarnya pun tentu jatuhnya lebih efisien karena mobil listrik diisi ulang baterenya dengan aliran listrik sama seperti ponsel.
Menurutnya, jenis mobil listrik buatan perusahaan Kenzo bagus. Mungkin belum terkenal saja di luar Jepang.
"Kenzo, aku akan memesan 20 unit mobil dengan beberapa tipe varian ...," ujar Leeray sembari menjelaskan detail jenis dan tipe mobil yang dia inginkan.
"Bagaimana dengan sistem pembayarannya, Kenzo?" tanya Leeray setelah melengkapi formulir data pemesanan.
"Sesuai standar pemesanan, 20% dibayarkan sebagai DP, Paman. 80% saat unit mobil diterima. Apa Paman tidak keberatan?" balas Kenzo.
Leeray pun menganggukkan kepalanya. "Baik, aku akan bayar dengan debit mastercard-ku sekarang." Dia pun menyerahkan kartu debit mastercard platinum miliknya kepada Kenzo.
Pemuda itu pun meminta branch manager dealer mengambil mesin edc untuk memproses transaksi. Dia sendiri yang akan menginput jumlah pembayarannya agar tidak salah.
Setelah transaksi jual beli mobil listrik itu selesai. Mereka pun kembali ke mobil Kenzo untuk menyusul Midori dan keluarganya.
"Paman, apa ingin melihat pertunjukan geisha di Kyoto? Sebenarnya di Kyoto sebutan khasnya geiko dan maiko sesuai status senioritasnya, nanti mereka akan menampilkan berbagai bakat kesenian asli Jepang, seperti tarian tradisional, menyanyi sambil bermain musik tradisonal Jepang, upacara membuat teh hijau, kesenian merangkai bunga, dan lain-lain." Kenzo menuturkan mengenai pertunjukan geisha di Kyoto sembari menyetir mobilnya.
Sopir pribadinya melaporkan posisi Midori dan keluarganya berada di Gion. Daerah itu adalah pusat budaya tempat dimana geiko dan maiko banyak tinggal dan bekerja menghibur tamu.
Sembari menyetir Kenzo bercerita pada Leeray bahwa sebetulnya ada 3 macam cara menikmati hiburan dari pertunjukan geisha di distrik Gion, Kyoto.
Tamu bisa melihat pertunjukan geiko dan maiko di Gion Corner yang tempatnya lebih umum dan harga tiketnya lebih terjangkau, bila ingin lebih privat maka pilihan selanjutnya yaitu Gion Hatanaka. Pilihan pertunjukan geisha ini lebih eksklusif di penginapan, tamu bisa minum sake yang dituangkan langsung oleh geisha serta berswafoto bersama geisha setelah pertunjukan kesenian.
Pilihan ketiga yang lebih privat dan tentunya lebih mahal sekitar 150-300 US$ per tamu yaitu Ochaya Asobi. Jadi para tamu akan dihibur dengan permainan dan pertunjukan seni bersama geiko dan maiko di rumah teh, mereka dapat mengobrol langsung dengan geisha sambil menikmati makanan khas Jepang.
"Ahh Kenzo, aku ingin mencoba pilihan Ochaya Asobi. Apa kau bisa memesankan tempat untuk 4 orang anggota keluargaku?" ujar Leeray setelah mendengar penjelasan Kenzo mengenai pertunjukan geisha di Kyoto.
"Tentu bisa, Paman Leeray. Itu hal yang mudah bagiku." Kenzo pun mengaktifkan speaker bluetooth ponsel di dashboard mobilnya, dia meminta Yoshida-san untuk memesankan tempat untuk keluarga Leeray dan dirinya menikmati pertunjukan geisha dengan cara Ochaya Asobi.
Kenzo mengemudikan mobilnya menuju ke Kirei Ochaya sesuai pemberitahuan Yoshida-san melalui pesan WA setelah tadi dia menelepon sopir pribadinya itu.
