Share

Kekasihku Berengsek
Kekasihku Berengsek
Penulis: Triantoro Habil

Pesan singkat

“Beb aku rindu. Aku ingin bertemu denganmu. Di kota yang menurut banyak orang sebagai kota yang istimewa ternyata tidak menurutku. Sebab tidak ada kamu di sini.”

 Yudhis mengingat Kembali pesan singkat yang dikirim kekasihnya kemarin. Perasaanya bermekaran. Bagai bunga matahari yang merekah Ketika terkena sinar matari. Dan membuat orang-orang begitu kagum melihatnya, karena warna daunnya yang kuning menyala dan sungguh mempesona. Yudhis memandangi layar telepon genggamnya. Sembari mesam-mesem, sebenarnya Yudhis juga menyimpan rindu kepada kekasih yang baru saja dikencaninya selama sebulan belakangan ini. Maklum saja, mereka sedang hangat-hangatnya merajut kasih. Sambil mendengarkan sebuah lagu yang didendangkan oleh salah satu grup band yang cukup terkenal di Jakarta, yudhis membayangkan bagaimana saat mereka Kembali bertemu.

 Sedang asyik berkhayal, Yudhis dikagetkan dengan suara teman satu indekosnya yang Bernama Ghai. Nama teman indekosnya ini adalah Ghaisan Agung. Namun teman-temannya yang lain lebih suka memanggilnya Ghai. Tak terkecuali Yudhis. Ghai ini dikenal karena memiliki perawakan yang tinggi besar, wajahnya tampan, rambutnya ikal, sedikit cuek, juga mengendarai motor Vespa yang saat itu digemari oleh teman-teman sebayanya. Maka tak heran jika banyak Wanita yang menyukai Ghai, bahkan tak segan mengajak Ghai kencan. Ghai pun geleng-geleng kepala melihat kelakuan Yudhis yang saat itu tengah mesam-mesem sendiri. “ ngapain sih Dhis cengar-cengir? Gila ya?”. Mendengar ucapan itu Yudhis langsung melemparkan bantal yang ia pakai kearah Ghai. “mau tahu aja!.". Setelah bersiap-siap mereka pun segera berangkat menuju kampus. Di lobi, mereka bertemu dengan Mario, Adit, dan juga Anya. “ Ke kantin belakang dulu yuk. Belum minum kopi nih.” Celetuk Adit. Lantas mereka pun segera menuju kantin. Matari sudah tepat berada di atas kepala. Namun mereka masih saja duduk-duduk di kantin. Anya yang sedari tadi memperhatikan teman-temannya sambil terus menghisap rokoknya, heran melihat Yudhis yang belakangan ini lebih sering memperhatikan telepon genggam dari pada mengobrol dengan yang lain. “lagi mikirin yang jorok-jorok ya dis?” celoteh Anya. “sembarangan aja.” Yudhis baru ingin membantahnya sudah di sela oleh Ghai “ngebayangin siapa lagi kalo bukan Shaina.”.

“ Baru juga sebulan pacarana sudah ditinggal ke luar kota” Adit menimpali. Mereka pun tertawa Bersama-sama. Terkecuali Yudhis yang terlihat cemberut.

 Menjelang mata kuliah terakhir hari itu mereka berlima baru masuk ke dalam kelas. Di tengah pelajaran Yudhis asyik sendiri memainkan telepon genggamnya. Terlihat dari wajahnya yang sumringah sedang menunggu pesan singkat dari kekasihnya. Yudhis membayangkan kalimat apa yang akan dia ketik selanjutnya. sedang asyik memainkan telepon genggam. Yudhis sampai kaget saat dia di tanya oleh dosen mengenai mata kuliah yang sedang didiskusikan teman-teman sekelasnya. Yudhis mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan sedikit gugup, karena barang tentu Yudhis tak mengetahui apa yang sedang dibahas saat itu. “Kamu yang duduk baris ketiga paling kiri, dengarkan kalau sedang ada pelajaran. Ini kampus, bukan rumah nenekmu.”  Yudhis pun ditegur oleh dosen tersebut, “cepat masukan telepon genggammu ke dalam tas, atau kamu saya keluarkan”. Sambung dosen tersebut. Sontak teman-teman sekelasnya yang lain cengar-cengir melihat tingkah laku Yudhis. Menjelang akhir pelajaran, dosen yang Bernama Bu Adel tersebut memberikan penutup untuk para mahasiswanya bahwa mereka harus mempersiapkan diri menghadapi ujian Semester. Bu Adel Juga sempat menyinggung kepada para mahasiswanya untuk selalu memperhatikan saat kuliah sedang berangsung. Sontak seluruh mahasiswa yang berada di dalam kelas melirik kearah Yudhis. Yudhis pun malu mendapati dirinya tengah di singgung di dalam kelas. Mata kuliah Bu Adel pun berakhir.

 Di Lorong kampus, Adit dan Anya sedang merencanakan untuk mereka berlima hangout ke sebuah kafe. Di perjalanan Yudhis yang diboncengi oleh Ghai, bercerita mengenai kekasihnya. Yudhis masih belum memahami alasan utama kekasihnya memilih bekerja di luar kota. Yudhis heran kenapa kekasihnya tiba-tiba meninggalakan perkuliahan menjelang akhir semester. Ghai yang mendengarkan sembari menarik gas motor Vespa kesayangannya hanya bisa diam. Yudhis pun melanjutkan terus ceritanya “Ghai, menurutmu, apa aku harus menyusulnya. Jawab dong Ghai, jangan diam terus dari tadi.”. Ghai pun masih saja diam tak memberikan jawaban.

“aku kayanya perlu mencari pekerjaan, aku mau nyusul kesana. Tadi sebelum kita berangkat ke kafe, Shaina bilang kalo dia ke luar kota untuk mencari pekerjaan. Kan aneh, kenapa tidak mencari pekerjaan di sini aja. Heran.”.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status