INICIAR SESIÓNWaktu pun terus berputar, sampai Hazel terbangun di pesta pernikahannya dengan Calvin. 5 tahun yang lalu. Saat itu pendeta menanyainya apakah dia bersedia menikah dengan Calvin. Di kehidupan sebelumnya dia meninggalkan calon suaminya begitu saja tanpa melihat ke belakang. Di luar, mobil Alwin sudah menunggu dan mereka pun kawin lari. Saat itu Hazel sudah tidak pernah lagi bertemu Calvin sampai di akhir hayatnya.
"Nona Hazel Atmaja, apakah anda menerima Tuan Calvin Wibowo sebagai suami anda?" tanya pendeta sekali lagi yang membuyarkan lamunan Hazel. "Hah?! Calvin? Iya! Aku menerimanya sebagai suamiku. Tidak ada yang lain selain dia yang benar-benar mencintaiku." jawab Hazel sambil memandangi Calvin. "Kalau begitu aku nyatakan kalian sah sebagai suami istri. Tuan Calvin, silakan mencium pasangan anda." pinta pendeta yang langsung membuat Calvin menarik pinggang kecil Hazel dan mencium bibirnya. Sementara saat di pesta, Vero terlihat marah karena rencananya berantakan. Dia pun keluar untuk menelepon Alwin. Hazel yang melihat itu hanya tertawa nyengir. 'Permainan akan segera dimulai! Lihat saja aku akan membuat kalian membayar atas apa yang sudah kalian lakukan kepadaku!' batin Hazel sambil menggenggam erat gelas wine. Tak lama Alwin pun masuk bersama Vero di pesta itu. Dia mencari Hazel dan menariknya ke samping untuk bicara. "Hazel, kenapa kamu meninggalkan aku?" tanya Alwin dengan nada marah. "Hah?! Meninggalkan kamu? Memangnya kita ada hubungan ya? Bukankah pacarmu itu Vero ya?" tanya Hazel yang membuat wajah mereka berdua langsung pucat. "Hazel, aku dan Vero tidak ada hubungan apa-apa. Aku hanya menganggapnya sebagai adik. Aku tahu kamu kesal karena semalam aku tidak bisa menemanimu. Kamu tahu sendiri kan kalau perusahaan sangatlah sibuk jika sudah mendekati akhir tahun. Jangan marah lagi ya. Ayo sekarang ikut denganku!" pinta Alwin sambil menarik tangan Hazel. "Lepaskan aku! Jangan pernah menyentuhku! Ingat, aku perempuan yang sudah menikah dan sudah bersuami!" ancam Hazel. "Kakak, kenapa kakak bicara seperti itu pada bang Alwin? Dia sudah begitu baik mengajak kakak pergi dari Calvin yang suka gonta ganti wanita. Apa kakak gak takut kalau suatu saat kakak diceraikan Calvin?" ujar Vero. "Plak! Jangan pernah menghina keluarga Wibowo dengan mulut kotormu! Jangan lupa kalau aku sudah menjadi bagian dari keluarga Wibowo!" ucap Hazel dengan nada marah. "Sialan! Apa hakmu menamparku?" maki Vero sambil memegangi wajahnya. "Hakku? Aku kakakmu! Kenapa aku tidak boleh menamparmu? Sebagai kakakmu, aku wajib memperbaiki akhlakmu!" jawab Hazel sambil menunjuk adiknya. "Akhlak? Apa yang kukatakan memang benar kalau Calvin itu suka gonta ganti wanita. Beberapa wanita yang bersamanya pernah ditemukan mayatnya di tong sampah." tukas Vero tak kalah. "Plak! Kurang ajar!" maki Hazel sambil menampar adiknya lagi sampai jatuh ke lantai. "Apa lagi salahku sampai kamu menamparku?" tanya Vero yang kali ini tidak mengerti. "Oh! Masih tidak mengerti rupanya! Calvin suamiku dan seharusnya kamu panggil dia kakak ipar! Bukannya nama!" jawab Hazel sambil menjambak rambut adiknya ke belakang. "Tapi dia bukan kakak iparku. Hanya ada 1 kakak ipar yang kuakui, Alwin Gunawan!" tukas Vero. "Kamu..... "Sudah! Apa kalian tidak malu bertengkar di depan umum?" ucap ayah Hazel, Sunyoto Atmaja. "Papa! Kakak jahat! Kakak menampar wajahku sampai merah seperti ini!" lapor Vero pada ayahnya. "Kenapa kamu melakukan ini pada adikmu?" tanya ayah Hazel dengan nada marah. 