Home / Romansa / Kekasih Pengganti Nona Arogan / Part 1. Kekasih Pengganti Nona Arogan

Share

Kekasih Pengganti Nona Arogan
Kekasih Pengganti Nona Arogan
Author: Arwend Arau

Part 1. Kekasih Pengganti Nona Arogan

Author: Arwend Arau
last update Last Updated: 2025-07-11 07:45:34

"Sial!" Renata mendengus kesal.

Bruk!

"Kenapa, Lu?" tanya Sesil terkejut melihat sahabatnya itu tiba-tiba memukul meja kafe tempat mereka makan.

"Papi, Sil. Dia terus nyuruh gue pulang ke rumah, males!"

"Soal perjodohan itu?"

"Ya, iya. Apalagi coba, males gue!" sahut Renata dengan menekuk mukanya ke atas meja.

Sudah satu Minggu, ayah Renata membujuk anak semata wayangnya itu untuk pulang ke rumah. Namun lagi-lagi Renata menolak. Gadis berusia dua puluh tujuh tahun itu menolak untuk dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya. Sebuah pernikahan bisnis pikirnya, yang akan memperkuat gurita bisnis sang ayah saja.

"Ya udah, pulang sana! Emang lu mau dicoret dari daftar ahli waris keluarga? Nggak enak tahu hidup miskin!" seloroh Sesil membuat kuping Renata semakin panas.

"Bodo amat!" acuhnya. Sambil memainkan gelas minuman di depannya.

"Sorry, gue mesti balik sekarang," pamit Sesil setelah mendapat telepon dari seseorang.

"Elu yang bayar makanannya, ya! Thanks, Re!" pintanya sambil berlalu pergi.

"Mau ke mana, Lu? Eh dasar kampret lu, ya!" jawabnya kesal.

"Ada hal penting banget, dah!" Sesil terlihat melambaikan tangan dan benar-benar berlalu.

Sesaat kemudian, Renata mengambil ponsel dan terlihat menghubungi seseorang. Sudah hampir lima kali dia melakukan panggilan, tapi tidak ada respon sama sekali.

"Ya ampun, Juan! Kamu di mana?" Renata mengguar rambutnya kasar. Merasa tertekan dengan keadaannya kini. Di saat dibutuhkan pria itu malah tidak bisa dihubungi.

Akhirnya Renata memutuskan untuk pergi dari kafe tersebut. Rasa kesal masih bercokol di hatinya.

Sebuah apartemen ternyata menjadi tempat tujuannya sekarang. Satu unit apartemen, Renata hadiahkan untuk seorang pria yang kini menjadi kekasihnya. Sebagai tanda terima kasih wanita kaya itu, karena Juan telah membuat hari-hari Renata menjadi begitu indah dan bahagia. Itu juga yang menjadi alasan Renata tidak ingin dijodohkan dengan pria pilihan orang tuanya.

Renata mematut dirinya di cermin, memoleskan lipstik berwarna merah menyala di bibirnya yang tipis. Walaupun pikirannya sedang kalut, Renata ingin terlihat cantik saat bertemu dengan Juan Xavier--kekasihnya. Pria berusia tiga puluh dua tahun keturunan Brasil yang ia kenal melalui sebuah aplikasi kencan. Rencananya dia ingin meminta Juan untuk mau dikenalkan dengan ayahnya. Semoga setelah ini, ayahnya itu membatalkan perjodohannya.

"Sayang!" panggilnya lembut di balik pintu.

Tidak ada jawaban dari dalam. Namun, saat melihat ternyata pintu tidak terkunci, Renata memutuskan untuk masuk.

Perasaannya mulai tidak nyaman, saat di depan pintu dia melihat ada banyak sepatu berserakan di sana. Perlahan Renata masuk lebih dalam, tanpa suara. Banyak baju tergeletak di lantai, botol-botol minuman berjejer di atas meja, bungkus makanan yang berserakan. Ditambah dengan dentuman suara musik yang sedikit membengkakan telinga.

