Share

2. Hukuman 2.

Setelah mendapat perintah dari sekertaris yang bernama Jessika. Cia bersama temanya berlari mengelilingi lapangan basket. Berapa siswa memandang Cia dan Anna yang berlari dengan membawa bunga untuk di berikan pada pria yang di jumpainya setiap mencapai putaran.

"Cia, kau kenapa?" Anna melihat wajah Cia yang terlihat pucat.

"Aku, tidak apa-apa,"

Ucapnya dengan suara pelan. Saat putaran terakhir dan bunga terakhir yang akan di berikan pada orang tanpa sengaja. Cia menabrak punggung pria yang di depannya.

"Kak, ini untuk m– u," Ucapnya dengan terbata-bata, tidak berapa lama tubuh Cia ambruk dalam pelukan pria yang tidak lain adalah Aaron.

"Kenapa harus ketemu dia terus, benar-benar membuat sial," ucapnya dalam hati. Namun dengan sigap ia membawa Cia ke ruang UKS untuk mendapat perawatan.

"Dok, kenapa dengan gadis itu?" tanya Rion yang berada di samping Aaron.

"Dia, hanya kelelahan dan sepertinya dia memiliki mag. Itu sebabnya dia pingsan karena perutnya kosong," Ucap dokter yang bertugas di sekolah.

"Oh! Kalian jaga dia aku harus pergi," ucap Aaron sebelum keluar dari ruang UKS.

"Kau!" Ucap Rion.

"Saya, kak?" tanya Anna.

"Disini tidak ada orang lain. Selain kamu dan temanmu yang pingsan itu bukan!" Anna menundukkan wajahnya saat di tatap oleh Rion.

"Ada apa kak?" tanya Anna pada Rion.

"Kau tetap disini! Hari pertama sekolah tidak ada guru yang mengajar. Jadi kau jaga temanmu, apa kau mengerti?" ucapnya dengan dingin.

"Baik Kak,"

Rion meninggalkan ruang UKS menuju kantin dimana dua temannya tengah menikmati makan siang.

"Bagaimana dengan gadis itu?" tanya James.

"Masih pingsan!" Ucapnya tanpa menoleh pada lawan bicaranya.

"Lama juga dia pingsan," Gumamnya membuat Rion dan Aaron menatap James bersamaan.

"Apa aku salah bicara! Kenapa kalian menatapku seperti itu?" ujar James yang di jawab dengan sorot mata tajam dari dua temannya.

"Aku pergi dulu," Aaron meninggalkan dua temannya, yang saling berdebat hal yang tidak penting. Langkah Aaron terhenti ketika seorang gadis cantik menghalangi jalannya.

"Aaron, aku mencarimu dari tadi. Kenapa kau tidak ada di lapangan? Bukankah hari ini kau berlatih?" tanya Jessika.

"Minggirlah, aku tidak ingin di ganggu."

Setelah itu melanjutkan langkahnya yang terhenti, Aaron brgegas menuju tamiat yang sejak tadi ingin ia datangi.

"Aaron tunggu!!"

Jessika berusaha mengejar Aaron namun. Ia selalu kalah dengan langkah Aaron.

Tidak jauh dari kantin dua gadis melangkah dengan santai menuju kantin. Namun langkahnya terhenti ketika berpapasan dengan pria yang membuatnya pingsan.

"Cia, sebaiknya kita menyingkir lebih dulu jika tidak?" Ucapnya terhenti.

"Jika tidak, apa Anna?" tanya Cia membuat Anna terdiam sesaat, sehingga membuat Cia semakin penasaran.

"Dia akan membuat perhitungan pada kita. Kalau tidak dia akan membuat kita menjadi bulan-bulanan bully satu sekolahan ini!" Ucapnya dengan suara yang sangat pelan.

Cia yang melihat Aaron dengan seorang gadis yang bergelayut manja di lengannya. Memutuskan untuk mengalah walau dalam hatinya tidak terima jika ia harus menyingkir jika berpapasan dengan Aaron di jalan.