'Ini papaku yang telah menyelingkuhi ibuku. Lihat saja aku pasti akan membongkar kedokmu dengan Tia! Aku juga akan mengusirmu dan selingkuhanmu beserta anakmu dari rumah dan akan kupastikan kalau kalian tidak akan mendapatkan harta sepeser pun!' batin Tia sambil menggenggam erat tangannya. "Pa, aku melakukan ini untuk memperbaiki akhlak nya. Lihat saja bagaimana dia dengan kurang ajarnya memanggil suamiku dengan sebutan nama! Ditambah lagi dia menghina suamiku sebagai pembunuh. Apakah menurut papa dia tidak pantas aku tampar?" tanya Hazel. "Papa, aku.... "Sudah! Kamu memalukan saja!" maki pak sunyoto pada Vero. "Tapi meskipun begitu, jangan permalukan adikmu di depan umum. Itu tidak baik! Bagaimana pun juga dia seorang wanita." bisik pak Sunyoto pada Hazel yang berusaha membela anaknya. "Aku tahu, pa. Meskipun begitu..... "Sudah! Apa tidak malu kamu memarahi putri kita di hadapan orang banyak? Hari ini hari pernikahannya. Hormati dia!" nasihat ibu Hazel, Eva pada suaminya. "Oh iya! Baik istriku! Ya sudah, Vero sekarang minta maaf pada kakakmu." pinta pak Sunyoto. "Apa?! Aku minta maaf pada kakak? Tidak! Harusnya kakak yang minta maaf padaku." ujar Vero dengan mata penuh amarah. Di sisi lain, tepatnya di balkon Calvin melihat semua apa yang diperbuat Hazel untuk membelanya. Dia pun bangga dengan istrinya itu. "Beginikah ajaran dari keluarga Atmaja pada anaknya? Sungguh tidak terpelajar." tukas Calvin yang turun dari atas. "Ah! Maaf, Tuan Calvin. Atas nama anakku, Vero aku minta maaf atas ketidak sopanannya." mohon pak Sunyoto. "Ya sudah! Sekarang aku mau membawa istriku ke kamar. Nikmatilah pestanya!" ujar Calvin sambil memegang tangan istrinya. "Jangan pergi, Hazel! Ikutlah bersamaku!" ajak Alwin yang membuat Hazel mengibaskan tangannya dan lelaki itu pun jatuh. "Siapa kamu sampai berani mengajakku ikut denganmu?" tanya Hazel. "Kakak, bukankah kakak pernah berjanji pada bang Alwin kalau kakak akan kawin lari dengannya?" tanya Vero yang kontan membuat semua orang di pesta itu tertegun karena kaget. "Oh ya? Dengan manusia seperti ini? Hahaha! Jangan bermimpi, Alwin! Memangnya kamu kira siapa dirimu? Kamu masih kalah jauh dari suamiku. Dia kaya, tampan dan berpendidikan. Sementara kamu apa?" hina Hazel yang menunjuk lelaki itu dari atas sampai bawah, lalu melangkah pergi. "Sial!" maki Alwin. "Bang, jangan sedih ya. Menurutku kakak hanya kesal denganmu. Dia hanya mau membuat abang cemburu saja. Beberapa hari juga dia bakal datang mencari abang. Percayalah padaku!" bujuk Vero. "Benar juga!" jawab Alwin. Sementara di kamar, Hazel melepas semua pernak pernik di rambutnya dan dia melihat Calvin yang sedang duduk di headbed sambil menutup mata. "Cal, kamu sakit?" tanya Hazel sambil memegang dahi dan wajah suaminya. "Gak, sayang. Aku gak apa-apa. Aku hanya pusing memikirkan pekerjaan di kantor." jawab Calvin memegang tangan istrinya. "Oh! Apa yang bisa kubantu?" tanya Hazel. "Masalah proyek perumahan di tepi laut. Banyak yang mengatakan kalau proyek itu akan gagal dan tidak akan mungkin bisa dilanjutkan. Tapi aku melihat kalau proyek itu sangat bagus dan menjanjikan. Bagaimana menurutmu?" tanya Calvin. 