Share

Bab 9

Penulis: Gekko
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-03 09:06:07

Hari-hari berlalu, kabar tentang pernikahan Pangeran Kedua dengan putri keluarga Ming menyebar cepat ke setiap sudut kekaisaran.

Tiap sudut jalan, kedai teh, hingga rumah pejabat dipenuhi bisik-bisik penuh rasa ingin tahu. Banyak yang terkejut, tak menyangka ada seorang gadis yang bersedia menikah dengan Pangeran yang terkenal cacat dan sangat jarang muncul.

Di halaman kediaman Ming, seorang gadis yang tengah jadi perbincangan hangat malah terlihat santai sambil menarik busur di tengah latihannya.

“Yue, aku akan bertanya sekali lagi, kau yakin akan menikah dengan Pangeran Kedua? Dia 5 tahun lebih tua darimu,” tanya An Beiye guru bela dirinya. Entah sudah berapa kali pria itu menanyakan hal yang sama.

Ming Yue menoleh sekilas, bibirnya melengkung tipis dan menjawab. “Aku yakin, guru. Dan memangnya kenapa usia kami berbeda 5 tahun? Itu hal biasa, sudahlah jangan bertanya lagi.”

An Beiye menghela nafas berat. “Kakakmu bahkan masih belum menikah.”

Ming Yue menarik anak panah lain dari tabung di punggungnya dan kembali mengangkat busur, lalu mulai membidik.

“Jangan pikirkan Kakakku, dia keras kepala dan kekanak-kanakan, belum waktunya melamar seorang perempuan,” jawabnya santai.

“Aku tahu pemikiranmu lebih dewasa dibanding kakakmu, dan gadis seusiamu memang banyak yang sudah menikah. Tapi, bagaimana jika Pangeran kedua memperlakukanmu dengan buruk? Kau belum pernah bertemu dengannya, kau juga tak pernah tahu bagaimana sifatnya,” ucap An Beiye bersikeras dengan raut wajah khawatir, berharap gadis itu mengubah pikirannya.

“Semua perjodohan seperti itu, Guru,” jawab Ming Yue, sambil fokus pada latihan memanahnya ia berkata. “Tenang saja. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Dan mungkin saja, Pangeran Kedua bukan orang yang buruk. Aku bisa mengenalnya perlahan-lahan.”

An Beiye hanya bisa menarik napas panjang. Wajahnya menegang, seolah ingin berkata lebih, tetapi tiba-tiba sebuah teriakan memotong percakapan mereka.

“Nona!”

Seorang perempuan berlari kecil ke arah mereka. Itu adalah Xiao Lin, pelayan pribadi Ming Yue.

“Gaun pernikahan Anda sudah sampai,” ucapnya memberitahu.

“Begitu ya.” Ming Yue mengangguk paham. Kemudian beralih menatap pria di sampingnya. “Guru, sampai sini saja latihanku ya. Aku harus mencoba gaunku,” pintanya.

An Beiye terdiam, lalu akhirnya tersenyum tipis, sambil mengusap pelan rambut muridnya itu. “Baiklah. Kau sudah berkembang pesat, Yue. Hebat sekali.”

Ming Yue tersenyum ringan. “Hehe, semua ini berkat bimbingan Guru. Kalau begitu, aku akan menghubungimu lagi saat ingin berlatih.”

“Tentu. Panggil aku kapan saja. Dan selamat atas pernikahanmu. Tapi ingat, jika Pangeran itu menindasmu, katakan padaku. Aku akan langsung menghajarnya,” ucap An Beiye sambil menyunggingkan senyum ceria khasnya.

Ming Yue menahan tawa kecil, lalu membungkuk. “Terima kasih, Guru. Sampai nanti.” Ia kemudian melangkah pergi bersama Xiao Lin, meninggalkan halaman latihan.

An Beiye masih berdiri di sana. Senyuman cerahnya perlahan memudar, perasaan yang tak mampu ia pahami berputar dalam hati.

