Compartir

Chapter 5

Autor: Moccha778
last update Última actualización: 2025-10-20 22:02:02

Sekeluarnya bu Eva dengan Pak Hansen dari perusahaan, Pak Sunyoto pun menghidupkan mobil dan mau menabrak istrinya. Apa daya bu Eva didorong untuk menjauh dan pak Hansen yang terpental 1 meter. Melihat itu pak Sunyoto pun tancap gas pergi dari TKP.

"Hans! Bangun, Hans!" panggil bu Eva sambil menepuk halus wajah pria paruh baya itu.

"Eva! Ka..mu gak apa-apa?" tanya pria paruh baya itu sambil memegang wajah bu Eva.

"Gak! Aku gak apa-apa, Hans. Itu semua karena kamu yang menolongku. Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang." ucap bu Eva sambil menelepon ambulance.

Tak lama ambulance pun datang dan membawa mereka ke rumah sakit. Di depan ruang UGD, bu Eva menelepon Hazel yang sedang makan siang dengan suaminya. Mereka pun berangkat.

"Ma, mama gak apa-apa kan?" tanya Hazel dengan khawatir.

"Gak, Nak! Mama gak apa-apa. Hanya luka gores sedikit aja saat Hansen mendorong mama." jawab bu Eva menunjukkan luka tersebut.

"Syukurlah mama gak apa-apa. Terus mama tahu siapa yang nabrak om Hansen?" tanya Hazel.

"Gak! Mama gak tahu!" jawab bu Eva.

"Ya udah! Sekarang kita tunggu dokter keluar aja ya dari ruang UGD." saran Hazel sambil menenangkan ibunya yang hanya mengangguk.

Tak lama dokter pun keluar dan menerangkan kalau pak Hansen tidak ada luka yang serius dan hanya sedikit shock saja. Bu Eva pun lega mendengarnya dan masuk ke dalam menemui pak Hansen.

"Sayang, sepertinya mama sangat khawatir dengan pak Hansen." tanya Calvin.

"Iya. Dulu pak Hansen pria yang dijodohkan kakek untuk mama. Tapi mama menolak dengan alasan mencintai papa. Sekarang justru papa yang mengkhianati mama. Aku curiga dibalik ini semua papa ada ikut andil juga." curiga Hazel.

"Hmm! Aku akan menyelidikinya!" ujar Calvin mengambil ponselnya.

Pak Hansen keluar dari ruang UGD dipapah bu Eva dan mereka menumpang mobil Calvin untuk pulang kembali ke rumah pria paruh baya itu yang ternyata hanya beberapa blok saja dari rumah Calvin. Hazel pun senang karena dia bisa ikut membantu menjaga pak Hansen.

"Ma, mama gak tertarik sama om Hansen?" tanya Hazel saat bu Eva tengah memasak untuk pak Hansen.

"Kenapa kamu tanya seperti itu, Zel?" tanya bu Eva.

"Om Hansen kan orang yang pernah dijodohkan kakek. Cuma mama aja yang nolak. Apalagi sekarang mama udah boleh di bilang single, ya bolehlah kalau om Hansen jadi pengganti papa." jawab Hazel.

"Hush! Ntar kalau di dengar om Hansen kan malu. Jujur saja dari dulu mama sangat malu kalau untuk ketemu dia lagi. Apalagi waktu itu mama lagi hamil besar saat ketemu om Hansen untuk membicarakan kontrak kerja sama. Memang sih om Hansen gak pernah mempermasalahkan perjodohan itu tapi tetap aja kan mama malu." cerita bu Eva.

"Jujur sama aku, Ma. Mama sebenarnya suka gak sih sama om Hansen?" tanya Hazel yang penasaran dengan perasaan bu Eva.

"Suka. Tapi waktu itu entah kenapa mama lebih suka papa kamu." jawab bu Eva dengan jujur.

'Aku juga merasakan seperti apa yang dirasakan mama tapi itu di kehidupan sebelumnya. Aku seperti dibutakan sampai aku memilih Alwin menjadi suamiku dan nyawaku berakhir di tangannya.' batin Hazel menahan tangis.