'Hmm! Proyek di tepi laut itu memang bagus dan menjanjikan. Tapi harus bersabar selama 3 bulan baru bisa berjalan karena ada investor yang menanam modal triliunan. Mungkin ini kesempatan bagus untuk Calvin.' batin Hazel. "Menurutku, jika kamu suka dengan proyek itu maka ambillah. Tanamlah modal di dalamnya. Tapi awalnya tanam modal kecil dulu. Setelah ada investor baru menanam modal besar. Bagaimana menurutmu?" tanya Hazel."Nyonya muda, ada yang mencari anda di luar. Dia mengaku sebagai adik anda dan tunangan anda." ujar pelayan itu dengan nada takut karena tuan mudanya juga ada disitu. "Tunangan?" lirik Hazel pada suaminya. "Tunangan yang mana? Aku adalah suaminya. Usir mereka!" pinta Calvin. "Eh! Masa segampang itu sih cuma diusir aja? Kesini kamu!" pinta Hazel pada pelayannya dan membisikkan sesuatu ke telinganya. "Baik, Nyonya muda!" jawab pelayan muda itu melangkah pergi. "Kamu bilang apa padanya?" tanya Calvin dengan kebingungan. "Yuk kita ke balkon! Aku mau kamu menemaniku melihat drama 1 babak!" ajak Hazel pada suaminya yang hanya mengangguk dan ikut dengannya. Sampai di balkon terlihat kalau 4 pengawal tengah mengeluarkan Vero dan Alwin dari rumah. Disitu Alwin berteriak memaki Hazel yang membuat Calvin geram dan ingin menghajarnya, tapi ditahan oleh istrinya. Setelah itu 2 anjing doberman milik Calvin pun dikeluarkan dan menggonggi mereka sampai lari ketakutan. Hazel pun ngaka
Hazel pun meminumnya dan mendadak dia merasa kepalanya pusing dan Vero berpikir kalau obatnya sangat cepat bekerja. "Kak, aku bawa ke kamar ya supaya kakak bisa istirahat." ujar Vero sambil membopong kakaknya. "Iya! Makasih ya Vero! Aduh kepalaku pusing sekali! Maaf ya, Ma!" sesal Hazel. Vero pun membopong kakaknya ke kamar 1212 dengan lift. Sampai di kamar dia melatakkan kakaknya dengan kasar di tempat tidur, lalu secara mendadak Vero juga merasakan kepalanya sangat pusing, lalu pingsan. Hazel pun bangun dan merapikan dirinya. "Rasain kamu! Mau coba ngejebak malah kena batunya sendiri kan! Huh!" ejek Hazel sambil melangkah keluar dari kamar. Tak lama setelah Hazel keluar datanglah seorang pria yang gemuk dan pendek. Dia membuka kamar dengan kartunya dan melihat Vero sudah berbaring di tempat tidur. Dia pun beraksi. Sementara dibawah bu Eva sangat khawatir dengan anaknya yang mendadak pusing. Pak Sunyoto dan Tia yang melihat itu pun sangat senang. Calvin yang melihat ibu
"Apa kata dokter soal keadaan papa?" tanya bu Eva. "Dokter mengatakan kalau papa sudah tidak mempunyai semangat untuk sembuh, itu sudah susah. Kak, kami mohon jangan kembali lagi pada Sunyoto." mohon ketiga adiknya sambil berlutut. "Aduh! Berdirilah kalian semua! Aku sudah cerai dengan Sunyoto dan aku janji akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa. "Benar, Paman! Besok pengacara akan memproses perceraian mama di pengadilan." ujar Hazel. "Papa dengar kan? Kakak sudah bercerai dengan bajingan itu dan kakak akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa." ujar adik keduanya, Denzel yang membuat ayah mereka berlinang airmata. Pikiran Hazel pun melayang ke kehidupan sebelumnya bagaimana setelah sepeninggal kakeknya karena tidak ada keinginan untuk sembuh, kesialan mulai menimpa ketiga putranya. Denzel anak kedua mendadak mengalami kecelakaan dan mengalami kelumpuhan. Sementara Carlo dan Kai berebutan wanita yang bekerja di klub malam. Akhirnya Carlo mati d