‘Harusnya aku senang mendengar muridku akan menikah, tapi kenapa dadaku terasa sesak?’ batinnya bergumam.

Sementara itu, Ming Yue kembali ke kamarnya bersama Xiao Lin. Ruangan itu kini penuh dengan barang kiriman dari istana, yaitu gaun pernikahan berwarna merah menyala dengan benang emas yang berkilau, serta hadiah-hadiah dari keluarga bangsawan lain.

Meja belajarnya pun dipenuhi surat-surat bersegel indah, dia membaca sekilas beberapa nama pengirimnya. Bibirnya melengkung sinis saat melihat surat itu semua adalah teman-teman lamanya, namun akhir-akhir ini Ming Yue jarang menemui mereka. Karena ia tahu di antara mereka semua tidak ada yang tulus, semua teman-temannya ada di pihak Lao Lan.

Dan di kehidupan sebelumnya, ketika Ming Yue meminta bantuan karena penderitaan yang ia alami, tidak ada satu pun yang mau menolongnya. Karena itu di kehidupan sekarang pun, lebih baik Ming Yue tak memiliki teman sama sekali.

“Nona, ini gaunnya,” ucap Xiao Lin sambil menyodorkan pakaian merah bercorak indah.

Ming Yue mulai mencobanya. Xiao Lin dengan cekatan menandai bagian-bagian yang perlu disesuaikan. Ming Yue lebih sering mempercayakan urusannya pada Xiao Lin dibanding pelayan lain.

Bukan hanya karena Xiao Lin pernah bekerja di toko pakaian Song, tapi dia tahu betul bagaimana mengatur segala kebutuhannya dengan profesional. Selain itu ada beberapa percakapan rahasia yang hanya bisa ia bicarakan dengan Xiao Lin.

“Nona,” bisik pelayan itu. “Beberapa hari yang lalu ada mata-mata yang mencoba masuk ke kediaman Ming.”

“Oh? Siapa mereka?” tanya Ming Yue terlihat tenang.

“Mereka orang-orang Permaisuri.”

Ming Yue mengerutkan alis. “Kenapa?”

“Sepertinya Permaisuri kesal karena anaknya ditolak oleh Nona yang seorang putri pejabat biasa. Tapi Nona tenang saja, sudah kami urus mereka,” jawab Xiao Lin.

Ming Yue pun mengangguk puas, karena tahu pekerjaan Song She akan sangat memuaskan. “Baguslah. tidak ada perjanjian aku harus menikah dengan Pangeran pertama kan?“ sahutnya santai.

“Anda benar, saya rasa keputusan Anda sudah cocok memilih Pangeran kedua.”

Ming Yue menaikkan sebelah alisnya. “Kau berpikir begitu? Kakakku sendiri mengataiku bodoh karena tak memilih Putra mahkota.”

Xiao Lin merapikan rambut majikannya yang terurai dan berkata. “Menurut penyelidikan kami. Putra Mahkota sering berjudi dan bermain wanita dengan menyamar. Lalu, Pangeran kembar sangat sulit diatur dan hidup sesukanya, tak jarang mereka sering berdebat dengan beberapa putra keluarga bangsawan. Tapi berbeda dengan Pangeran kedua, dia sangat tenang, tak pernah menyebabkan masalah dan hanya mengurung diri membaca buku. Walau mungkin nanti Nona akan mendapat beberapa ejekan karena menikah dengannya.”

Ming Yue tersenyum samar menatap bayangan dirinya di cermin. “Aku sudah mempertimbangkannya, Xiao Lin. Tenang saja.”

Xiao Lin menatapnya sejenak dari belakang, lalu tersenyum tipis.

“Oh ya, barusan saya mendapat kabar, kalau Putra Mahkota terluka saat menangkap perampok, perutnya tertusuk belati,” lanjut Xiao Lin beralih melaporkan hal lain.

