Home / Zaman Kuno / Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas! / Bab 5. Keberhasilan Langkah Pertama

Share

Bab 5. Keberhasilan Langkah Pertama

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2025-07-26 14:22:30

Awas! Hati-hati membawa yang itu!" Seru Hana pada pelayan yang sibuk membawa bahan dapur, baju, dan perlengkapan baru pribadi Dalia lainnya. 

Dalia duduk tenang di halaman depan kediamannya, sementara Odine izin pergi mengurus sesuatu. Dalia yakin wanita itu sekarang tengah mengadu pada Salsa.

Sempurna. Dia berhasil. 

Meskipun beberapa bahan dapur yang dikirim ada yang mendakati masa busuk, tetapi setidaknya jatah uang bulanannya turun dengan utuh. Dalia bisa meminta Hana membelinya secara pribadi nanti. 

"Nona, bagaimana Anda tahu cara membujuk perdana menteri?" tanya Hana semangat, tergambar jelas di wajahnya bahwa wanita itu senang. 

Dalia menggeleng pelan. "Aku hanya menyampaikan kebutuhanku." Lalu menyeruput tenang teh hangatnya. 

Setelah sebelumnya sempat bersitegang dengan keluarganya, kini Dalia dapat menikmati waktunya sendiri untuk menjadi tenang. 

Tetapi tidak tenang seutuhnya, masih terlalu dini untuknya merasa puas. 

Badai utama yang merenggut nyawanya belum muncul, Dalia masih harus bersiap untuk minggu depan, ulang tahun perdana menteri. 

Di tengah ketenangannya, tiba-tiba pelayan wanita asing muncul membawa nampan berisi dua kotak tertutup. 

Dalia hanya melirik singkat, sementara Hana segera menghapus raut wajah ramahnya dan menggantinya dengan penuh kewaspadaan. 

Dia maju selangkah untuk menahan pelayan tak dikenal itu mendekati Dalia. 

"Minggir," ucap pelayan itu dengan arogan. 

Hana tak bergeming dari posisinya, wajah manisnya berubah galak. "Apa matamu buta? Nona pertama sedang beristirahat."

Pelayan yang membawa itu tampaknya terkejut karena Hana berani membalasnya, lalu bibirnya dengan cepat tersenyum dingin. 

"Kondisi seperti ini masih menyebutnya 'nona pertama'? Jangan kurangajar! Aku kiriman nona kedua!" 

Hana yang mulai berani karena sudah memiliki pengalaman menampar pelayan selir Nada pun membalas senyum dinginnya. 

"Maksudmu putri selir itu? Dia bahkan tidak menyandang marga keluarga perdana menteri, dengan kondisi seperti itu masih mau menyebutnya 'nona kedua'?" 

Dalia diam-diam tersenyum tipis mendengar Hana membalas dengan lincah, kenapa dia tidak pernah mengetahui bakat Hana yang satu ini?

Seandainya sejak awal Dalia tegas dan berani, Hana pasti tidak akan berakhir tragis bersama dirinya di kehidupan sebelumnya. 

Tersulut emosi karena kalimat tajam Hana, pelayan itu pun mulai melotot galak. "Kau--!"

"Alih-alih memberi salam padaku, kamu justru mendebati pelayan pribadiku?" Sela Dalia tenang, membuat kalimat pelayan asing itu tertahan. 

Hana menoleh dan kembali ke sebelah Dalia, matanya menatap sinis pelayan asing itu. 

Pelayan asing itu tampak terkejut karena Dalia tiba-tiba menegurnya, raut wajahnya terlihat takut namun dia masih tetap keras dengan statusnya sebagai utusan Salsa. 

"Pelayan Anda lah yang menghalangi saya, nona. Saya--"

"Siapa yang mengizinkanmu bicara dengan kepala tegak padaku?" Potong Dalia lagi. 

Pelayan asing itu mencengkeram nampan di tangannya, kenapa nona pertama Ishraq yang selalu penurut terasa sangat mendominasi sekarang?

Melihat pelayan itu terdiam karena bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah, Dalia beralih melirik Hana. 

"Buka kotaknya."

Hana mengangguk patuh, lalu mendekati pelayan asing itu lagi dan mengambil alih nampannya sambil mendengus. 