Sepasang tangan hangat yang lebar menutupi kedua mata Midori dari belakang. Gadis itu terkikik lalu berkata, "Aku tahu itu pasti kamu, Kenzo.""Apa kabar, Pacar Sehariku? Senang jalan-jalannya hari ini?" tanya Kenzo sembari tersenyum ketika Midori berbalik menghadapnya.Kecantikan alami wajah Midori selalu sukses membuat jantung Kenzo berdebar-debar. Apalagi dalam jarak setengah meter, rasanya dia ingin menautkan bibirnya sesegera mungkin ke bibir mungil merah muda itu, menyesapnya, melumatnya hingga gadis itu melenguh seperti ketika mereka terakhir kali berciuman.Midori merasa wajahnya panas karena tersipu malu ketika dipandangi dengan begitu intens oleh Kenzo. Dia pun menggigit bibir bawahnya yang membuat Kenzo mendadak menahan napas dan memalingkan wajahnya ke samping."Jalan-jalannya di Kyoto begitu seru, Kenzo. Terima kasih atas tumpangannya dan sopirmu begitu murah hati pada kami. Dia membayar segala pengeluaran kami hingga kami merasa tidak enak h
Ketiga teman Kenzo sudah kembali ke Tokyo pagi tadi sehabis sarapan. Kenzo pun sendirian menghabiskan sore itu di kamarnya. Saat itu masih pukul 15.30. Karena jam untuk makan malam masih lama, dia pun memutuskan untuk berendam di onsen penginapan Togutsutei.Onsen itu sepi tanpa seorang pun pengunjung yang berendam di dalam kolam air panas. Kenzo menceburkan dirinya ke dalam kolam. Dia memejamkan matanya menikmati ketenangan.Tiba-tiba terdengar suara ceburan di air dari sisi lain onsen. Dia pun menengok ke arah datangnya suara itu. Ternyata Midori pun berendam di sana. Dia pun keluar dari air dan meraih handuknya lalu membelitkannya di pinggulnya. Kemudian berjalan ke sisi onsen tempat Midori berendam.Gadis itu tidak menyadari kehadirannya karena sedang memejamkan mata sembari mendengarkan musik dengan earphone bluetooth. Pipinya berwarna merah muda karena uap hangat dari air tempat dia berendam.Kenzo berjongkok di tepi kolam lalu mengecup pipi Midori.
Mereka bertiga naik ke mobil Kenzo yang bertipe sedan dengan merk Richter. Mobil itu produksi perusahaan keluarga Watanabe. Ide mobil itu pun sebagian besar berasal dari buah pikiran Kenzo sendiri. Dia adalah seorang jenius IT."Sepertinya aku akan mengajak kalian berdua makan malam dulu ya ... setelah itu kita akan naik perahu kecil di sungai Arashiyama," ujar Kenzo sembari menyetir dengan hati-hati."Oke, aku ikut saja dengan rencana kalian. Anggap saja aku tidak ada, Kenzo," balas Poseidon sambil bercanda.Poseidon tahu bahwa Kenzo menyukai saudari kembarnya, Midori. Menurutnya, pemuda berkebangsaan Jepang itu baik dan sangat perhatian. Wisata keluarganya di Kyoto tadi pagi hingga siang pun diatur sedemikian rupa oleh Kenzo hingga terasa begitu nyaman. Dia mendukung hubungan Kenzo dan Midori."Posei, apa kau tidak mendapat kenalan gadis Jepang hingga 3 hari kau berlibur di Jepang?" sindir Midori."Tsskk kau gemar sekali mem-bully-ku, Mi. Aku mem
Kenzo meraih tangan Midori lalu mengecupnya sembari menatapnya dengan tatapan tajamnya. "Kau mengatakan 'aku mencintaimu, Kenzo', tapi hatimu ragu ... apa yang harus kulakukan untuk meyakinkanmu, Midori?" ucap Kenzo.Angin malam di sungai Arashiyama berhembus menerbangkan kelopak bunga Sakura yang gugur. Kelopak bunga Sakura merah muda itu mendarat di rambut Midori yang disanggul rapi oleh pelayan penginapan Togutsutei tadi. Kenzo mengambil kelopak bunga Sakura itu dan menaruhnya di telapak tangan Midori.Gadis itu menatap kelopak bunga Sakura itu lalu menatap wajah Kenzo dengan tersipu malu."Tempatmu seharusnya berada adalah di negeriku, Midori. Entah apa alasan orang tuamu menamaimu dengan nama gadis Jepang ... tapi mungkin itu pertanda takdir yang mempertemukan kita di Kyoto. Seorang Midori dengan seorang Kenzo. Kita lihat saja nanti apakah ketika kamu kembali ke Perth, hubungan kita akan berakhir dan sirna atau akan bertahan dan bersemi seperti bunga