"Bagaimana, Sunyoto? Kamu menerima kekalahan kamu?" tanya bu Eva. "Tidak! Tidak mungkin aku kalah dari wanita seperti kamu yang hanya wanita biasa dan tidak bisa apa-apa. Kamu hanya beruntung sesaat!" hina pak Sunyoto. "Wanita biasa kata anda? Kalau memang ibuku wanita biasa, lantas kenapa kamu ingin menabraknya sampai mati?" tanya Hazel yang mendadak masuk ke ruang rapat dan membuat pemegang saham yang lain saling berbisik. "Wah! Gila juga Sunyoto! Sampai tega ngehabisi istrinya demi kontrak!" ujar pemegang saham yang lain. "Apa buktinya kalau memang aku mau membunuh ibumu?" tanya pak Sunyoto. "Bukti ada di ponselku! Sebelum aku perlihatkan ke semua pemegang saham aku mau bertanya dulu. Apa anda tidak malu kalau benar-benar aku perlihatkan pada semua orang?" tanya Hazel pada ayahnya. "Aku tidak percaya kalau kamu ada buktinya! Kamu telah menuduh ayahmu sendiri." jawab pak Sunyoto yang memang sudah ketakutan. "Baiklah! Paman sekalian, videonya sudah kukirimkan. Selamat m
Sekeluarnya bu Eva dengan Pak Hansen dari perusahaan, Pak Sunyoto pun menghidupkan mobil dan mau menabrak istrinya. Apa daya bu Eva didorong untuk menjauh dan pak Hansen yang terpental 1 meter. Melihat itu pak Sunyoto pun tancap gas pergi dari TKP. "Hans! Bangun, Hans!" panggil bu Eva sambil menepuk halus wajah pria paruh baya itu. "Eva! Ka..mu gak apa-apa?" tanya pria paruh baya itu sambil memegang wajah bu Eva. "Gak! Aku gak apa-apa, Hans. Itu semua karena kamu yang menolongku. Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang." ucap bu Eva sambil menelepon ambulance. Tak lama ambulance pun datang dan membawa mereka ke rumah sakit. Di depan ruang UGD, bu Eva menelepon Hazel yang sedang makan siang dengan suaminya. Mereka pun berangkat. "Ma, mama gak apa-apa kan?" tanya Hazel dengan khawatir. "Gak, Nak! Mama gak apa-apa. Hanya luka gores sedikit aja saat Hansen mendorong mama." jawab bu Eva menunjukkan luka tersebut. "Syukurlah mama gak apa-apa. Terus mama tahu siapa yang nabr
"Ma, jika aku mengatakan siapa anak haram papa apakah mama mau bercerai dengan papa?" tanya Hazel. "Apakah kamu menginginkan agar mama bercerai dengan papa?" tanya bu Eva kembali. "Iya, Ma! Aku tidak mau mama hidup menderita dengan papa lagi gegara Tia & anak haramnya. Kita buka lembaran hidup lagi tanpa papa. Gimana ma?" tanya Hazel. "Nak, kenapa harus seperti itu? Kakek janji akan melakukan apa saja agar kamu mendapatkan keluarga yang utuh." janji pak Dharma. 'Dasar rubah tua! Jangan kamu kira aku tidak tahu apa yang ada dalam otakmu. Mulutmu mengatakan akan memberikan keluarga utuh padaku, tapi kenyataannya setelah mamaku meninggal dibunuh kamu sama sekali tidak bertindak apa-apa dan malah mengatakan kalau aku anak sial yang sudah membunuh ibunya sendiri! Lihat saja, aku juga akan mengurusmu nanti setelah giliran ayah keparat ini!' batin Hazel. "Tidak, Kek! Aku mau ganti papa saja. Aku tidak mau pak Sunyoto jadi papaku!" jawab Hazel yang membuat pak Sunyoto lebih kaget la







