Share

Kekasihku Seorang Mafia
Kekasihku Seorang Mafia
Penulis: Rafli123

1. Hukuman

"Cia bangun sayang, bukankah hari ini pertama masuk sekolah? Lihatlah sudah jam enam pagi," Sinta membangunkan putri tunggalnya yang terlihat bermalas-malasan di atas tempat tidur, sebagai seorang ibu dirinya menyadari betapa lelah putrinya yang harus membantunya bekerja paruh waktu. 

Gedebug !!! 

"Argh!!"

Terdengar suara benda jatuh diiringi suara teriakan membuat Sinta kembali ke dalam kamar putrinya. Tanpa mengetuk pintu, Sinta menghambur kedalam kamar. Terlihat Cia yang mengelus bokongnya yang terasa sakit, hal yang membuat Sinta tersenyum melihat putrinya yang mengerucutkan bibirnya. 

"Sayang. Kenapa kamu sampai jatuh nak?"

Sinta mendekati Cia yang masih mengelus bagian yang terasa sakit. 

"Tidak. Bu, uem.. tadi Cia hanya terburu-buru jadi tidak liat jika kakiku terlilit selimut." Ucap Cia. Dan bergegas meninggalkan ibunya yang dengan setia menunggunya di kamar dan membantunya bersiap. 

"Cia, Cia selalu seperti ini,"

ucapnya dengan gelengan kepala.

"Sayang, sebaiknya kamu memakai ojek online ya, ibu takut kamu sampai di sekolah telat. Bukankah jika telat pintu gerbang akan tertutup?" Sinta tidak ingin hari pertama putrinya sekolah akan mendapatkan hukuman.

 

"Ya Bu. Bu Cia tidak sempat sarapan, maafkan Cia ya sampai jumpa Bu." Cia mencium pipi ibunya yang paling dia sayangi setelah itu dirinya berlari keluar dari rumah sederhananya. Membuat Sinta mengelengkan kepalanya. 

Melihat putrinya yang kesiangan Sinta telah menyiapkan sarapan di dalam tas milik putrinya, tanpa sepengetahuan putrinya. 

Di luar Cia yang berburu dengan waktu, ojek online yang dia pesan telah membatalkannya, tanpa adanya kejelasan yang tepat. Tidak ingin terlambat, dengan sisa kekuatannya, Cia berlari menuju gerbang sekolah yang akan di tutup. 

"Akhirnya terlihat juga gerbangnya, semangat," ucapnya dalam hati. Namun langkahnya terhenti ketika seorang satpam menutup pintu gerbang sekolah.

 

"Pak. Tunggu!" Cia mengantur nafasnya yang tersengal-sengal. 

"Kenapa baru datang? Bukankah jam enam tiga puluh semua siswa baru sudah berada di dalam, lalu kenapa kamu baru datang. Lihat sekarang jam tujuh tiga puluh dan kamu baru datang!" Kata satpam yang ternyata bernama pak Mardi. 

"Maafkan saya pak. Bisakah membukakan pintu untukku? aku berjanji ini yang pertama dan terakhir aku terlambat. Tolong buka ya pak, please." Cia menangkupkan kedua tangannya memohon pada satpam yang berjaga hari ini. 

"Tidak bisa. Sekarang pergilah." Setelah mengunci pagar Satpam meninggalkan Cia dan melenggang pergi. Meninggalkan Cia yang hanya menatap punggung sang satpam. 

Cia memandang pintu yang kini tertutup rapat. Berlahan air matanya mengalir, " Bu maafkan Cia, hari pertama Cia sekolah sudah di hukum maaf bu," Cia menutup wajahnya dengan kedua tangannya sungguh hari ini benar-benar membuatnya sial. 

"Aku berjanji tidak akan tidur malam lagi. Aku tidak ingin kejadian ini terulang lagi." Isaknya dan ia berjanji pada dirinya sendiri. Untuk merubah lebih baik lagi. 

Sebuah tangan besar menariknya. Membuat Cia mengangkat wajahnya. Terlihat seorang pria yang tampan dan penuh karismatik. Rahanganya yang tegas dan sorot matanya yang tajam namun indah saat di lihat dari dekat. 

"Bangun. Dan ikuti aku!" Ucap pria yang berada di depannya. Cia mengikuti langkah lebar pria yang menariknya, hingga kesebuah perkebunan. 

"Apa kau bisa memanjat?" Tanya pria itu setelah mereka sampai di sebuah perkebunan dan ternyata terletak di belakang sekolah. 

"Tidak!" Kata Cia menundukkan wajahnya. Terdengar helaan nafas dari pria yang berdiri di sampingnya.

Tidak berapa lama pria itu melepas tasnya dan melemparkannya ke dalam, setelah itu ia melempar tas milik Cia. 

" Hei! Apa yang kau lakukan pada tasku?" Tanya Cia dengan suara tinggi. Pria itu menutup telinganya saat mendengar suara Cia yang memekikkan telinganya. 

"Bisakah kau tidak berteriak! Sekarang ikuti apa yang aku katakan padamu. Naik ke pundak ku dan usahkan kau bisa menaiki tembok ini," Ujar pria itu lagi. Cia mengikuti apa yang di katakan pria tampan di sampingnya namun bibirnya mengerucut mendengar suara dingin itu padanya. 