"Cia, kau mau minum apa?" Tanya Anna.

"Aku, hanya ingin es teh saja," ujar Cia.

Setelah pesanan mereka datang, tanpa menunggu lagi Cia meminumnya hingga tandas.

"Cia, apa kau tidak ingin memesan makanan?" Tanya Anna.

"Tidak!"

"Apa kau yakin Cia?"

"Kenapa tidak yakin?"

"Cia, bukankah kau baru sadar dari pingsan? Apa kau tidak merasakan lapar?" tanya Anna pada Cia, ia khawatir jika Cia akan kembali pingsan jika di makan

"Bagaimana aku bisa lapar, sedangkan aku sendiri tidak tau dimana kelasku," terang Cia pada Anna.

"Katakan kau kelas berapa?"

"Maksudmu?"

"Maksudku! Kau mendapatkan ruang kelas yang berapa? Atau jangan-jangan kau sama sekali tidak tau dimana ruang kelas mu?"

Ujar Anna dengan pandangan rumit. Cia menundukkan wajahnya, yang di katakan Anna memang benar adanya. Dirinya tidak tahu ia mendapatkan kelas yang mana.

Cia belun sempat membaca pengumuman karena datang terlambat. Belum lagi ia harus menjalani hukuman di sekolah Maria school. Para siswa baru harus mencari sendiri dimana ruang kelasnya dengan membaca papan pengumuman yang terletak di tiga tempat. Namun karena ia terlambat datang dan belum lagi mendapatkan hukuman membuatnya lupa untuk mencari tau letak kelasnya.

"Sebaiknya, kau sarapan dulu. Nanti kita cari bersama-sama." Lanjutnya.

Cia membuka tasnya untuk mencari dompetnya. Tetapi alangkah terkejutnya saat menemukan kotak nasi di dalam tasnya. Tanpa menunggu lagi Cia membuka kotak bekalnya yang disiapkan oleh Sinta ibunya.

"Wahh! sepertinya enak!" Seru Anna yang melihat bekal milik Cia.

"Ayo! Kita makan bersama," Kata Cia pada Anna.

Mereka menyantap bekal Cia bersama. Setelah selesai mereka menuju papan pengumuman. Cia mencari daftar namanya, hingga teriakan Anna memecah keheningan.

"Cia! kau satu kelas dengan ku!" Ujar Anna dengan senyum bahagia, Anna tidak hentinya melebarkan tawanya.

"Benarkah?" Cia tidak percaya, setelah melihat namanya ada di papan pengumuman dan ternyata benar yang di katakan Anna jika mereka satu ruang kelas yang sama.

Mereka menuju ruang kelas bersama. Meski tubuhnya masih merasakan sakit akibat berlari dan loncat dari ketinggian. Ia bahagia setelah mengetahui satu ruang dengan teman baru yang sama-sama mendapatkan hukuman.

"Cia! Duduklah denganku," Ajak Anna pada Cia.

"Cia!"

Cia menoleh saat seorang gadis dengan rambut yang di ikat dua dan berkaca mata besar.

"Cia! Wahh jadi kita satu kelas?" Tanya Cia dengan senyum mengembang.

"Iya, Cia! Akhirnya kita satu kelas, dan kau juga Anna," Mereka saling berpelukan hingga tanpa sadar tiga pria tampan tengah menatapnya dengan tatapan dingin.

"Hei Kau kemari," panggil Rion pada Cia.

"Ada apa kak?" tanya Cia saat sudah berada di depan mereka.

"Bersihkan, ruang UKS. Bukankah kau yang tadi tidur disana dan satu lagi saat jam sekolah nanti. Kau harus membawa bola-bola basket dari gudang ke lapangan!" Ucap Rion pada Cia.

"Kenapa mesti saya kak?" tanya Cia pada Rion.

"Jangan membantah jika tidak ingin mendapatkan kartu merah dari ketua OSIS!"

