Share

Bab 2

Penulis: Charmy
Setelah menutup telepon, Adele tidak langsung pergi ke rumah keluarga, melainkan kembali ke rumahnya terlebih dahulu.

Setelah bertahun-tahun dihias dengan cermat olehnya dan Darren, unit apartemen seluas lebih dari 300 meter persegi itu tidak terasa kosong sama sekali, malah terasa sangat hangat dan nyaman.

Dulu, dia mengira tempat ini akan menjadi rumah mereka berdua untuk selamanya.

Namun, sejak semalam dia mengetahui Darren telah mengkhianatinya, tempat ini sudah tidak lagi memiliki arti yang sama.

Cincin kawin yang seharusnya mereka tukarkan di hari pernikahan, telah Darren berikan padanya lebih awal. Dua cincin itu adalah desain khusus yang dibuat Darren sendiri, Adele bahkan menyaksikan sendiri prosesnya, bagaimana Darren menggambar sketsa demi sketsa hingga desainnya jadi.

Saat itu, Darren memeluk Adele erat dan menjelaskan dengan penuh harapan di wajahnya, "Ada celah tersembunyi yang aku rancang di cincin ini. Kalau dua cincin ini disatukan, akan membentuk pola hati. Itu artinya kita nggak akan pernah terpisah."

Adele menarik diri dari kenangan itu. Tanpa sedikit pun rasa berat hati, dia mengeluarkan cincin itu dan menghubungi layanan pengiriman instan di dalam kota.

"Halo, aku ingin melakukan pemesanan kirim barang ...."

Berhubung mempelai wanita untuk hari pernikahan nanti telah digantikan oleh Susanti, maka dua cincin yang penuh makna ini, tentu seharusnya juga diberikan kepadanya.

Setelah memesan agar cincin itu dikirim tepat pukul sembilan pagi di hari pernikahan dan melihat kurir mengambil paket tersebut, Adele akhirnya bisa menghela napas lega.

Di rumah seluas 300 meter lebih itu, ada terlalu banyak kenangan akan cinta antara dirinya dan Darren. Sebelum pergi, dia akan memastikan semuanya kembali seperti sedia kala seolah dirinya tidak pernah ada di sana.

....

Saat Adele tiba di rumah keluarga, matanya masih tampak merah dan sembap.

Ibu Darren yang bernama Kelly, melihatnya masuk dengan mata memerah, langsung melirik ke arah belakangnya dua kali. Namun karena tidak melihat bayangan Darren, wajahnya pun tampak bingung.

"Kenapa sampai nangis begitu? Apa Darren menyakitimu?"

Adele tidak tahu harus kepada siapa dia mencurahkan rasa kecewa dan perih di hatinya. Sekalipun Kelly sangat menyayanginya, kasih ibu kandung terhadap anaknya tetap tak tergantikan. Adele berusaha mengendalikan emosinya dan memaksakan diri untuk tersenyum.

"Nggak, tadi anginnya kencang di luar, jadi mataku kelilipan," kata Adele sambil mengangkat tangan mengusap matanya, sekalian menyeka air mata yang sempat mengalir. Wajahnya pun kembali seperti biasa.

Kelly pun menghela napas lega, lalu tersenyum sambil berkata, "Kalau Darren berani macam-macam sama kamu, kamu harus bilang ke Ibu. Biar Ibuyang urus dia."

Tak lama setelah Adele tiba di rumah keluarga, mobil Darren pun masuk ke garasi bawah tanah. Berhubung dia tidak kunjung naik ke atas, Kelly pun menyuruh Adele untuk memanggilnya.

Begitu tiba di garasi, Adele langsung melihat mobil yang lampunya masih menyala.

Darren duduk di dalam mobil sambil merokok, wajahnya penuh konsentrasi menatap layar ponselnya. Dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Adele yang berjalan mendekat.

"Kamu pakai baju begini untuk godain aku, nggak mau turun dari ranjang lagi ya?"

Dari dalam ponsel, terdengar suara manja Susanti, "Ini bonus spesial buat kamu. Kesempatan langka, jangan sampai kelewatan. Malam ini jangan lupa datang ya ...."

Darren mengumpat pelan dan membalas dengan kejam, "Lihat saja mau gimana kuhabisi kamu nanti malam."

Begitu panggilan itu berakhir, Darren masih tampak terbakar oleh hasrat. Dia menyulut sebatang demi sebatang rokok untuk mencoba meredam gejolak dalam dirinya.

Adele memandangi Darren, sosok yang hari ini terasa sangat asing baginya. Seluruh bayangan tentang Darren di hatinya, hancur tak bersisa.