Setelah dibuka, kotak pertama berisi tusuk rambut emas bunga pulm, sedangkan kotak kedua adalah kue kacang. 

Dalia meraih kotak yang berisi kue kacang, lalu membuangnya ke tanah di depan pelayan asing itu langsung. 

Pelayan itu terkejut dan mulai membentak. "Lancang! Itu pemberian nona kedua! Berani sekali kamu!"

BUGH!

Dalia kini melempar kotak kue kacang itu ke kaki sang pelayan, membuatnya terjatuh dan berlutut di tanah menghadap dirinya. 

"Pertama, seluruh keluarga di sini tahu bahwa aku alergi kacang, lalu nona mu memberiku barang ini? Kedua, kamu berteriak saat bicara padaku. Katakan, kini siapa yang lancang?"

Pelayan itu terdiam, raut wajahnya kini memerah karena malu dan marah. 

Dia tidak menyangka Dalia Ishraq tiba-tiba menjadi gila dan menekan semua orang. Apa yang membuatnya mendadak berubah drastis seperti ini?!

"Sampaikan terima kasihku pada nona mu atas tusuk rambut ini, lupakan kue kacang ini, mungkin adik perempuanku lupa," ujar Dalia. 

Pelayan asing itu hanya diam dan menunduk, membuat Hana yang melihatnya segera bicara. 

"Kau tidak dengar? Nona pertama menyuruhmu pergi! Cepat berdiri!" 

Pelayan asing itu segera berdiri, kakinya terlihat jelas gemetar. 

Dalia tersenyum tipis, lalu melirik kue kacang yang dia buang ke tanah. 

Salsa, wanita itu ingin menguji dirinya? Sepertinya dia sudah mendengar kabar dari para pelayan bahwa Dalia Ishraq mulai 'memberontak'. 

Sebelumnya Salsa memang sering mengiriminya kue kacang, tetapi Dalia tak pernah menolak atau berkomentar apa pun karena tidak mau ambil pusing dan menganggap mungkin wanita itu tidak tahu. 

Tetapi melihat kejadian hari ini, Dalia tersadar. Kue kacang itu sepertinya sebagai bentuk 'pemeriksaan' Salsa, apakah dirinya masih menurut atau tidak. 

Mustahil Salsa tidak tahu dirinya alergi kacang, sejak awal dia masuk ke kediaman perdana menteri, pelayan senior yang mengajarkan seluk beluk kediaman ini padanya pasti sudah turut menjelaskan.

 

Sementara itu di tengah taman penuh bunga, wanita dengan raut wajah manis yang polos tengah memotong duri-duri bunga mawar merah yang baru saja dia ambil. 

Tak lama pelayan pribadinya mendekat dan berbisik. "Nona kedua, nona pertama membuang kue kacangnya ke tanah. Dia bahkan menekan pelayan utusan Anda."

Mendengar informasi dari pelayan pribadi, gerakan menggunting duri Salsa terhenti. 

Sorot mata polosnya berubah tajam, lalu dia tersenyum dingin. "Apa yang membuatnya berubah hari ini?" 

Odine yang sudah berlutut ketakutan di tanah menggeleng. "Tidak ada yang tahu, nona. Saya bahkan tak diberikan celah sedikitpun untuk mengendalikan situasi di ruangan perdana menteri." 

"Konyol, angsa cacat sepertinya tidak berhak mengangkat kepala di hadapanku," balas Salsa, lalu melirik Odine lagi. "Lalu?"

"Baju baru yang seharusnya tak ia dapatkan di ulang tahun perdana menteri kini... Sedang dikirim ke kediamannya. Nona, kita tidak boleh membiarkannya mengambil perhatian orang-orang!" jawab Odine lagi. 

Salsa tersenyum tipis, lalu menatap batang bunga mawar merahnya lagi yang masih memiliki banyak duri. 

"Tidak akan ada yang bisa tampil lebih mencolok dariku, bahkan Nadine Guifei. Kaisar hanya akan memperhatikan ku nanti," ucap Salsa dengan nada yang manis. 

Tak lama setelahnya sorot matanya mendadak dingin. "Beri pelajaran wanita itu, kasih peringatan padanya agar dia ingat siapa yang akan dia lawan jika berani membangkang." 