Sementara di rumah keluarga Atmaja, Tia datang dengan tiba-tiba dan itu membuat pak Sunyoto sangat kaget. Maksud kedatangan Tia adalah untuk mengunjungi Vero.

"Papa, Mama!" panggil Vero

"Udah pulang, Nak? Lho! Wajah kamu kenapa merah seperti ini?" tanya bu Tia dengan khawatir.

"Ditampar kak Hazel, Ma. Padahal aku bermaksud baik mau mendamaikan kak Hazel dengan bang Alwin. Tapi aku malah ditampar sama kakak. kata kakak aku hanyalah anak selingkuhan papa dan mama." cerita Vero.

"Sunyoto, apa kamu gak mau bertindak? Lihat anakmu si Hazel itu udah berani nampar Vero sampai mukanya merah seperti ini! Masa kamu diam aja!" rengek bu Tia yang membuat pak Sunyoto menahan amarah.

"Tenang saja! Besok aku akan meneleponnya untuk datang dan berlutut meminta maaf pada anak kita!" jawab pak Sunyoto yang berusaha menenangkan selingkuhannya.

"Kamu dengar apa yang dibilang papamu, Nak? Kalau dia datang, lakukan apa yang harus kamu lakukan dan jangan biarkan dia pergi begitu saja." ujar bu Tia.

"Pasti Ma! Oh ya, Pa, bukankah minggu depan ulang tahun wanita tua itu kan?" tanya Vero.

"Iya! Kenapa?" tanya pak Sunyoto.

"Hmm! Aku ada rencana! Gini......" bisik Vero pada kedua orang tuanya yang disambut dengan senyuman di wajah mereka. Tanpa mereka sadari bi Surti tengah mendengarkan pembicaraan mereka.

Sementara itu Pak Hansen yang sudah merasa sehat pergi ke kantor dan menyuruh Max, asisten nya mengantar kontrak kerja sama itu yang ditujukan kepada bu Eva. Tapi kontrak tersebut direbut oleh bu Tia dan di serahkan ke pak Sunyoto.

Pak Hansen yang mendengar itu hanya tertawa. Karena dia sudah menduga itu akan terjadi makanya kontrak tidak di cap. Pria paruh baya itu pun langsung menelepon bu Eva untuk menceritakan apa yang terjadi. Bu Eva segera ke kantor pak Hansen dan disanalah kontrak ditanda tangani oleh mereka berdua.

Bu Eva pun membawa kontrak itu ke perusahaan dan saat itu pak Sunyoto dengan bangganya mengadakan rapat pemegang saham guna membahas kontrak kerja sama dengan perusahaan Wijaya&Co.

"Kamu yakin kalau kontrak di tanganmu itu benar adanya?" tanya bu Eva.

"Tentu saja! Lihat! Kontrak ini sudah ditanda tangani langsung oleh pak Hansen!" jawab pak Sunyoto dengan yakin sambil menunjukkannya pada semua pemegang saham yang lain.

"Kenapa itu tidak ada cap perusahaan ya?" tanya bu Eva lagi yang kontan membuat pemegang saham yang lain berbisik.

"Memangnya kenapa kalau tidak ada cap? Yang terpenting sudah ditanda tangani pak Hansen. Cap belakangan aja." jawab pak Sunyoto yang sudah ketakutan.

"Hahaha!" tawa keras bu Eva.

"Apa yang kamu tertawakan? Kamu sudah kalah! Sekarang kontrak ini sudah ada di tanganku dan aku bebas mendepakmu dari perusahaan!" ancam pak Sunyoto yang membuat bu Eva tertawa lebih keras lagi.

"Sunyoto, istrimu apa sudah gila ya? Apa dia tidak bisa menerima kekalahan ya?" bisik bu Tia yang ketakutan melihat bu Eva tertawa.

"Aku tertawa melihat kebodohanmu, Sunyoto! Lihat kontrak yang berada di tanganku. Ada tanda tangan dan cap perusahaan Wijaya&Co." ujar bu Eva sambil menunjukkan kontrak itu pada semua pemegang saham yang lain.