Laki-laki yang dulu begitu dia yakini mencintainya sepenuh hati, ternyata bisa bersikap lembut pada dua wanita sekaligus dan bahkan tergila-gila seperti itu pada orang lain.

Sudut bibir Adele terangkat membentuk senyum getir, tapi perutnya terasa mual dan melilit.

Suara mobil yang dimatikan terdengar. Darren mematikan rokok dan bersiap membuka pintu.

Namun, tepat sedetik sebelum Darren keluar dari mobil, Adele telah berbalik dan meninggalkan garasi. Mereka kembali ke lantai atas hampir bersamaan. Saat itu, para asisten rumah tangga sedang menata hidangan di meja makan.

Melihat mereka datang, Kelly melirik Darren dengan kesal. "Kamu ngapain saja selama itu? Harus Adele dulu yang turun manggil, baru kamu mau naik!"

Ekspresi Darren langsung membeku. Dia panik seketika dan menoleh cepat ke arah Adele.

"Kamu tadi sempat ke bawah nyari aku?"

Adele menatap Darren dengan ekspresi tenang, lalu mengangguk ringan. "Iya, tapi begitu lihat kamu lagi telepon, aku langsung balik lagi. Kenapa?"

Darren memandangi Adele cukup lama. Ekspresinya masih tegang saat bertanya, "Kamu dengar aku lagi telepon sama siapa?"

Dalam hati Adele merasa ini semua sangat ironis, tapi wajahnya tetap tidak menunjukkan tanda-tanda aneh. "Nggak. Bukannya kamu lagi ngomong sama klien? Siapa lagi coba?"

Adele menatap Darren dengan tenang. Dia jelas melihat bagaimana Darren langsung menghela napas lega dan ekspresinya perlahan kembali ke wajah lembut yang selama ini dia kenal. Tangan Darren terangkat, mengusap kepala Adele dengan gerakan pelan dan lembut.

"Bukan klien. Itu dari panitia gala amal minggu depan. Aku pesankan perhiasan baru untuk kamu, tadi mereka telepon soal itu. Mau sampai kapan pun, kamu selalu harus jadi wanita paling bersinar di sisiku."

Setelah Adele berhasil diselamatkan dulu, Grup Halsinky rutin menyelenggarakan gala amal setiap beberapa waktu. Seluruh dana yang dikumpulkan dari acara itu akan didonasikan penuh lewat yayasan amal yang diberi nama sesuai nama Adele.

Semua itu dilakukan Darren demi mendoakan keselamatan dan kesehatan Adele, agar hidupnya ke depan tidak lagi dirundung bencana. Sebagai seseorang yang tidak percaya Tuhan maupun dewa, Darren bersedia melakukan itu semua demi Adele. Saat itu, Adele benar-benar terharu sampai tidak bisa berkata-kata.

Namun kini, perasaannya tidak lagi tersentuh. Dia hanya menjawab datar, "Kamu atur saja, aku ikut."

Setelah makan malam, Kelly mengambil sebuah kotak kayu merah dan membuka isinya. Di dalamnya ada sebuah gelang giok yang dia keluarkan dan langsung dipakaikan ke pergelangan tangan Adele.

"Ini adalah pusaka keluarga yang diwariskan untuk menantu perempuan Keluarga Halsinky. Akhirnya setelah sekian lama, benda ini akan sampai juga ke tanganmu."

Kelly tersenyum hangat dan penuh kasih, pandangannya bergantian tertuju pada Adele dan Darren. Adele menunduk menatap gelang giok di pergelangan tangannya. Batu gioknya bening dan bercahaya, menonjolkan kelembutan serta putihnya kulit tangannya.

Namun, dia tidak berniat untuk mengaguminya.

Adele hanya tersenyum tipis, lalu perlahan melepas gelang itu dan meletakkannya kembali ke dalam kotak. "Aku mengerti maksud Tante. Tapi karena ini benda yang begitu bermakna, lebih baik diberikan saat hari pernikahan nanti saja."

Karena Adele bersikap tegas, Kelly pun hanya bisa berkata bahwa gelang itu akan dia pakaikan sendiri di hari pernikahan nanti. Menyadari Darren beberapa kali melirik jam dengan gelisah, Adele pun langsung mencari alasan untuk pamit pulang.

Di perjalanan pulang, perutnya mendadak terasa nyeri. Saat itulah Adele baru sadar bahwa siklus bulanannya datang lebih cepat dari perkiraan.

Setelah sampai di rumah, Darren merebus air hangat dan membantu Adele melepas sepatu dan kaus kakinya, lalu menyiapkan air rendaman untuk kakinya.