"Baik, nona." Odine tersenyum samar dan mengangguk patuh, dia bersyukur Salsa menyadari Dalia memang mulai sulit diatur, sehingga dirinya tidak dihukum.

Salsa tersenyum puas, tangan kanannya meraih gunting lagi dan memotong langsung batang mawar. Memisahkan batang dan kelopak bunganya. 

"Dalia Ishraq," gumamnya, lalu memberi jeda sejenak. 

"Memangnya kenapa kalau dia memiliki marga Ishraq? Aku akan menginjaknya seperti kotoran!" lanjutnya, lalu melempar batang penuh duri itu ke tanah. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 9. Kesepakatan Dengan Sang Adipati

    Dalia tetap tenang, sementara Hana sudah menangis ketakutan. "Nona pertama keluarga Ishraq, Dalia Ishraq."Begitu jawabannya terlontar, Faqih dan Bima melirik cepat ke arah adipati Gara."Nona yang ini, yang mulia," bisiknya. Meskipun begitu, adipati Gara tetap menarik keluar pedangnya dan menyodorkannya ke wajah Dalia. "Apa saja yang kamu dengar?"Dalia menunduk, raut wajahnya tak menunjukkan kepanikan sama sekali. Hal ini cukup menarik perhatian mereka. "Huanghou memberikan racun pada orang dalam kediaman perdana menteri untuk Nadine Guifei." Adipati Gara menaikkan alis kirinya sekilas, diam-diam terkejut dengan keberanian Dalia.Wanita lain biasanya akan menangis dan gemetar, lalu memohon agar diampuni. Tetapi tidak dengan Dalia, wanita itu tetap tenang dengan sorot mata dinginnya. "Katakan, kamu ingin dibungkam dengan cara seperti apa?" tanya adipati Gara lagi sambil menempelkan badan tumpul pedangnya yang dingin. "Wangye, tetapi dia--" Saat Bima hendak mengingatkannya, pr

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 8. Menghindar

    "Nona, gawat! Pakaian yang sempat saya cuci tadi malam kini penuh dengan kotoran! Bahkan beberapa bagiannya terpotong!" Hana melapor dengan napas terengah-engah. Pagi ini saat hendak membantu Dalia menyiapkan diri untuk acara ulang tahun perdana menteri, Hana ingin mengambil pakaian baru yang akan dikenakan Dalia. Tetapi sayang, dia malah mendapati pakaian itu sudah menggenang di genangan air bercampur tanah. Wajah Hana menahan tangis, sepertinya wanita itu kebingungan, marah, dan sedih atas apa yang menimpanya. Acara ulang tahun perdana menteri dilaksanakan pagi menjelang siang, waktu Dalia untuk bersiap pun tidak banyak. Dalia tersenyum tipis dan mengelus kepala Hana. "Lupakan baju itu, aku juga tidak berniat mengenakannya."Hana terlihat keberatan. "Tetapi, nona... Jika Anda datang di acara itu hanya dengan baju sederhana, Anda akan menjadi bahan tertawaan. Perhatian juga pasti hanya jatuh di nona Salsa!"Dalia terkekeh tipis melihat Hana sangat bersemangat membantunya untuk

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 7. Petunjuk Tersirat

    "Nona, dari mana Anda tahu bahwa racun itu disembunyikan di rumah para pejabat bangsawan?" tanya Hana penasaran, dia jarang melihat nona-nya banyak bicara terlebih di urusan orang asing. Dalia hanya tersenyum tipis. "Karena aku tahu, itu saja."Hana menghela napas tipis, menyadari Dalia enggan memberitahu dia tidak berani bertanya lagi. Kemudian bibir Hana tersenyum lebih dalam. "Tetapi kenapa Anda tidak menjawab saat tuan tadi bertanya? Bukankah jika adipati Gara tahu Anda membantunya maka--""Maka kita tidak akan tahu bencana atau keberuntungan yang akan menunggu." Potong Dalia. Hana menatap Dalia tidak mengerti. "Kenapa bisa tidak beruntung? Adipati Gara memiliki kekuatan besar yang bisa menguntungkan Anda, bukan? Bahkan lebih baik jika dia menikahi Anda."Dalia melirik tajam. "Jika kamu ingin menikah dengannya maka silahkan saja, jangan bawa namaku." Hana mengerucutkan mulutnya. "Aku kan hanya mendoakan hal baik untuk nona. Lagi pula adipati Gara juga belum menikah, tidak ada

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 6. Adipati Gara?