"Sepertinya ada pesta di sini!" dengusnya semakin kesal.

Renata mendekat ke arah kamar Juan. Telinganya dibuat tambah sakit, saat terdengar suara desahan meresahkan di sana.

Brak!

Renata mendobrak pintu dengan kasar.

Tubuhnya seketika mematung. Cairan bening itu tiba-tiba melesat tanpa izin membasahi pipinya yang putih. Jantungnya berdebar kencang, sorot matanya setajam tatapan elang ,napasnya memburu, kedua tangannya terkepal kuat. Amarahnya memuncak.

Sebuah pemandangan yang tadi sempat terlintas di pikiran Renata kini ada di hadapannya. Sang kekasih ternyata tengah berada menindih seorang wanita muda tanpa busana sehelai pun. Dan terlihat beberapa wanita muda serta pria lain di dekatnya yang tengah terkapar, sepertinya karena pengaruh alkohol dan obat terlarang.

"Juan!"

"Bangsat!"

"Bajingan, Kau!" pekiknya murka.

Lelaki itu dibuat kalang kabut karena kedatangan Renata ke apartemennya. Dia mencari apapun untuk menutupi bagian tubuhnya. Begitu pun wanita yang sedang bersamanya, berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" Juan mendekati Renata yang berada dekat pintu.

Renata menepis tangan Juan yang berusaha menyentuh wajahnya.

"Sayang, jangan salah paham dulu!" Juan kembali meraih tangan Renata yang terus mundur menjauhkan dirinya.

"Oh! Jadi ini alasannya dari tadi elu nggak ngangkat telepon gue? Hah!"

"Bajingan!"

"Plak!"

Tangan Renata mendarat mulus di pipi lelaki yang dulu dicintainya. Napasnya memburu, menahan amarah sekaligus kebencian yang datang bersamaan.

"Sayang, aku minta maaf. Aku bisa jelasin semuanya!"

"Omong kosong, semua sudah jelas. Kita PUTUS ...!"

Gebrak!

Renata membanting pintu dengan keras dan pergi meninggalkan kekasihnya itu dengan rasa yang teramat ngilu.

***

"Mana minumannya, cepat!" Renata yang sudah mabuk berat, terus berteriak meminta kembali segelas minuman.

"Lagi! Lagi!"

Terus seperti itu. Sambil terus meracau tidak karuan.

"Semua minuman ini gue yang bayar! Semuanya ... ayo kita berpesta!" teriaknya keras di tengah suara dentuman musik diskotik. Sambil memegang segelas minuman di tangannya, Renata naik ke lantai dansa. Dengan gaun merah yang terbuka di bagian atas Renata meliukkan badannya yang seksi.

"Cukup, kamu sudah minum terlalu banyak. Sebaiknya aku antar kamu pulang!"

Seorang pria yang merupakan bartender di bar tersebut, tiba-tiba menggenggam tangan Renata dan menyuruhnya untuk berhenti minum.

"Lepasin! Gue mau minum! Gue cuman mau minum!" jawabnya sambil memegang gelas minumannya. Renata menepis tangan pria itu.

"Elu siapa? Elu bukan bokap gue? Mereka aja nggak pernah peduli sama gue! Gue nggak mau kawin, gue nggak mau kawin! Hahaha!" pekik Renata sambil mabuk.

Tiba-tiba seorang pria menghampiri Renata, "Ayo Sayang, kita pesta sampai pagi!"

Pria itu kemudian mulai terlihat menyentuh beberapa bagian tubuh Renata. Bartender yang bernama Noval Sanjaya itu merasa kasian pada Renata, ia langsung menghajar pria itu hingga jatuh tersungkur. Perkelahian pun tak terelakkan, suasana di klub malam itu berakhir ricuh. Tidak lama kemudian Renata menangis histeris. Semua mata kini tertuju pada Renata dan Noval. Wanita muda itu tanpa sadar telah mempermalukan dirinya sendiri. Rasa sakit dan tertekan yang kini mengganggu pikirannya membuatnya kacau.