Adele menunduk memandangi pusaran rambut di kepala Darren. Dadanya terasa seperti terkoyak. Dia sudah jelas-jelas tidak setia lagi, tapi kenapa masih bisa bersikap begitu lembut seperti dulu?

Ternyata, sikap penuh perhatian dan cinta seperti ini juga bisa dibuat-buat.

Setelah berbaring di tempat tidur, tangan besar Darren perlahan memijat lembut perut Adele.

Rasa kantuk mulai menyergapnya. Namun, Adele tahu jelas tujuan Darren memanjakannya seperti ini adalah untuk membuatnya cepat tidur. Justru karena tahu itulah, dia sama sekali tidak bisa benar-benar tertidur.

Tak lama kemudian, ponsel Darren bergetar pelan dua kali.

Adele merasakan Darren mengambil ponsel dan seiring dengan napasnya yang tiba-tiba menjadi lebih berat, gerakan tangannya juga menjadi sedikit lebih kuat.

Seolah sesuai harapannya, Darren mengira Adele sudah tertidur karena napasnya perlahan menjadi stabil. Darren pun perlahan turun dari ranjang dan berganti pakaian dengan hati-hati, lalu buru-buru keluar rumah.

Adele berdiri di dekat jendela, memandangi mobil yang melaju cepat dan menghilang dalam kegelapan. Jemarinya mengepal erat, hingga kuku-kukunya menancap ke telapak tangan. Namun, dia tidak merasa sakit sama sekali.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kejutan Untuk Pengkhianat Cinta   Bab 25

    Di bawah kepemimpinan Darren, Grup Halsinky perlahan-lahan menguasai setengah kekuatan bisnis di seluruh Kota Jarcos. Dia mulai memperluas bisnisnya ke luar negeri dan tujuan pertamanya adalah Paris, Prancis.Dulu semua orang mengejek tindakan gegabah Darren saat mencari Adele, tetapi kini tidak ada seorang pun yang berani membicarakannya lagi. Bahkan sebaliknya, mereka mulai memuji betapa dalam cintanya Darren kepada Adele, seakan-akan sepenuhnya melupakan kenyataan bahwa dulu Darren pernah berselingkuh sebelum pernikahan dan bahkan membuat wanita lain hamil.Begitulah, ketika kekuasaan sudah berada di tangan, semua kata-kata hinaan akan lenyap tanpa jejak. Darren merasakan sendiri bagaimana manisnya kekuasaan, tetapi hal itu sama sekali tidak membuatnya bahagia. Atau lebih tepatnya, sejak hari Adele pergi, Darren telah kehilangan hak untuk merasa bahagia.Dia telah mengkhianati Adele. Berdasarkan janjinya sendiri, dia pantas hidup sebatang kara hingga akhir hayat. Kebahagiaan seharus

  • Kejutan Untuk Pengkhianat Cinta   Bab 24

    Setelah kembali dari Kota Jarcos ke Paris, Adele tidak lagi diganggu oleh orang-orang yang dulu mengaku sebagai temannya di dalam negeri. Hidupnya perlahan kembali tenang.Sementara itu, di dalam negeri, sejak kepergian Adele, Darren hidup layaknya mayat berjalan. Kelly diliputi amarah sekaligus kesedihan. Wanita yang biasanya anggun itu kini memaki tanpa henti.Ketika Travis masuk ke ruang rawat, dia melihat Darren yang lesu tak berdaya dan Kelly yang tak berhenti mengomel. Seketika, emosinya naik.Travis menarik Darren dari ranjang, lalu menamparnya dua kali dengan keras. Darah langsung mengalir di sudut bibir Darren. Telinganya mendengar bentakan ayahnya yang menggelegar."Darren, lihat dirimu sekarang! Kamu pikir kalau kamu seperti ini, Adele akan kembali? Sekarang dia bahkan nggak akan melirikmu lagi. Kalau terus terpuruk begini, kamu hanya akan membuat semua orang jadi bahan tertawaan!""Kalau kamu nggak peduli pada orang lain, setidaknya lihat ibumu! Lihat dia sekarang! Ini kare