    Hari ini Dalia diam-diam menyelinap keluar dari kediaman Perdana Menteri untuk menjual tusuk rambut emas pemberian Salsa sebelumnya. Tidak ada alasan untuk menyimpan tusuk rambut tersebut, dia butuh dana untuk memperbaiki kediamannya dan membeli beberapa kebutuhan lain yang tak dilengkapi kediaman. Kepalanya mengenakan topi tudung menjuntai untuk menutup wajahnya, seorang wanita bangsawan tidak diperkenankan untuk memunculkan wajahnya di khalayak rakyat. Sebelum keluar dia sempat meminta Odine untuk menjemur beberapa karung bunga telang agar dapat diolah menjadi teh untuk mengelabui perhatiannya. Dalia juga membeli beberapa bahan makanan, selimut baru, dan beberapa pasang baju. Terakhir kali ia menerima pakaian baru--entahlah, dia sendiri pun lupa. "Nona sepertinya belakangan ini Anda mulai menjauhi Odine, apa aku salah?" tanya Hana tiba-tiba. Dalia melirik sekilas. "Bagaimana denganmu?"Mendengus kasar, Hana meremas belanjaannya. "Bahkan sejak awal melihatnya aku sudah mengatak

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 5. Keberhasilan Langkah Pertama

    Awas! Hati-hati membawa yang itu!" Seru Hana pada pelayan yang sibuk membawa bahan dapur, baju, dan perlengkapan baru pribadi Dalia lainnya. Dalia duduk tenang di halaman depan kediamannya, sementara Odine izin pergi mengurus sesuatu. Dalia yakin wanita itu sekarang tengah mengadu pada Salsa.Sempurna. Dia berhasil. Meskipun beberapa bahan dapur yang dikirim ada yang mendakati masa busuk, tetapi setidaknya jatah uang bulanannya turun dengan utuh. Dalia bisa meminta Hana membelinya secara pribadi nanti. "Nona, bagaimana Anda tahu cara membujuk perdana menteri?" tanya Hana semangat, tergambar jelas di wajahnya bahwa wanita itu senang. Dalia menggeleng pelan. "Aku hanya menyampaikan kebutuhanku." Lalu menyeruput tenang teh hangatnya. Setelah sebelumnya sempat bersitegang dengan keluarganya, kini Dalia dapat menikmati waktunya sendiri untuk menjadi tenang. Tetapi tidak tenang seutuhnya, masih terlalu dini untuknya merasa puas. Badai utama yang merenggut nyawanya belum muncul, Dalia

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 4. "Putri Yang Dibuang"

    "Kak Dalia?"Suara jernih yang manis langsung menyapanya saat ia baru saja keluar dari ruangan perdana menteri. Jantung Dalia seolah berhenti berdetak, gejolak emosi diam-diam merambat ke puncak. Kedua tangan Dalia mengepal tanpa sadar, sorot matanya lebih dingin berkali-kali lipat. Salsa. "Sedang apa kakak di sini?" tanya Salsa dengan senyum manisnya. Dalia berusaha tetap tenang, bayangan rasa sakit antara hidup dan kematian kembali ia rasakan hanya dengan melihat wanita itu. "Menemui Ayah," jawab Dalia pendek. Kening Salsa terlipat, sorot matanya jelas sedang mencurigai sesuatu dan sekilas melirik Odine tajam. Hingga tak lama ia terlihat menghela napas gusar. "Astaga... Apa kakak diomeli Ayah lagi?" tanyanya dengan raut wajah khawatir. Dalia ikut mengerutkan keningnya. "Apa?"Salsa tiba-tiba melangkah maju hendak melewatinya. "Aku akan bantu bicara dengan Ayah, Ayah pasti salah paham lagi." Dalia dengan cepat merentangkan tangan kirinya, memblokir langkah Dalia. Apa wanita

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status