Setelah Cia berhasil menaiki tembok. Namun Cia tidak berani untuk turun. Pria itu kini berada di samping Cia dan bersiap untuk loncat kebawah. Namun melihat Cia yang ketakutan membuatnya menghela napasnya dalam-dalam. 

"Jika kamu takut ketinggian. Jangan pernah datang terlambat, mengerti!" Cia hanya bisa mengangguk. Rasa takut membuat tubuhnya bergetar.  

"Loncatlah!" Lanjutnya yang kini berada di bawah. Cia menatap pria yang berdiri di bawah bahkan saat pria itu loncat ia tidak melihatnya.

"Kenapa diam! Cepat turun atau aku tinggal." Suaranya kembali terdengar.  

"Takut." Ucap Cia denagn wajah yang semakin pucat dan tubuhnya semakin bergetar. 

"Kamu tidak akan jatuh. Aku akan menangkap mu cepatlah. Sebelum aku berubah pikiran!"  

"Tapi. Kamu janji akan menangkap saat aku loncat?" 

"Ya!" 

Cia menjatuhkan dirinya pada pria yang berada di bawahnya. Namun tanpa perhitungan yang tepat membuat tubuh Cia menubruk pria yang dibawahnya sebelum bersiap. 

BUGG !!! 

Meraka jatuh dan beguling di atas rumput yang hijau. Sesat mata meraka saling terkunci berlahan wajah pria itu mendekat sebelum suara teriakan membuatnya tersadar. 

"Siapa disana!"

Pria itu menarik pergelangan tangan Cia. Mereka berlari menjauh hingga sampai di lapangan dimana para mahasiswa tengah mengikuti acara penerimaan siswa baru. 

Cia duduk di antara mereka yang tidak lain adalah siswa baru. Seorang gadis dengan kaca mata yang besar tersenyum memandang Cia yang baru saja duduk di sampingnya. 

"Perkenalkan, namaku Cika. Siapa namamu?" Ucap Cika setelah mengulurkan tangannya pada Cia. 

"Cicilia Mandalika. Di panggil Cia."

Cia menyambut uluran tangan Cika. Mereka saling melempar senyum. 

"Mulai hari ini kita teman." Ujar gadis di sampingnya. 

"Ya. kita berteman." Lanjut Cia. 

"Selamat datang para siswa. Perkenalkan ketua OSIS kita, Aaron Ramsey dan di sampingnya adalah James wakil satu dan yang sebelahnya adalah Rion wakil dua. Dan aku Jessika sekertaris. Sampai disini adakah yang ingin kalian tanyakan?"

Semua siswa baru melihat ke atas panggung terlihat tiga pria terpopuler di sekolah dan bukan hanya terkenal ketampanannya tapi juga terkenal sadis saat membully. 

Pesona tiga pria tampan itu menarik semua para junior terutama para siswi. Yang berlomba-lomba mencari perhatian dari ketiga pria itu tanpa terkecuali ketua OSIS. karena tidak ada yang berani mendekatinya kecuali Jessika. 

Tatapan mata Cia melebar saat seorang wanita yang mengumumkan nama ketua OSIS dan sesat tubuhnya menegang.  

"Dia ... ?" Ucapnya tanpa Sadar telunjuknya mengarah pada pria yang berdiri di antara pria tampan itu. 

"Apa kau mengenalinya Cia?" Tanya Cika pada Cia. 

"Tidak! Aku tidak mengenalnya. Tapi," Ucapan Cia terhenti ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang. 

"Jangan bersisik. Jika kau tidak ingin di hukum!" Ucap seorang gadis yang berada tepat di belakang Cia. 

"Hei! kalian berdua berdiri, disini!" Suara wanita yang yang begitu tegas dan dingin membuat Cia dan temannya ketakutan. 

"Kenapa kalian diam? Bukankah kalian sedang berbisik-bisik? Berdiri dan kemari!" Lanjutannya membuat Cia dan gadis di belakangnya berdiri. 

"Cepat! kesini." Teriaknya lagi. 

Cia dan temannya berjalan kedepan dengan wajah tertunduk. "Sialll, hari ini benar-benar sial hufff sudah telat. Ojek yang tiba-tiba membatalkan tanpa pemberitahuan yang jelas, harus naik tembok dan sekarang harus berdiri dan aaahhhh, memalukan." gumamnya dalam hati. 

"Perkenalkan dirimu?" Ucapan gadis yang berada di samping pria tertampan. Yang tidak lain adalah Aaron, sang ketua OSIS. 

"Selamat pagi semua. Perkenalkan nama saya Cecilia Mandalika, biasa di panggil Cia." Ucapnya dengan suara pelan dan gugup. 

"Cuma itu?" Tanya Jessika. Dan di angguki oleh Cia. 

"Dan. Kau perkenalkan dirimu?" Suara Jessika kembali terdengar. 

"Selamat pagi semua. Perkenalkan nama saya Anna Mastura." Ucapnya dengan suara rendah. 

"Kalian berdua. Berlari mengelilingi lapangan ini tiga puluh putaran." Cia yang mendengar kata lari membuat tubuhnya Kembali menengang. Rasa lelah akibat lari tadi belum hilang kini ia harus lari lagi. 

 

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Syania dika putri sania
cerita nya bagus juga, satpam nya ga punya hati, dan seorang sekretaris jahat bngt
goodnovel comment avatar
Rafli123
Sekolah elite kak, peraturan ketat hihii
goodnovel comment avatar
Alfin Ranawijaya
satpam ga punya hati ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status