"Kalau Eva ada cap perusahaan, artinya kontrak yang kita pegang gak laku dong?" tanya bu Tia pada pak Sunyoto.

"Bagaimana, Sunyoto? Kamu menerima kekalahanmu?" tanya bu Eva.

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • Kelahiran Kedua   Chapter 9

    "Nyonya muda, ada yang mencari anda di luar. Dia mengaku sebagai adik anda dan tunangan anda." ujar pelayan itu dengan nada takut karena tuan mudanya juga ada disitu. "Tunangan?" lirik Hazel pada suaminya. "Tunangan yang mana? Aku adalah suaminya. Usir mereka!" pinta Calvin. "Eh! Masa segampang itu sih cuma diusir aja? Kesini kamu!" pinta Hazel pada pelayannya dan membisikkan sesuatu ke telinganya. "Baik, Nyonya muda!" jawab pelayan muda itu melangkah pergi. "Kamu bilang apa padanya?" tanya Calvin dengan kebingungan. "Yuk kita ke balkon! Aku mau kamu menemaniku melihat drama 1 babak!" ajak Hazel pada suaminya yang hanya mengangguk dan ikut dengannya. Sampai di balkon terlihat kalau 4 pengawal tengah mengeluarkan Vero dan Alwin dari rumah. Disitu Alwin berteriak memaki Hazel yang membuat Calvin geram dan ingin menghajarnya, tapi ditahan oleh istrinya. Setelah itu 2 anjing doberman milik Calvin pun dikeluarkan dan menggonggi mereka sampai lari ketakutan. Hazel pun ngaka

  • Kelahiran Kedua   Chapter 8

    Hazel pun meminumnya dan mendadak dia merasa kepalanya pusing dan Vero berpikir kalau obatnya sangat cepat bekerja. "Kak, aku bawa ke kamar ya supaya kakak bisa istirahat." ujar Vero sambil membopong kakaknya. "Iya! Makasih ya Vero! Aduh kepalaku pusing sekali! Maaf ya, Ma!" sesal Hazel. Vero pun membopong kakaknya ke kamar 1212 dengan lift. Sampai di kamar dia melatakkan kakaknya dengan kasar di tempat tidur, lalu secara mendadak Vero juga merasakan kepalanya sangat pusing, lalu pingsan. Hazel pun bangun dan merapikan dirinya. "Rasain kamu! Mau coba ngejebak malah kena batunya sendiri kan! Huh!" ejek Hazel sambil melangkah keluar dari kamar. Tak lama setelah Hazel keluar datanglah seorang pria yang gemuk dan pendek. Dia membuka kamar dengan kartunya dan melihat Vero sudah berbaring di tempat tidur. Dia pun beraksi. Sementara dibawah bu Eva sangat khawatir dengan anaknya yang mendadak pusing. Pak Sunyoto dan Tia yang melihat itu pun sangat senang. Calvin yang melihat ibu

  • Kelahiran Kedua   Chapter 7

    "Apa kata dokter soal keadaan papa?" tanya bu Eva. "Dokter mengatakan kalau papa sudah tidak mempunyai semangat untuk sembuh, itu sudah susah. Kak, kami mohon jangan kembali lagi pada Sunyoto." mohon ketiga adiknya sambil berlutut. "Aduh! Berdirilah kalian semua! Aku sudah cerai dengan Sunyoto dan aku janji akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa. "Benar, Paman! Besok pengacara akan memproses perceraian mama di pengadilan." ujar Hazel. "Papa dengar kan? Kakak sudah bercerai dengan bajingan itu dan kakak akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa." ujar adik keduanya, Denzel yang membuat ayah mereka berlinang airmata. Pikiran Hazel pun melayang ke kehidupan sebelumnya bagaimana setelah sepeninggal kakeknya karena tidak ada keinginan untuk sembuh, kesialan mulai menimpa ketiga putranya. Denzel anak kedua mendadak mengalami kecelakaan dan mengalami kelumpuhan. Sementara Carlo dan Kai berebutan wanita yang bekerja di klub malam. Akhirnya Carlo mati d

