Share

Bab 7

Penulis: Gekko
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-17 11:40:53

Beberapa hari berlalu, Ming Yue telah melakukan pelatihan yang cukup keras dari gurunya yang tegas namun lemah lembut. Meski begitu Ming Yue tak pernah menyerah, dia terus berusaha, setidaknya dengan usahanya ini, dia memiliki kekuatan untuk melindungi diri sendiri dibandingkan sebelumnya.

Malam itu, setelah selesai mandi, Ming Yue duduk di tepi ranjang. Rambut basahnya ia keringkan perlahan dengan kain tipis. Tiba-tiba terdengar ketukan samar di jendela kamar yang tertutup. Ming Yue mendekat ke sumber suara. Dan di balik jendela itu, sosok yang sama sekali tak ia sangka berdiri di sana.

“Tuan Song?” Ming Yue membelalakkan mata, terkejut. “Apa yang anda lakukan di sini? Sudah saya bilang, sayasendiri yang akan mengirim eliksir itu.”

“Bukan soal itu, kulihat sepertinya kau ingin belajar bela diri? Kenapa tak meminta anggota Song She untuk mengajarimu? Kami punya banyak ksatria hebat,” tanya pria bertopeng itu.

Ming Yue menghela nafas. “Akan ada pertanyaan dari banyak orang dari mana saya mendapatkan guru bela diri, saat sayamembawa Xiao Lin pun Ayah dan kakak mengomel karena pelayan di rumah sudah banyak. Sudahlah, ini masalah sepele, tidak perlu di perdebatkan,” jawabnya.

Tuan Song mendengus kecil, lalu melipat kedua lengannya. Ia melangkah sedikit mendekat, hingga jarak mereka semakin tipis.

“Hal dasar dalam kerja sama adalah kepercayaan. Kami kelompok yang sangat pemilih dalam memilih rekan, jadi artinya kau sudah mendapat kepercayaan kami, nona,” ucapnya dengan nada rendah.

Ming Yue tanpa sadar sedikit mundur, merasa pria itu terlalu dekat. “Anda sendiri menaruh mata-mata pada saya secara terang-terangan,” balasnya.

“Siapa?”

“Xiao Lin.”

Tuan Song terkekeh pelan. “Sudah kubilang dia ada untuk melindungimu,” ucapnya menekankan.

“Oh ya? Lalu-“ belum selesai bicara, tiba-tiba terdengar ketukan cukup keras di depan pintu kamar.

Tok! Tok!

“Nona, tuan memanggil Anda,” ucap Xiao Dai, salah satu pelayan di sana.

Suara itu membuat Ming Yue tersentak, refleks ia menutup kembali jendela rapat-rapat. “Baiklah, aku segera ke sana!” jawabnya sedikit berteriak.

Beberapa saat kemudian, langkah kaki pelayan itu perlahan menjauh. Ming Yue melirik jendela yang tertutup. “Tolong pergilah tuah Song, saya akan berkunjung nanti,” bisiknya.

Seperti pemberitahuan dari Xiao Dai, Ming Yue berjalan keluar dari kamarnya dan pergi ke ruang kerja ayahnya.

“Ada apa Ayah? Kau memanggilku?” tanya gadis itu.

Ming Lei yang duduk di kursi menoleh sambil tersenyum tipis. “Duduklah nak.”

Ming Yue duduk dengan raut penasaran. Ayahnya jarang memanggilnya malam-malam begini, pasti ada sesuatu yang penting.

“Yue, kau tahu, kakek dan nenekmu dulu memiliki hubungan yang sangat baik dengan mendiang Kaisar,” ucap Ming Lei memulai percakapan.

Ming Yue terdiam sejenak. ‘Pasti tentang itu,’ pikirnya dalam hati sudah bisa menebak.

“Karena itu, dulu Kaisar dan kakekmu membuat perjanjian, mereka akan menikahkan cucu mereka saat dewasa. Dan sekarang, Ayah rasa waktunya sudah tiba. Kau sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik,” lanjut sang Ayah.

Ming Yue mengepalkan tangannya erat. “Aku tidak mau, Ayah.” ucapnya tegas, tanpa ragu.

Ming Lei menatapnya terkejut. “Kenapa tidak mau? Ini kesempatan besar. Kau akan masuk keluarga kekaisaran. Martabat keluarga kita akan semakin tinggi.”

‘Tapi karena itu, keluarga kita hancur dan menderita, Ayah,’ Ming Yue ingin berteriak, namun kata-kata itu hanya berputar dalam hatinya.

“Aku tetap tidak mau. Batalkan saja perjanjian itu.”

“Tidak bisa, Yue. Membatalkan perjanjian itu akan mencoreng nama baik keluarga kita, juga keluarga kekaisaran,” ucapMing Lei berharap Putrinya mengerti.

“Tidak banyak yang tahu tentang perjanjian itu, kan? Jadi batalkan saja. Tidak ada bedanya,” balas Ming Yue bersikeras.

