Share

Bab 8

Author: Gekko
last update Last Updated: 2025-10-03 09:04:37

Beberapa hari berlalu. Di dalam ruang utama kediaman Permaisuri yang luas, dengan pilar merah menjulang dan tirai sutra. Seorang wanita paruh baya mengenakan jubah brokat berhiaskan benang emas. Dialah Permaisuri Yi Ran, wanita anggun yang tengah menikmati teh paginya.

Tiba-tiba seorang pelayan perempuan masuk, dia mendekat lalu berbisik pelan. “Yang Mulia, perjodohan Putra Mahkota dibatalkan, Putri keluarga Ming memilih menikah dengan Pangeran kedua.”

Cangkir teh hampir terlepas dari tangan Yi Ran. Ia menoleh cepat, matanya yang tajam mendelik penuh rasa terkejut. “Apa? Pangeran kedua? Tapi kenapa?”

Pelayan di sampingnya menunduk semakin dalam. “Saya tidak tahu alasannya. Hanya itu yang bisa saya cari tahu.”

Yi Ran mendengus keras, wajahnya menegang. Kemudian menyilangkan kedua lengan di dada, tubuhnya dipenuhi aura kemarahan.

“Cih! Dasar gadis bodoh! Sia-sia aku menuruti Kaisar hingga menunda pernikahan Putraku, hanya demi memenuhi perjanjian Kaisar terdahulu dengan keluarga Ming. Dan sekarang hasilnya malah begini?” geramnya.

Pelayan itu tak berani angkat kepala, hanya bisa menunduk diam.

Yi Ran mengibaskan tangannya. “Kau, selidiki tentang gadis itu. Aku ingin tahu sehebat apa dia berani menolak Putraku,” perintahnya.

“Baik, Yang Mulia,” jawab sang pelayan patuh, lalu melangkah pergi.

Belum lama berselang, dari arah gerbang kediaman terdengar suara lantang dan penuh energi.

“Ibunda!”

Yi Ran segera menoleh, raut murkanya berganti hangat. Sebuah senyum lebar merekah di wajahnya saat melihat putranya melangkah masuk. Dia adalah sang Putra Mahkota Kekaisaran Qin, Qiang Yuze. Diikuti seseorang di belakang, Wei Chao, sahabat baiknya sejak kecil.

Yi ran langsung berdiri. “Yuze, Putraku. Selamat datang,” ucapnya penuh kasih, lalu merengkuh Putranya dalam pelukan.

“Ibunda, bagaimana kabarmu?” tanya Qiang Yuze lembut sambil membalas pelukan itu.

“Ibu sehat, tapi Ibu mulai merasa kesepian karena kau jarang berkunjung,” jawab Yi Ran, sedikit cemberut.

“Baiklah, mulai sekarang aku akan lebih sering datang,” balas Qiang Yuze sambil tersenyum.

Lelaki di belakangnya mendekat dan menunduk sopan. “Salam Yang Mulia Permaisuri” sapa Wei Chao.

Yi Ran menoleh sekilas, lalu tersenyum tipis dan berkata. “Ke mana pun kalian masih terus bersama ya. Kapan salah satu dari kalian akan menikah?”

“Ayolah, jangan bahas hal itu. Aku masih ingin bersenang-senang Bu,” balas Qiang Yuze seolah malas membahasnya.

Namun Wei Chao justru menepuk bahu Qiang Yuze sambil bersuara lantang.

“Saya rasa Yuze yang akan menikah lebih dulu. Dia diam-diam memiliki seorang kekasih,” ucapnya frontal.

Kata-kata itu membuat Qiang Yuze langsung terbelalak. “Hei! Tutup mulutmu!” bisiknya geram.

Wei Chao hanya menaikkan kedua bahunya tak peduli, sedangkan sang Permaisuri langsung menyipitkan mata. “Apa itu benar Yuze?”

Qiang Yuze hanya memalingkan pandangan, sedikit ragu. “Yah, itu hanya gadis yang kadang kutemui saat sedang menyamar keluar istana,” jawabnya pelan.

Yi ran menghela nafas. “Baiklah, kalau begitu ceritakan seperti apa dia,” tanyanya lebih mendesak. Mau tak mau, Qiang Yuze pun memberitahukannya pada sang Ibu.

Sementara itu, di sisi lain istana, seorang kepala sekretaris Kaisar bernama Yong Bai berjalan menuju sebuah bangunan yang jauh dari istana utama. Bangunan itu lebih sunyi, jauh dari keramaian istana, dengan pepohonan pinus menjulang di sekitarnya. Itulah kediaman Pangeran Kedua, Qiang Jun, yang jarang terlihat di mata publik.

Yong Bai berdiri di depan pintu gerbang kayu yang besar, ia mengetuk.

Tok! Tok!

Namun tak ada jawaban.