Renata mencoba berdiri. Belum sempat ia berdiri dengan benar, rasa mual terlebih dahulu hadir. Seketika itu pula ia langsung mengeluarkan isi perutnya dan tepat mengenai laki-laki itu. Tak lama kemudian Renata jatuh pingsan.

Sore menjelang. Suasana Kosan Sesil mulai terlihat ramai. Banyak karyawan yang pulang bekerja untuk beristirahat. Termasuk Sesilia. wanita itu tidak menyangka jika sampai sore menjelang Renata masih belum juga terbangun.

"Re, bangun, Re!" seru Sesil mencoba membangunkan Renata.

"Woy, bangun! Kebakaran ... kebakaran ...!" teriaknya kencang.

Sontak Renata terbangun. "Kebakaran! TOLONG ... kebakaran ...!" Clingak-clinguk Renata dibuatnya.

"Hahaha!" Sesil tertawa kencang melihat tingkah Renata yang kebingungan. Dengan rambut yang acak-acakan seperti singa dan sisa make up yang berantakan.

"Sial! Lu ngerjain gue lagi?" Renata memarahi Sesil yang sedang menggodanya.

"Abisnya lu tidur kayak babi, susah banget dibangunin. Hahaha!" Sesilia tertawa terpingkal-pingkal.

"Aw!" Renata memegang erat kepalanya yang terasa sakit.

"Kok, gue di sini?" tanyanya heran sambil kembali duduk di atas kasurnya.

"Lah, elah. Makannya kalau kagak bisa mabok jangan sok-sokan mabok! Jadinya nyusahin gue, 'kan! Untung aja si Noval ngehubungin gue, kalau kagak ... tamat, Lu!" jawab Sesil sambil menyerahkan segelas air putih pada Renata.

"Noval? Noval siapa?" tanyanya bingung, setelah habis menenggak segelas air yang dibawakan Sesil.

"Noval, Noval Sanjaya!" balas Sesil singkat.

"Noval Sanjaya, tunggu kayaknya gue kenal nama itu?" Renata mencoba mengingat nama yang disebutkan Sesil.

"Iya, gue inget sekarang. Dia yang dulu pernah gue ...." Renata menggantung perkataannya.

"Iya, temen sekolah kita dulu. Lu masih ingat 'kan? Dia sekarang bartender di bar tempat kemaren lu mabok. Dan dia juga yang ngasih tau gue, kalau elu mabok berat kemaren. Terus dia juga yang bantu gue bawa lu ke sini. Dia khawatir banget liat lu jatuh terkulai, dia kira lu pingsan. Tapi kata gue, palingan lu molor, hehee!"

"Dia masih inget sama gue?" Terus-terus?" Renata semakin penasaran dengan cerita Sesil.

"Terus-terus, udah mandi dulu sana! Bau tau badan, lu!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 4. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    "Renata?"Pikirannya langsung tertuju pada wanita yang tempo hari tiba-tiba menyebutnya pacar."Kenapa akhir-akhir ini aku harus berurusan lagi dengan dia."Noval bergegas menuju tempat yang disebutkan menejernya. Dengan membawa sebotol minuman beralkohol pada seorang tamu VVIP. Noval sempat menolak perintah atasannya itu, karena dia pikir itu pekerjaan seorang waiters bukan dirinya. "Permisi, ini minumannya." Sambil melihat ke arah Renata yang tengah tersenyum padanya. "Duduklah, ada yang mau gue jelasin sama lu!" Tangan Renata menggenggam lengan Revan yang akan beranjak pergi."Maaf, aku harus kerja lagi. Permisi." Noval melepaskan genggaman tangan Renata."Lu, udah gue booking. Jadi lu aman, tenang aja," ujarnya dengan santai. Renata membuka sebungkus rokok dan membuat ruangan dipenuhi asap.Noval menghela nafas, kemudian duduk di dekat Renata."Sekarang bicaralah!" "Gue mau minta maaf soal di rumah sakit. Gue terdesak. Papi mau jodohin gue dan gue nggak mau." Renata mengawali c