Dari balik pintu kamar Midori yang menghadap ke koridor penginapan, Leeray memperhatikan kebersamaan Midori dan Kenzo. Kedua anak muda itu memang berciuman, tetapi mereka tidak berbuat yang lebih dari itu. Selepas tengah malam, mereka berpisah. Kenzo kembali ke kamarnya sendiri."Hubby?" panggil Deasy di ujung lorong kamar Midori.Leeray agak terkejut karena terpergok istrinya sedang memata-matai puteri mereka. Dia pun menutup rapat kamar Midori sebelum gadis itu menyadari keberadaannya. Kemudian menghampiri Deasy.Dia merangkul bahu Deasy sembari berjalan kembali ke kamar mereka di sisi timur penginapan. "Bagaimana kau tahu kalau aku ada di sini, Sayang?" tanya Leeray."Kau mencurigakan ...," balas Deasy terkikik."Aku hanya ingin memastikan Kenzo tidak macam-macam pada Midori. Besok kita pindah ke Tokyo, kan?" ujar Leeray membela dirinya.Mereka berdua pun masuk ke kamar lalu berbaring bersisian di atas kasur tebal di lantai."Hold
Leeray menatap sepasang muda-mudi yang tengah asik berciuman di lobi hotel tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Dia mendekati mereka berdua dan berdehem.Akhirnya, ciuman itu berakhir dan puteri kesayangannya itu menoleh kepadanya dengan bibir bengkak dan merah karena dilumat oleh bibir Kenzo. Leeray sebenarnya ingin marah, tetapi dia ingat dulupun dia seperti mereka berdua ketika berpacaran dengan Deasy, istrinya, malahan mungkin lebih parah seingatnya."Paman Leeray, jangan marahi Midori, aku yang salah karena memintanya menciumku," bela Kenzo sembari berdiri di depan tubuh Midori, dia siap seandainya papi Midori akan memukulnya sekalipun.Midori yang melihat Kenzo membelanya pun sedikit merasa tersentuh. Pemuda itu sepertinya memiliki prinsip berani berbuat berani bertanggungjawab. Dia suka tipe lelaki yang seperti itu."Bukankah kau harus bekerja, Kenzo? Berangkatlah sekarang sebelum kau terlambat," ujar Leeray mengusir Kenzo dengan halus.
Pukul 18.30, Kenzo menjemput keluarga Midori di lobi hotel Imperial Tokyo. Dia mengenakan baju santai kali ini, kaos tshirt putih dan celana jeans biru muda dengan jaket hitam tebal. Malam ini dia akan mengajak keluarga Midori ke dua tempat yaitu Tokyo Skytree dan Kabukiza di Ginza.Sepertinya menonton teater Kabuki dulu saja, pikir Kenzo mengatur agenda jalan-jalan malam ini di otaknya."Hey! Melamun sendiri, Kenzo?" sapa Midori yang duduk di sampingnya.Gadis itu tampil santai juga, tapi apa pun yang dipakai Midori selalu kelihatan cantik dan tidak berlebihan. Malam ini Midori mengenakan dress selutut dari bahan jeans dengan dalaman kaos warna putih polos."Nggak melamun, hanya berpikir rencana jalan-jalan malam ini. Wow, kau harum sekali Midori. Aku suka dengan aroma tubuhmu, boleh kucium?" balas Kenzo mendekatkan dirinya ke Midori. Dia menghirup aroma tubuh Midori lalu mendaratkan kecupannya di ceruk leher Midori sekali.Kecupan Kenzo membuat t
Saat Midori dan Kenzo berciuman begitu lama seolah tak ingin berpisah. Ponsel Midori berbunyi. Dia pun mengangkat panggilan itu."Halo. Iya, Pi. Midori turun sekarang," jawabnya. Itu adalah telepon dari papinya yang mengajak Midori untuk pulang."Ayo kita turun sekarang, Midori," ucap Kenzo mengulurkan tangannya pada Midori.Gadis itu melingkarkan lengannya pada lengan Kenzo. Mereka berdua pun berjalan turun mengitari lorong tower itu. Setelah turun 5 lantai, Kenzo mengajak Midori turun dengan lift agar gadis itu tidak kelelahan."Apa kakimu lelah, Midori?" tanya Kenzo menatap Midori di sampingnya dalam lift."Sedikit." Midori tersenyum pada Kenzo.Kenzo pun jongkok di hadapan Midori. "Naiklah ke punggungku, Midori," ucapnya."Tapi ... nanti kau keberatan, Kenzo," ujar Midori."Tidak akan. Naiklah!" jawab Kenzo yakin.Midori pun naik ke punggung Kenzo lalu melingkarkan tangannya ke leher pemuda itu sementara lift terus t