‘Apa tidak ada siapa pun?’ pikirnya heran.

Beberapa lama Yong Bai menunggu, masih tidak ada jawaban. Lalu mengetuk lagi, berkali-kali, hingga tepat ketika  Yong Bai hendak berbalik pergi, pintu gerbang perlahan terbuka, menimbulkan derit halus. Dan yang muncul bukanlah pelayan atau pengawal, melainkan Pangeran Kedua itu sendiri.

Qiang Jun, pria tampan dengan wajah dingin dan mata yang tajam, duduk di atas kursi roda. Meski penampilannya sederhana, auranya berwibawa, memancarkan keanggunan yang membuat siapa pun segan.

“Salam, Yang Mulia Pangeran Kedua,” Yong Bai segera membungkuk sopan.

Qiang Jun menatapnya datar. “Katakan apa urusanmu?”

“Saya membawa surat dari Yang Mulia Kaisar.” Yong Bai menyodorkan amplop cokelat bersegel naga emas.

Qiang Jun menerimanya tanpa banyak bicara. “Baiklah. Kau boleh kembali.”

“Saya pamit, Yang Mulia.” Yong Bai membungkuk sekali lagi sebelum bergegas meninggalkan tempat itu.

Setelah sunyi kembali menyelimuti kediaman, Qiang Jun kembali masuk ke ruang pribadinya, lalu membuka amplop yang ia pegang. Matanya bergerak cepat membaca isi surat itu. Ternyata isinya adalah perintah untuk mempersiapkan pernikahan, sangat tidak terduga. Dan orang yang menikah dengannya adalah nona muda keluarga Ming

Wajah datar Qiang jun menyunggingkan senyuman miring. “Pernikahan? Ternyata ada gadis aneh yang mau menikah dengan pria cacat sepertiku,” gumamnya pelan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 132

    Qiang Jun sedikit mengernyit.“Untuk apa?” tanyanya datar.Yong Bai sedikit gugup, tapi tetap menunduk hormat.“Saya hanya ditugaskan memanggil Anda berdua.”Qiang Jun terdiam sejenak, terlihat enggan. Dalam benaknya, dia sudah menebak apa yang akan dikatakan kaisar nanti.“Baiklah, kami ke sana,” jawabnya.Tapi bukan Qiang Jun, melainkan Ming Yue.“Tunggu, Yue—“Qiang Jun hendak menolak, namun Istrinya sudah memegang lengannya.“Ayo cepat. Tidak sopan menolak perintah Yang Mulia.”Ming Yue langsung menghabiskan tanghulu terakhir di tangannya. Kemudian pergi menarik Qiang Jun pergi.Lagi-lagi pria itu tak bisa menolak ajakan Istrinya.Setelah mengikuti Yong Bai, akhirnya mereka tiba di ruang tamu istana utama. Semua anggota keluarga kekaisaran tengah berkumpul.Qiang Jun menghela nafas pelan.‘Kan. Sudah kuduga,’ pikirnya.Ming Yue segera membungkuk sopan.“Maaf membuat Anda menunggu, Yang Mulia.”Sementara Qiang Jun hanya mengangguk singkat. Sikap sopan minimal yang selalu dilakukan

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 131

    “Tunggu. Apa?” Qiang Mingze memiringkan kepalanya tak paham. ”Kenapa kau tidak mau?”Qiang Jun hanya mengangkat kedua bahunya santai.“Saya hanya tidak mau melakukannya,” jawabnya asal.Aula sontak makin riuh oleh bisikan, namun Qiang Jun tidak menggubris. Ia justru menoleh pada istrinya.“Tidak apa, kan, Yue?”Ming Yue menatap suaminya sejenak, lalu tersenyum tipis.“Aku hanya mengikutimu saja.”Senyuman lega terbit di bibir pria itu.“Kalau begitu, kita kembali.”Ming Yue mengangguk pelan. Mereka berdua lalu membungkuk sopan.“Kami masih ada pekerjaan lain yang harus dilakukan, Yang Mulia. Jika berkenan, kami permisi lebih dulu,” ujar Ming Yue pamit.“Terima kasih banyak atas penghargaan Anda,” tambah Qiang Jun.Qiang Mingze terpaku sesaat. Dalam hatinya, sempat berharap. Tapi akhirnya ia menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya.“Baiklah. Kalian boleh pergi,” balasnya mengizinkan.Pasangan itu pun bangkit. Dan melangkah pergi meninggalkan aula yang masih sedikit ribut karen