Ming Yue terdiam sejenak, ada sedikit keterkejutan dalam matanya, namun hanya sebentar. ‘Ah kejadian itu ya, dia masih menggunakan trik yang sama,’ pikirnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 132

    Qiang Jun sedikit mengernyit.“Untuk apa?” tanyanya datar.Yong Bai sedikit gugup, tapi tetap menunduk hormat.“Saya hanya ditugaskan memanggil Anda berdua.”Qiang Jun terdiam sejenak, terlihat enggan. Dalam benaknya, dia sudah menebak apa yang akan dikatakan kaisar nanti.“Baiklah, kami ke sana,” jawabnya.Tapi bukan Qiang Jun, melainkan Ming Yue.“Tunggu, Yue—“Qiang Jun hendak menolak, namun Istrinya sudah memegang lengannya.“Ayo cepat. Tidak sopan menolak perintah Yang Mulia.”Ming Yue langsung menghabiskan tanghulu terakhir di tangannya. Kemudian pergi menarik Qiang Jun pergi.Lagi-lagi pria itu tak bisa menolak ajakan Istrinya.Setelah mengikuti Yong Bai, akhirnya mereka tiba di ruang tamu istana utama. Semua anggota keluarga kekaisaran tengah berkumpul.Qiang Jun menghela nafas pelan.‘Kan. Sudah kuduga,’ pikirnya.Ming Yue segera membungkuk sopan.“Maaf membuat Anda menunggu, Yang Mulia.”Sementara Qiang Jun hanya mengangguk singkat. Sikap sopan minimal yang selalu dilakukan

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 131

    “Tunggu. Apa?” Qiang Mingze memiringkan kepalanya tak paham. ”Kenapa kau tidak mau?”Qiang Jun hanya mengangkat kedua bahunya santai.“Saya hanya tidak mau melakukannya,” jawabnya asal.Aula sontak makin riuh oleh bisikan, namun Qiang Jun tidak menggubris. Ia justru menoleh pada istrinya.“Tidak apa, kan, Yue?”Ming Yue menatap suaminya sejenak, lalu tersenyum tipis.“Aku hanya mengikutimu saja.”Senyuman lega terbit di bibir pria itu.“Kalau begitu, kita kembali.”Ming Yue mengangguk pelan. Mereka berdua lalu membungkuk sopan.“Kami masih ada pekerjaan lain yang harus dilakukan, Yang Mulia. Jika berkenan, kami permisi lebih dulu,” ujar Ming Yue pamit.“Terima kasih banyak atas penghargaan Anda,” tambah Qiang Jun.Qiang Mingze terpaku sesaat. Dalam hatinya, sempat berharap. Tapi akhirnya ia menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya.“Baiklah. Kalian boleh pergi,” balasnya mengizinkan.Pasangan itu pun bangkit. Dan melangkah pergi meninggalkan aula yang masih sedikit ribut karen

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 130

    Hari-hari berlalu, bulan berganti. Sudah cukup lama setelah hari eksekusi Qiang Yuze, beserta pengikutnya yang ikut dihukum.Rasanya terlewat begitu saja dengan damai.Organisasi milik Pangeran kedua telah resmi berubah menjadi Qin Ai Yue. Dan bisnisnya berkembang lebih pesat.Qiang Jun berjalan menuju kamar istrinya. Namun ketika pintu terbuka, ia hanya menemukan Xiao Lin yang sedang merapikan tempat tidur.“Di mana Yue?”Xiao Lin menoleh dan menjawab.“Nona berada di kuil, Tuan.”Qiang Jun menghela nafas panjang.Ming Yue jadi lebih sering berada di kuil. Terus berusaha memecahkan kode dari gulungan kertas pemberian Ayahnya.Qiang Jun segera bergegas pergi ke kuil.Kuil yang berada di puncak gunung itu kini sudah direnovasi oleh orang-orang Qin Ai Yue.Selain bangunan kuil utama, di bagian belakang ternyata terdapat pula rumah para pelayan dewa. Taman yang rindang, juga perpustakaan penyimpanan manuskrip lama.Tempat itu kini jauh lebih hidup. Bahkan beberapa anggota Qin Ai Yue memut