  • Kelahiran Kedua   Chapter 6

    "Bagaimana, Sunyoto? Kamu menerima kekalahan kamu?" tanya bu Eva. "Tidak! Tidak mungkin aku kalah dari wanita seperti kamu yang hanya wanita biasa dan tidak bisa apa-apa. Kamu hanya beruntung sesaat!" hina pak Sunyoto. "Wanita biasa kata anda? Kalau memang ibuku wanita biasa, lantas kenapa kamu ingin menabraknya sampai mati?" tanya Hazel yang mendadak masuk ke ruang rapat dan membuat pemegang saham yang lain saling berbisik. "Wah! Gila juga Sunyoto! Sampai tega ngehabisi istrinya demi kontrak!" ujar pemegang saham yang lain. "Apa buktinya kalau memang aku mau membunuh ibumu?" tanya pak Sunyoto. "Bukti ada di ponselku! Sebelum aku perlihatkan ke semua pemegang saham aku mau bertanya dulu. Apa anda tidak malu kalau benar-benar aku perlihatkan pada semua orang?" tanya Hazel pada ayahnya. "Aku tidak percaya kalau kamu ada buktinya! Kamu telah menuduh ayahmu sendiri." jawab pak Sunyoto yang memang sudah ketakutan. "Baiklah! Paman sekalian, videonya sudah kukirimkan. Selamat m

  • Kelahiran Kedua   Chapter 5

    Sekeluarnya bu Eva dengan Pak Hansen dari perusahaan, Pak Sunyoto pun menghidupkan mobil dan mau menabrak istrinya. Apa daya bu Eva didorong untuk menjauh dan pak Hansen yang terpental 1 meter. Melihat itu pak Sunyoto pun tancap gas pergi dari TKP. "Hans! Bangun, Hans!" panggil bu Eva sambil menepuk halus wajah pria paruh baya itu. "Eva! Ka..mu gak apa-apa?" tanya pria paruh baya itu sambil memegang wajah bu Eva. "Gak! Aku gak apa-apa, Hans. Itu semua karena kamu yang menolongku. Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang." ucap bu Eva sambil menelepon ambulance. Tak lama ambulance pun datang dan membawa mereka ke rumah sakit. Di depan ruang UGD, bu Eva menelepon Hazel yang sedang makan siang dengan suaminya. Mereka pun berangkat. "Ma, mama gak apa-apa kan?" tanya Hazel dengan khawatir. "Gak, Nak! Mama gak apa-apa. Hanya luka gores sedikit aja saat Hansen mendorong mama." jawab bu Eva menunjukkan luka tersebut. "Syukurlah mama gak apa-apa. Terus mama tahu siapa yang nabr

  • Kelahiran Kedua   Chapter 4

    "Ma, jika aku mengatakan siapa anak haram papa apakah mama mau bercerai dengan papa?" tanya Hazel. "Apakah kamu menginginkan agar mama bercerai dengan papa?" tanya bu Eva kembali. "Iya, Ma! Aku tidak mau mama hidup menderita dengan papa lagi gegara Tia & anak haramnya. Kita buka lembaran hidup lagi tanpa papa. Gimana ma?" tanya Hazel. "Nak, kenapa harus seperti itu? Kakek janji akan melakukan apa saja agar kamu mendapatkan keluarga yang utuh." janji pak Dharma. 'Dasar rubah tua! Jangan kamu kira aku tidak tahu apa yang ada dalam otakmu. Mulutmu mengatakan akan memberikan keluarga utuh padaku, tapi kenyataannya setelah mamaku meninggal dibunuh kamu sama sekali tidak bertindak apa-apa dan malah mengatakan kalau aku anak sial yang sudah membunuh ibunya sendiri! Lihat saja, aku juga akan mengurusmu nanti setelah giliran ayah keparat ini!' batin Hazel. "Tidak, Kek! Aku mau ganti papa saja. Aku tidak mau pak Sunyoto jadi papaku!" jawab Hazel yang membuat pak Sunyoto lebih kaget la

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status