Ming Lei menghela napas panjang. “Barusan Ayah mendapat pesan dari Kaisar. Beliau memerintahkan agar pernikahanmu dengan Putra Mahkota Qiang Yuze segera diadakan. Ini tidak bisa ditunda lagi.”

Ming Yue menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Nama itu membuat dadanya sesak, seolah belenggu dari masa lalu kembali menjeratnya. Ternyata, bagaimana pun ia berusaha, ia tetap tidak bisa menghindar dari takdir itu.

“Baiklah, akan kuterima,” jawab Ming Yue setuju.

Ming Lei tersenyum lega. “Benarkah? Terima kasih, Nak. Maaf Ayah tidak bisa menentang—”

“Tapi bukan dengan Putra Mahkota,” sela Ming Yue.

Ming Lei terdiam. “Apa?” keningnya berkerut heran. “Lalu dengan siapa?”

“Aku mau menikah, tapi dengan Pangeran kedua, Qiang Jun,” jelas Ming Yue.

Suasana seketika hening. Ming Lei menatap putrinya tak percaya. “Pangeran Qiang Jun? Kau yakin? Kau tahu bagaimana kondisi Pangeran kedua, kan? Dia tidak bisa berjalan.”

“Ya, aku tahu,” jawab Ming Yue mantap. “Dan aku tidak peduli. Yang penting aku menikah dengan keluarga kekaisaran, kan?”

Ming Lei menarik napas panjang, memijat pangkal hidungnya lelah. Ia tidak pernah menyangka akan mendengar pernyataan seperti itu dari putrinya.

“Baiklah, Ayah akan mencoba menyampaikan hal ini kepada Yang Mulia Kaisar. Kau kembalilah ke kamarmu, Yue.”

Ming Yue berdiri, sedikit membungkuk. “Baik, selamat malam, Ayah.”

Akhirnya Ming Yue berbalik dan melangkah keluar dari ruangan. Namun sebelum pintu tertutup, ia menoleh sekilas, menatap sosok Ayahnya dengan pandangan sendu.

‘Maaf, Ayah. Aku harus melakukan ini, demi mengubah takdir kita,’ batinnya lirih.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 132

    Qiang Jun sedikit mengernyit.“Untuk apa?” tanyanya datar.Yong Bai sedikit gugup, tapi tetap menunduk hormat.“Saya hanya ditugaskan memanggil Anda berdua.”Qiang Jun terdiam sejenak, terlihat enggan. Dalam benaknya, dia sudah menebak apa yang akan dikatakan kaisar nanti.“Baiklah, kami ke sana,” jawabnya.Tapi bukan Qiang Jun, melainkan Ming Yue.“Tunggu, Yue—“Qiang Jun hendak menolak, namun Istrinya sudah memegang lengannya.“Ayo cepat. Tidak sopan menolak perintah Yang Mulia.”Ming Yue langsung menghabiskan tanghulu terakhir di tangannya. Kemudian pergi menarik Qiang Jun pergi.Lagi-lagi pria itu tak bisa menolak ajakan Istrinya.Setelah mengikuti Yong Bai, akhirnya mereka tiba di ruang tamu istana utama. Semua anggota keluarga kekaisaran tengah berkumpul.Qiang Jun menghela nafas pelan.‘Kan. Sudah kuduga,’ pikirnya.Ming Yue segera membungkuk sopan.“Maaf membuat Anda menunggu, Yang Mulia.”Sementara Qiang Jun hanya mengangguk singkat. Sikap sopan minimal yang selalu dilakukan

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 131

    “Tunggu. Apa?” Qiang Mingze memiringkan kepalanya tak paham. ”Kenapa kau tidak mau?”Qiang Jun hanya mengangkat kedua bahunya santai.“Saya hanya tidak mau melakukannya,” jawabnya asal.Aula sontak makin riuh oleh bisikan, namun Qiang Jun tidak menggubris. Ia justru menoleh pada istrinya.“Tidak apa, kan, Yue?”Ming Yue menatap suaminya sejenak, lalu tersenyum tipis.“Aku hanya mengikutimu saja.”Senyuman lega terbit di bibir pria itu.“Kalau begitu, kita kembali.”Ming Yue mengangguk pelan. Mereka berdua lalu membungkuk sopan.“Kami masih ada pekerjaan lain yang harus dilakukan, Yang Mulia. Jika berkenan, kami permisi lebih dulu,” ujar Ming Yue pamit.“Terima kasih banyak atas penghargaan Anda,” tambah Qiang Jun.Qiang Mingze terpaku sesaat. Dalam hatinya, sempat berharap. Tapi akhirnya ia menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya.“Baiklah. Kalian boleh pergi,” balasnya mengizinkan.Pasangan itu pun bangkit. Dan melangkah pergi meninggalkan aula yang masih sedikit ribut karen