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 129

    Ming Yue merapatkan bibirnya, mencoba menahan senyuman.‘Sudahlah. Dari pada dia terus merajuk,’ pikirnya pasrah.Perlahan, kedua tangan terulur merangkul lengan Qiang Jun yang ada di atasnya.“Baiklah,” bisiknya lembut. “Akan kutemani kau semalaman.”Seketika mata Qiang Jun berkilat penuh semangat, bahkan sedikit liar. Ia tidak menunggu sedetik pun.Dengan cepat pria itu menunduk dan meraup bibir Istrinya. Mencium dengan rakus. Melumat habis setiap helaan napas Ming Yue.Lidahnya membelit, menuntut, seolah ingin menandai bahwa wanita itu adalah miliknya seorang.Tangan Qiang Jun turun. Menarik satu kaki Ming Yue ke atas tubuhnya dan mencengkeram dengan posesif.‘Di kehidupan kali ini, kau hanya perlu melihatku. Hanya aku,’ gumamnya dalam hatiMembuat ciumannya semakin dalam, sedikit brutal namun dipenuhi cinta yang membara.Hari-hari berlalu. Sudah satu minggu sejak kaisar menunda hukuman Qiang Yuze.Akhirnya, para bangsawan kekaisaran berkumpul di aula pengadilan. Beberapa warga pun

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 128

    Ming Yue berhasil keluar dari istana secara diam-diam. Langkahnya ringan seperti bayangan.Ming Yue teringat memiliki janji dengan seseorang. Dan sesuatu yang harus ia pastikan sendiri.Hingga akhirnya tiba di dekat gerbang penjara kerajaan.Seperti yang pernah Ming Yue lakukan sebelumnya, dia menyebarkan asap untuk membuat mereka tertidur sementara.Setelah beberapa saat, Ming Yue melesat masuk dengan cepat. Dia pergi ke sel penjara Qiang Yuze berada.Dan saat berdiri di depan jeruji, langkahnya berhenti. Sesaat, Ming Yue terdiam.‘Cih. Apa dia secepat ini mati?’ pikirnya. Berdecak kesal.Namun masih ingin dia pastikan.Kondisi Qiang Yuze sangat menyedihkan.Dengan wajah pucat, dan tubuhnya terkulai terlihat sekarat. Darah masih menetes perlahan dari luka di lengannya.Ming Yue berjongkok dan memeriksa nadinya. Masih ada, walau tipis. Bagai nyala lilin yang sebentar lagi padam.Ming Yue mengembuskan napas, kemudian menggigit ujung jarinya. Setetes darah muncul, dan ia memberikannya p

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 127

    “Kenapa dia?” tanya Ming Yue. Masih terlihat tenang.An Rong menarik nafas.“Pangeran kedua bertengkar dengan Kakakku, sampai mengeluarkan pedang.”Mendengar hal itu, Ming Yue mengernyit. Tanpa berkata lagi, ia bergegas menuju halaman belakang. An Rong mengikuti dari belakang.Begitu tiba di area tanah luas dekat gazebo, mereka mendengar denting besi tajam. Dua orang tengah bertarung cukup serius. Dengan ekspresi sama-sama kesal.Ming Yue berhenti di dekat kakaknya, Ming Hao. Serta dua pria kembar yang berdiri santai seolah menonton pertunjukan.“Kenapa kalian hanya diam? Bukannya menghentikan mereka?” tegur Ming Yue.Ming Hao menaikkan kedua bahunya santai.“Biarkan saja. Ini menyenangkan,” katanya. Sambil mengunyah camilan.“Awalnya kita sedang main kartu. Tapi Kakak kedua selalu kalah,” ujar Qiang Shen.“Dan dia memergoki An Beiye ternyata curang. Akhirnya marah dan langsung menghajarnya, sampai jadilah seperti sekarang,” sambung Qiang Rui menjelaskan.Ming Yue memejamkan mata sing

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status