MasukSementara itu, di kediaman Permaisuri, cahaya matahari merambat masuk melalui tirai-tirai tebal, menciptakan remang yang lembut dalam kamar. Di ranjang besar, dua sosok terbaring tanpa busana saling memeluk usai kegiatan panas yang mereka lakukan tadi.
Permaisuri Yi Ran membelai lengan pria di sisinya dengan lembut.
“Kenapa kau sangat jarang datang ke sini? Apa sesibuk itu sampai tidak bisa menemuiku?” tanyanya dengan manja.
Wei Bao tersenyum tipis, menggenggam tangan Permaisuri. “Baiklah, nanti aku akan sering datang. Karena ada pedagang yang sedang naik daun membuatku cukup sibuk.”
Yi Ran menaikkan sebelah alisnya. “Oh ya? Maksudmu pedagang Song She itu?” tanyanya memastikan.
Wei Bao mengangguk. “Dengan barang penjualan mereka yang hampir ada di setiap penjuru Kekaisaran, pajak yang didapat pun semakin meningkat, aku jadi lebih sibuk ak
“Saya mohon, Tuan Song. Mungkin saja dengan elixir itu, beliau bisa sembuh,” pinta Wei Bao.Suaranya terdengar bergetar putus asa.Qiang Jun melipat kedua tangannya di dada. Sama sekali tak terpengaruh dengan permohonannya.“Elixir hanya di berikan pada pihak istana karena kesepakatan dari Putri kedua. Jika dia mengizinkan, mungkin aku bisa memberikan satu.”Wei Bao langsung menegakkan tubuhnya.“K-kalau begitu. Jika saya mendapat izin dari Putri, Anda akan memberikannya kan?” tanyanya dengan wajah berbinar.Qiang Jun menaikkan kedua bahunya santai.Namun jawaban itu cukup memberi Wei Bao secercah harapan.“Baiklah. Saya pasti mendapat izinnya.”Tanpa membuang waktu, Wei Bao berdiri. Lalu berjalan keluar dengan tergesa-gesa.Qiang Jun hanya menatap kepergiannya dengan wajah datar. Kemudian menutup mulutnya, menahan tawa.‘Datangi saja. Jika kau bisa menemukan Istriku,’ pikirnya.Nadanya terdengar mencemooh kebodohan Wei Bao yang begitu mempercayainya.Dan seperti perkataan Qiang Jun.
“Tolong jangan mengatakan hal mengerikan seperti itu, Putri,” protes tabib Long.Tak suka mendengarnya.Ming Yue hanya tersenyum tipis. “Aku hanya bercanda.”Tabib Long mendengus pelan. Mencoba melupakan kekhawatirannya.Pengobatannya di tangan Ming Yue akhirnya selesai.“Kalau begitu istirahatlah. Saya akan menemui Tuan,” katanya sambil berdiri.Ming Yue menahannya sejenak.“Tapi jangan katakan pada Jun aku batuk darah. Dia bisa khawatir.”Tabib Long menatapnya, lalu menghela nafas. “Baiklah. Saya permisi.”Kemudian berjalan keluar ruangan dan menutup pintu.Berkat penawar yang diracik oleh Tabib Long, Song She mulai memproduksinya secara besar-besaran.Penawar itu disebarkan ke seluruh wilayah kekaisaran. Tanpa memandang status atau pangkat.Baik rakyat kecil maupun bangsawan. Semua mendapatkannya.Dalam waktu singkat, wabah kematian yang sempat melumpuhkan Kekaisaran Qin itu akhirnya berhasil diatasi.Di markas utama Song She, Qiang Jun menaiki tangga menuju lantai tiga. lalu membu
Sementara itu.Di istana kekaisaran, tepatnya kediaman permaisuri. Yi Ran terbaring lemas di tempat tidur. Tubuhnya panas dan berkeringat.Itu bukan karena wabah. Melainkan karena kesedihan atas meninggalnya Wei Chao, Putra sulungnya.Kondisi Yi Ran kian memburuk sejak hari eksekusi kala itu.Pintu kamarnya terbuka, dan masuklah seorang lelaki dengan pakaian gagah.“Ibunda,” ucap Qiang Yuze.Berjalan menghampiri, lalu duduk di tepi ranjang.Yi Ran menoleh lemas.“Yuze. Di mana Wei Chao? Biasanya kau datang bersamanya.”Seketika tatapan Qiang yuze mendelik. Rahangnya mengeras. Tak suka mendengar nama itu lagi.‘Setiap kali aku datang, Ibu selalu menanyakannya. Apa dia tidak tahu akulah korbannya?’ geramnya dalam hati.“Sudah berapa kali kubilang, Bu. Wei Chao sudah mati. Jangan membicarakannya lagi,” katanya dengan tegas dan dingin.Yi Ran menggigit bawah bibirnya. Perkataan itu seolah mengingatkannya lagi pada kenangan menyedihkan.Lalu dengan sisa tenaga bangkit dari posisi berbaring