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 3. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    "Apa? Papi kenal dengan orang ini?" Siapa sangka, seorang William Hadian Robert--ayah Renata, malah kenal lebih dahulu dengan pria yang baru saja Renata lihat. "Papi ... kenal sama laki-laki ini?" Mata Renata terbelalak melihat ayahnya itu langsung menjabat tangan laki-laki yang berperawakan tinggi di sampingnya. Pria itu langsung menyambut hangat jabatan tangan Mr. William. "Selamat malam, Om." Sambil tersenyum dan sedikit membungkukkan badan tanda hormat. "Tentu saja. Dia Noval. Anak muda yang dengan penuh keberanian masuk dalam kobaran api saat mobil papi terbakar. Penyelamat papi dari kecelakaan tiga bulan yang lalu. Kalau nggak ada dia waktu kecelakaan mobil itu, papi mungkin sudah nggak ada di dunia ini," jelas Mr. William pada anak perempuannya itu. "Apa? Papi pasti lagi bercanda, 'kan?" tanya Renata masih memasang wajah terkejutnya. "Papi serius, ah ... sudahlah kamu mana peduli sama papi. Kenapa kamu nggak pernah cerita kalau Noval adalah pacar kamu, papi sanga

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 2. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    Setelah membersihkan badannya, Renata sudah terlihat cantik kembali. Sambil mengeringkan rambutnya yang panjang menggunakan hairdryer, wanita itu mulai menceritakan kenapa dia bisa sampai mabuk berat. "Gila, bener, 'kan dugaan gue. Kalau si Juan ntu cowok red flag," ujar Sesil geram."Tapi, Sil. Gue cinta banget sama dia. Juan selalu bikin gue nyaman," ungkap Renata yang membuat cairan bening itu kembali keluar."Sakit, Sil. Sakit banget!" isaknya perlahan.Tak mau sahabatnya itu kembali bersedih, Sesil beranjak ke dapur dan membuatkan Renata makanan."Udah jangan sedih terus, laper, 'kan? Nih mie kuah ala chef Sesil spesial buat Nona Renata yang cantik." Sesil menyodorkan semangkok mie kuah lengkap dengan topping telur setengah mateng dan sayur serta irisan cabe yang menggugah selera."Cuman mie? Nggak ada yang lain?" Renata mengejek pemberian Sesil."Ya elah, udah bagus gue bikinin. Ya udah sini, buat gue aja!" Sesil mengulurkan tangannya."Becanda. Gitu aja marah!" jawab Renata m

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 1. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    "Sial!" Renata mendengus kesal. Bruk!"Kenapa, Lu?" tanya Sesil terkejut melihat sahabatnya itu tiba-tiba memukul meja kafe tempat mereka makan."Papi, Sil. Dia terus nyuruh gue pulang ke rumah, males!""Soal perjodohan itu?" "Ya, iya. Apalagi coba, males gue!" sahut Renata dengan menekuk mukanya ke atas meja. Sudah satu Minggu, ayah Renata membujuk anak semata wayangnya itu untuk pulang ke rumah. Namun lagi-lagi Renata menolak. Gadis berusia dua puluh tujuh tahun itu menolak untuk dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya. Sebuah pernikahan bisnis pikirnya, yang akan memperkuat gurita bisnis sang ayah saja. "Ya udah, pulang sana! Emang lu mau dicoret dari daftar ahli waris keluarga? Nggak enak tahu hidup miskin!" seloroh Sesil membuat kuping Renata semakin panas."Bodo amat!" acuhnya. Sambil memainkan gelas minuman di depannya."Sorry, gue mesti balik sekarang," pamit Sesil setelah mendapat telepon dari seseorang. "Elu yang bayar makanannya, ya! Thanks, Re!" pintanya sambil berlalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status