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 130

    Hari-hari berlalu, bulan berganti. Sudah cukup lama setelah hari eksekusi Qiang Yuze, beserta pengikutnya yang ikut dihukum.Rasanya terlewat begitu saja dengan damai.Organisasi milik Pangeran kedua telah resmi berubah menjadi Qin Ai Yue. Dan bisnisnya berkembang lebih pesat.Qiang Jun berjalan menuju kamar istrinya. Namun ketika pintu terbuka, ia hanya menemukan Xiao Lin yang sedang merapikan tempat tidur.“Di mana Yue?”Xiao Lin menoleh dan menjawab.“Nona berada di kuil, Tuan.”Qiang Jun menghela nafas panjang.Ming Yue jadi lebih sering berada di kuil. Terus berusaha memecahkan kode dari gulungan kertas pemberian Ayahnya.Qiang Jun segera bergegas pergi ke kuil.Kuil yang berada di puncak gunung itu kini sudah direnovasi oleh orang-orang Qin Ai Yue.Selain bangunan kuil utama, di bagian belakang ternyata terdapat pula rumah para pelayan dewa. Taman yang rindang, juga perpustakaan penyimpanan manuskrip lama.Tempat itu kini jauh lebih hidup. Bahkan beberapa anggota Qin Ai Yue memut

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 129

    Ming Yue merapatkan bibirnya, mencoba menahan senyuman.‘Sudahlah. Dari pada dia terus merajuk,’ pikirnya pasrah.Perlahan, kedua tangan terulur merangkul lengan Qiang Jun yang ada di atasnya.“Baiklah,” bisiknya lembut. “Akan kutemani kau semalaman.”Seketika mata Qiang Jun berkilat penuh semangat, bahkan sedikit liar. Ia tidak menunggu sedetik pun.Dengan cepat pria itu menunduk dan meraup bibir Istrinya. Mencium dengan rakus. Melumat habis setiap helaan napas Ming Yue.Lidahnya membelit, menuntut, seolah ingin menandai bahwa wanita itu adalah miliknya seorang.Tangan Qiang Jun turun. Menarik satu kaki Ming Yue ke atas tubuhnya dan mencengkeram dengan posesif.‘Di kehidupan kali ini, kau hanya perlu melihatku. Hanya aku,’ gumamnya dalam hatiMembuat ciumannya semakin dalam, sedikit brutal namun dipenuhi cinta yang membara.Hari-hari berlalu. Sudah satu minggu sejak kaisar menunda hukuman Qiang Yuze.Akhirnya, para bangsawan kekaisaran berkumpul di aula pengadilan. Beberapa warga pun

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 128

    Ming Yue berhasil keluar dari istana secara diam-diam. Langkahnya ringan seperti bayangan.Ming Yue teringat memiliki janji dengan seseorang. Dan sesuatu yang harus ia pastikan sendiri.Hingga akhirnya tiba di dekat gerbang penjara kerajaan.Seperti yang pernah Ming Yue lakukan sebelumnya, dia menyebarkan asap untuk membuat mereka tertidur sementara.Setelah beberapa saat, Ming Yue melesat masuk dengan cepat. Dia pergi ke sel penjara Qiang Yuze berada.Dan saat berdiri di depan jeruji, langkahnya berhenti. Sesaat, Ming Yue terdiam.‘Cih. Apa dia secepat ini mati?’ pikirnya. Berdecak kesal.Namun masih ingin dia pastikan.Kondisi Qiang Yuze sangat menyedihkan.Dengan wajah pucat, dan tubuhnya terkulai terlihat sekarat. Darah masih menetes perlahan dari luka di lengannya.Ming Yue berjongkok dan memeriksa nadinya. Masih ada, walau tipis. Bagai nyala lilin yang sebentar lagi padam.Ming Yue mengembuskan napas, kemudian menggigit ujung jarinya. Setetes darah muncul, dan ia memberikannya p

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 127

    “Kenapa dia?” tanya Ming Yue. Masih terlihat tenang.An Rong menarik nafas.“Pangeran kedua bertengkar dengan Kakakku, sampai mengeluarkan pedang.”Mendengar hal itu, Ming Yue mengernyit. Tanpa berkata lagi, ia bergegas menuju halaman belakang. An Rong mengikuti dari belakang.Begitu tiba di area tanah luas dekat gazebo, mereka mendengar denting besi tajam. Dua orang tengah bertarung cukup serius. Dengan ekspresi sama-sama kesal.Ming Yue berhenti di dekat kakaknya, Ming Hao. Serta dua pria kembar yang berdiri santai seolah menonton pertunjukan.“Kenapa kalian hanya diam? Bukannya menghentikan mereka?” tegur Ming Yue.Ming Hao menaikkan kedua bahunya santai.“Biarkan saja. Ini menyenangkan,” katanya. Sambil mengunyah camilan.“Awalnya kita sedang main kartu. Tapi Kakak kedua selalu kalah,” ujar Qiang Shen.“Dan dia memergoki An Beiye ternyata curang. Akhirnya marah dan langsung menghajarnya, sampai jadilah seperti sekarang,” sambung Qiang Rui menjelaskan.Ming Yue memejamkan mata sing

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status