  • Kejutan Untuk Pengkhianat Cinta   Bab 23

    Kelly yang menunggu di luar langsung merasakan firasat buruk saat melihat Sonny masuk ke ruangan. Jadi, ketika Adele dan Sonny berniat pergi, Kelly langsung berdiri mengadang di depan mereka."Adele, kamu mau pergi sekarang? Orang ini temanmu?"Terhadap Kelly, kesabaran Adele memang lebih banyak sedikit dibandingkan untuk Darren, tetapi itu hanya sebatas perbandingan. Sejak malam itu ketika dia mendengar semua percakapan di rumah lama, Adele tidak bisa lagi bersikap ramah kepada Kelly.Menghadapi pertanyaan bernada tidak menyenangkan dari Kelly, Adele hanya menjawab dengan nada datar, seolah-olah ini adalah urusan pekerjaan. "Di antara aku dan Darren, sudah nggak ada yang perlu dibicarakan lagi. Lagi pula, ini pacarku, Sonny."Sonny menyapa Kelly dengan sopan, tetapi Kelly tak berniat membalas sapaan itu. Hatinya dipenuhi keluhan terhadap Adele, nada bicaranya pun sedikit kesal. "Adele, kamu dan Darren putus belum sampai dua bulan. Kenapa kamu sudah ....""Kamu nggak bisa lihat betapa

  • Kejutan Untuk Pengkhianat Cinta   Bab 22

    "Itu sudah pasti! Bagiku, kamu adalah orang yang paling penting!"Tanpa ragu sedikit pun, Darren langsung mengucapkan jawaban itu. Mendengar jawaban itu, sudut bibir Adele terangkat membentuk senyuman mengejek, menusuk mata Darren.Tanpa menyisakan sedikit pun belas kasihan, Adele mengucapkan jawaban yang jauh berbeda dari Darren, "Nggak, kamu nggak akan melakukannya. Kamu nggak rela melepaskanku, tapi juga larut dalam sensasi yang diberikan Susanti. Kalau nggak, kamu nggak akan sebahagia itu setelah tahu dia hamil.""Sekarang kamu menjawab seperti ini hanya karena kamu tahu aku akan meninggalkanmu. Padahal yang paling kamu sesali adalah kamu nggak menyembunyikan perselingkuhanmu dengan lebih baik.""Andai waktu bisa diputar, aku yakin kamu akan mengatur Susanti tinggal jauh dariku, seumur hidup pun tak masalah, agar kamu bisa memiliki dua-duanya."Wajah Darren seketika pucat pasi, seakan-akan pikiran terdalamnya sedang dibuka lebar-lebar. Telapak tangannya mengepal kuat, tubuhnya berg

  • Kejutan Untuk Pengkhianat Cinta   Bab 21

    Dengan adanya tekad untuk terus bertahan, Kelly tidak perlu memaksa lagi kali ini. Darren dengan sukarela meminta melakukan pemeriksaan kesehatan lengkap dan setiap hari minum obat serta menerima infus.Kesehatan Darren semakin membaik. Namun, hari ketiganya, dia sudah mengurus prosedur keluar rumah sakit.Dia memerintahkan para pekerja untuk bekerja lembur demi memperluas area rumah kaca bunga, lalu meminta asistennya membeli ratusan bibit pohon pir untuk ditanam di dalamnya. Setelah itu, dia memanggil tukang ahli merawat tanaman, menyesuaikan suhu agar pohon pir itu bisa terus berbunga sepanjang waktu ini.Tidak berhenti di situ, Darren juga memesan kembali sebuah cincin khusus, berencana melamar ulang Adele pada hari dia kembali. Kali ini, dia bersumpah tidak akan pernah mengkhianati Adele lagi.Dalam sekejap, satu minggu pun berlalu. Darren mengikuti Kelly seperti bayangannya sepanjang hari, hingga akhirnya telepon dari Adele kembali masuk. Sesuai arahan Darren, Kelly memberi tahu

  • Kejutan Untuk Pengkhianat Cinta   Bab 20

    "Darren, kamu harus sadar. Selama kamu mau bangun, Ibu rela buang harga diri dan memohon pada Adele agar dia mau kembali menemuimu.""Tapi kalau kamu terus koma seperti ini, kamu nggak akan pernah punya kesempatan lagi untuk bertemu dengan Adele ...."Sepertinya kata-kata Kelly itu berhasil, Darren berjuang bangun dari komanya, menggenggam erat tangan ibunya. "Ibu ... aku ingin bertemu Adele!"Kalimat itu seolah-olah menguras seluruh tenaganya. Bahkan dengan alasan sang ayah sakit parah pun, Selina tetap gagal membuat Adele kembali. Darren benar-benar sudah tak tahu lagi harus memakai cara apa untuk menemukan Adele.Dulu, Kelly selalu menganggap Adele seperti anak kandung sendiri dan Adele adalah orang yang berhati sangat lembut. Mungkin kali ini, Kelly benar-benar bisa membuat Adele kembali.Melihat tatapan Darren yang penuh rasa sakit, Kelly sempat ragu sejenak, tetapi akhirnya dia mengalah dan menyetujui permintaan Darren untuk segera menelepon Adele.Namun, telepon yang baru berder

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status