Kartu merah, sesuatu yang di takuti siswa sekolah. Bagi siapapun uang mendapatkan kartu merah harus siap di bully satu sekolah bahkan para guru tidak ada yang berani menolongnya.

"Tunggu dulu kak! Kenapa hanya saya yang mendapatkan tugas ini? bukankah satu ruangan ini adalah anak baru semua?" sahut Cia yang tidak terima hanya dirinya yang mendapatkan tugas dari ketua OSIS sedangkan yang lain tidak.

"Bukakah ini tidak adil.' ucapnya dalam hati.

"Siapa bilang kau sendiri! Kalian berdua bersihkan toilet di jam pulang nanti!"

Setelah mengatakan mereka meninggalkan ruang kelas ipa lima.

"Cia, tidakkah kau merasa aneh? Kenapa cuma kita yang mendapatkan tugas ini?"

Cia menganggukkan kepalanya. Apa yang di katakan Anna benar kenapa hanya mereka bertiga yang mendapatkan tugas. Sendangkan yang lain tidak.

Hari pertama sekolah, tidak ada pelajaran atau pun tugas. Pengebalam namun yang ada hanya mengenal anggota OSIS itupun tidak sedetail yang seharusnya. Melainkan memperkenalkan ketua dan wakilnya,

Tepat pukul dua siang para siswa di pulangkan. Tapi tidak bagi tiga siswi kelas satu ipa. Mereka harus mengikuti perintah para senior.

"Anna apa ini adil untuk kita?" tanya Cika pada Anna. Saat ini mereka tengah membersihkan toilet.

"Adil tidak adil kita harus menuruti. Jika tidak, jangan harap kita sekolah disini dengan tenang,"

"Anna, sepertinya kau tau banyak tentang mereka?"

"Aku, tidak tahu banyak soal mereka. Yang aku tau mereka tidak segan untuk memberikan kartu merah pada anak baru yang menurut mereka membangkang. jika di beri tugas oleh ketua OSIS. Dan untuk siswa yang mendapatkan kartu merah itu. Suiap-siap untuk menjadi bulan-bulanan bully oleh satu sekolah ini," terang Anna pada Selly.

"Mereka menyeramkan," ucap Selly.

"Sudahlah, lebih baik kita selesaikan tugas ini dan membantu yang lainnya, Setelah itu kita pulang." Selly menganggukkan kepalanya dan dengan cepat mereka menyelesaikan tugasnya.

"Akhirnya selesai juga!" ucap mereka bersamaan.

"Ayo kita temui Cia," Mereka melangkah menuju lapangan, dimana Cia tengah mengambil bola yang keluar dari lapangan.

"Cia, ayo kita pulang!" Ajak Anna pada Cia.

"Ayo!" Cia merapikan bola yang sudah dia ambilnya. Saat akan meninggalkan lapangan suara dingin seorang membuatnya menghentikan langkahnya.

"Siapa yang menyuruhmu pergi?" tanya Aaron.

"Bukankah, tugas ku sudah selesai kak?" sahut Cia.

"Siapa bilang sudah selesai. Kau tunggu hingga permainan kita selesai. Kau baru bisa pulang,"

"Apa! Tapi kak?"

"Tidak ada bantahan atau kau mau aku menambah jam. hingga malam kau baru bisa pulang!"

"Tidak kak!"

"Cika, Anna Pulanglah dulu. Aku akan menunggu sampai mereka selesai berlatih."

"Tapi Cia,"

"Sudahlah kalian pulanglah dulu. Sampai ketemu besok." Dengan terpaksa mereka meninggalkan Cia.

Cia menunggu mereka hingga pukul lima sore. Setelah selesai Cia merapikan bola basket dan memasukkan ke dalam gudang seperti semula. Waktu menunjukkan pukul enam. Suasana yang sepi membuatnya merasakan takut hingga berlari hingga ke pintu gerbang bersyukur sang satpam masih berjaga disana.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Jue R Ziana
Kok nama sekejap selly skjp cia ...
goodnovel comment avatar
M Sajidin
Lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status