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 130

    Hari-hari berlalu, bulan berganti. Sudah cukup lama setelah hari eksekusi Qiang Yuze, beserta pengikutnya yang ikut dihukum.Rasanya terlewat begitu saja dengan damai.Organisasi milik Pangeran kedua telah resmi berubah menjadi Qin Ai Yue. Dan bisnisnya berkembang lebih pesat.Qiang Jun berjalan menuju kamar istrinya. Namun ketika pintu terbuka, ia hanya menemukan Xiao Lin yang sedang merapikan tempat tidur.“Di mana Yue?”Xiao Lin menoleh dan menjawab.“Nona berada di kuil, Tuan.”Qiang Jun menghela nafas panjang.Ming Yue jadi lebih sering berada di kuil. Terus berusaha memecahkan kode dari gulungan kertas pemberian Ayahnya.Qiang Jun segera bergegas pergi ke kuil.Kuil yang berada di puncak gunung itu kini sudah direnovasi oleh orang-orang Qin Ai Yue.Selain bangunan kuil utama, di bagian belakang ternyata terdapat pula rumah para pelayan dewa. Taman yang rindang, juga perpustakaan penyimpanan manuskrip lama.Tempat itu kini jauh lebih hidup. Bahkan beberapa anggota Qin Ai Yue memut

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 129

    Ming Yue merapatkan bibirnya, mencoba menahan senyuman.‘Sudahlah. Dari pada dia terus merajuk,’ pikirnya pasrah.Perlahan, kedua tangan terulur merangkul lengan Qiang Jun yang ada di atasnya.“Baiklah,” bisiknya lembut. “Akan kutemani kau semalaman.”Seketika mata Qiang Jun berkilat penuh semangat, bahkan sedikit liar. Ia tidak menunggu sedetik pun.Dengan cepat pria itu menunduk dan meraup bibir Istrinya. Mencium dengan rakus. Melumat habis setiap helaan napas Ming Yue.Lidahnya membelit, menuntut, seolah ingin menandai bahwa wanita itu adalah miliknya seorang.Tangan Qiang Jun turun. Menarik satu kaki Ming Yue ke atas tubuhnya dan mencengkeram dengan posesif.‘Di kehidupan kali ini, kau hanya perlu melihatku. Hanya aku,’ gumamnya dalam hatiMembuat ciumannya semakin dalam, sedikit brutal namun dipenuhi cinta yang membara.Hari-hari berlalu. Sudah satu minggu sejak kaisar menunda hukuman Qiang Yuze.Akhirnya, para bangsawan kekaisaran berkumpul di aula pengadilan. Beberapa warga pun

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 128

    Ming Yue berhasil keluar dari istana secara diam-diam. Langkahnya ringan seperti bayangan.Ming Yue teringat memiliki janji dengan seseorang. Dan sesuatu yang harus ia pastikan sendiri.Hingga akhirnya tiba di dekat gerbang penjara kerajaan.Seperti yang pernah Ming Yue lakukan sebelumnya, dia menyebarkan asap untuk membuat mereka tertidur sementara.Setelah beberapa saat, Ming Yue melesat masuk dengan cepat. Dia pergi ke sel penjara Qiang Yuze berada.Dan saat berdiri di depan jeruji, langkahnya berhenti. Sesaat, Ming Yue terdiam.‘Cih. Apa dia secepat ini mati?’ pikirnya. Berdecak kesal.Namun masih ingin dia pastikan.Kondisi Qiang Yuze sangat menyedihkan.Dengan wajah pucat, dan tubuhnya terkulai terlihat sekarat. Darah masih menetes perlahan dari luka di lengannya.Ming Yue berjongkok dan memeriksa nadinya. Masih ada, walau tipis. Bagai nyala lilin yang sebentar lagi padam.Ming Yue mengembuskan napas, kemudian menggigit ujung jarinya. Setetes darah muncul, dan ia memberikannya p

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 127

    “Kenapa dia?” tanya Ming Yue. Masih terlihat tenang.An Rong menarik nafas.“Pangeran kedua bertengkar dengan Kakakku, sampai mengeluarkan pedang.”Mendengar hal itu, Ming Yue mengernyit. Tanpa berkata lagi, ia bergegas menuju halaman belakang. An Rong mengikuti dari belakang.Begitu tiba di area tanah luas dekat gazebo, mereka mendengar denting besi tajam. Dua orang tengah bertarung cukup serius. Dengan ekspresi sama-sama kesal.Ming Yue berhenti di dekat kakaknya, Ming Hao. Serta dua pria kembar yang berdiri santai seolah menonton pertunjukan.“Kenapa kalian hanya diam? Bukannya menghentikan mereka?” tegur Ming Yue.Ming Hao menaikkan kedua bahunya santai.“Biarkan saja. Ini menyenangkan,” katanya. Sambil mengunyah camilan.“Awalnya kita sedang main kartu. Tapi Kakak kedua selalu kalah,” ujar Qiang Shen.“Dan dia memergoki An Beiye ternyata curang. Akhirnya marah dan langsung menghajarnya, sampai jadilah seperti sekarang,” sambung Qiang Rui menjelaskan.Ming Yue memejamkan mata sing

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status