“Apa maksud perkataanmu?” tanya Ming Yue sekali lagi.Memastikan apa yang dia dengar tidak salah. Jemarinya mencengkeram lengan Qiang Jun. Mendesak penjelasan.Qiang Jun menatapnya lama. Dia sudah terlanjur mengatakannya. Kemudian menarik nafas sejenak sebelum akhirnya berbicara.“Kau pasti ingat kehidupan masa lalumu. Aku juga sama, saat berusia dua puluh tahun. Sebelumnya aku terlambat menyelamatkanmu dari Qiang Yuze. Akhirnya aku meminta bantuan Dewa Zhaoyin. Dan kali ini, aku merebut semua kekuatan pendukung Qiang Yuze, agar kau tidak mati sia-sia.”Tangannya melepas cengkeraman Ming Yue. Menggenggamnya dengan erat. Kepalanya menunduk penuh permohonan yang tulus.“Jadi kumohon. Jika masih belum bisa menerima perasaanku, setidaknya sayangilah dirimu sendiri. Aku benar-benar bisa hancur jika kehilanganmu lagi,” lanjutnya dengan suara lirih.Ketika Ming Yue terkulai lemas dan pingsan, Qiang Jun kembali teringat akan traumanya melihat jasad Ming Yue di masa lalu.Mendengar semua perka
“Yue .... Buka matamu.”Suara Qiang Jun gemetar lirih di antara helaan napasnya yang berat. Dia mengguncang pelan tubuh Ming Yue. sambil menepuk lembut pipinya yang pucat.Namun tidak ada respons sama sekali. Dalam hati, Qiang Jun mulai gelisah.“Yue, jangan seperti ini. Maaf aku membentakmu. Tolong bangunlah,” ucapnya terdengar putus asa.Ming Yue terpejam tanpa daya. Napasnya nyaris tak terdengar. Qiang Jun menggertakkan gigi. Menahan bibir bawahnya yang gemetar. Matanya mulai berkaca-kaca.Dengan hati-hati, Qiang Jun membawa tubuh Ming Yue. Dan membaringkannya di atas kasur.Tanpa membuang waktu, Qiang Jun berlari keluar kamar. Beberapa orang bawahannya di lorong terlihat menatapnya heran. Tapi dia tak peduli.Qiang Jun tiba di ruang penelitian Tabib Long.“Tabib Long. Ikut denganku,” ujarnya tegas.Tanpa menunggu jawaban, Qiang Jun langsung menarik pria tua itu pergi bersamanya sambil membawa kotak pengobatan.Tabib Long terlihat kebingungan. Terpaksa mengikuti langkahnya.“Kita m
“Aku tidak mau ada siapa pun yang menggangguku. Mengerti?” lagi teriak Ming Yue dibalik pintu.Dari luar, samar-samar Ming Yue mendengar gerutu Qiang Jun yang menjauh.“Dasar keras kepala.”Dan tak lama kemudian, hening di depan pintu. Menandakan Qiang Jun benar-benar sudah pergi.Ming Yue menghela nafas lega. Akhirnya dia bisa melanjutkan pekerjaannya membuat elixir.Setelah meminum semua racun kematian, Ming Yue mengeluarkan belati kecil di sakunya.Kemudian mulai menyayat lengannya dengan garis panjang dan dalam.Alis Ming Yue mengernyit. Seolah menahan sakit.Darah berwarna merah segar mengalur keluar. Ming Yue menampungnya ke dalam kendi besar.Efek racun bunga kematian cukup berguna. Regenerasi lukanya melambat dan bisa mengeluarkan banyak darah lebih cepat.‘Meski aku tahu bencana yang terjadi di masa depan. Aku tidak bisa menghentikannya,’ gumam Ming Yue lirih.Ming Yue hanya manusia biasa. Tapi setidaknya, dia ingin mencegah korban yang berjatuhan.Hari-hari berlalu. Kondisi K







