INICIAR SESIÓN"Apa kata dokter soal keadaan papa?" tanya bu Eva.
"Dokter mengatakan kalau papa sudah tidak mempunyai semangat untuk sembuh, itu sudah susah. Kak, kami mohon jangan kembali lagi pada Sunyoto." mohon ketiga adiknya sambil berlutut. "Aduh! Berdirilah kalian semua! Aku sudah cerai dengan Sunyoto dan aku janji akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa. "Benar, Paman! Besok pengacara akan memproses perceraian mama di pengadilan." ujar Hazel. "Papa dengar kan? Kakak sudah bercerai dengan bajingan itu dan kakak akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa." ujar adik keduanya, Denzel yang membuat ayah mereka berlinang airmata. Pikiran Hazel pun melayang ke kehidupan sebelumnya bagaimana setelah sepeninggal kakeknya karena tidak ada keinginan untuk sembuh, kesialan mulai menimpa ketiga putranya. Denzel anak kedua mendadak mengalami kecelakaan dan mengalami kelumpuhan. Sementara Carlo dan Kai berebutan wanita yang bekerja di klub malam. Akhirnya Carlo mati dibunuh adiknya sendiri dengan racun arsenik. Kai pun menikahi wanita klub malam itu tanpa tahu kalau wanita itu hanya menginginkan harta keluarga Kusuma. Setelah harta habis Kai ditinggalkan dan dia mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara meloncat dari gedung tinggi. Setelah ketiga pamannya meninggal, bu Eva juga tidak jauh dari kesialan. Setelah perusahaan diserahkan pada pak Sunyoto, bu Eva pergi berlibur ke Amerika atas saran suaminya. Disana orang tua Hazel mempunyai apartemen mewah. Setelah itu dia sudah tidak berhubungan lagi dengan keluarganya karena dibatasi oleh Alwin. Sampai akhir hidupnya dia baru tahu dari Calvin kalau ibunya meninggal dicelakai oleh ayah kandungnya sendiri. Selesai makan malam, Hazel pun pulang dan dirumah Calvin sudah menunggu. Mereka sempat mengobrol sampai suaminya tiba-tiba membopong Hazel ke kamar dan meletakkannya di tempat tidur. "Cal, aku belum mandi! Bau dan lengket! Aku mandi dulu ya!" ujar Hazel yang hendak bangun, tapi ditarik lagi oleh suaminya. "Gak bau! Masih wangi kok!" ucap Calvin sambil menciumi leher istrinya yang membuatnya kegelian. "Geli, Cal!" ujar Hazel yang membuat suaminya ketawa dan ciuman liar suaminya turun sampai ke perut. Tanpa disadari Hazel, Calvin mulai membuka baju dan rok yang dipakai istrinya. "Pelan-pelan, Cal! Akh! Sakit!" ringis Hazel yang mendadak air matanya mulai menetes. "Masih sakit?" tanya Calvin yang kaget melihat linangan air mata istrinya. "Sedikit! Pelan-pelan aja, Cal! Selamanya aku milikmu sampai kamu mengusirku!" ujar Hazel sambil memegang wajah suaminya. "Istri sebaik dan secantik dirimu tidak akan pernah kuusir!" jawab Calvin sambil menciumi bibir kenyal Hazel dan malam itu penyatuan diantara mareka pun terjadi. Keesokan harinya saat bangun, Hazel tidak mendapati suaminya di samping. Lebih kagetnya lagi dia mendapati dirinya sudah memakai piyama. Padahal seingatnya semalam Calvin sudah dengan liar membuka bajunya. Tok! Tok! "Masuk!" pinta Hazel "Pagi nyonya muda! Sarapan anda sudah siap?" ujar pelayan yang menaruh sarapan pagi di meja dekat balkon. "Ya! oh ya, dimana suamiku?" tanya Hazel. "Tuan muda ada di ruang kerja. Ada masalah perusahaan." jawab pelayan itu. oh! Ya udah! Makasih ya!" ujar Hazel sambil menggerakkan jarinya yang menandakan agar pelayan itu segera keluar. Selesai membersihkan diri, Hazel pun duduk menikmati sarapannya. Lalu mandi dan turun mencari suaminya di ruang kerja untuk pamitan karena dia harus ke kantor. Sesampainya di kantor dia melihat kalau pak Sunyoto sedang ditahan security di luar karena mereka sudah dipecat. "Nak, security ini tidak memperbolehkan papa untuk masuk ke perusahaan. Ini.... "Sudahlah! Anda memang sudah dipecat dari perusahaan ini. Wajar saja kalau Anda tidak diperbolehkan masuk. Security, usir dia!" pinta Hazel yang membuat 2 security berbadan tegap itu mendorong pak Sunyoto sampai dia jatuh ke tanah. "Hazel, beginikah perlakuanmu pada ayahmu sendiri?" tanya pak Sunyoto. "Maaf kalau sekarang anda bukan lagi ayahku. Aku tidak pernah punya ayah yang selingkuh sampai punya anak haram!" jawab Hazel sambil melangkah masuk ke dalam. Pak Sunyoto yang kecewa itu pun langsung berjalan pergi. Dalam hatinya dia sangat marah atas perlakuan bu Eva dan Hazel yang membuatnya tidak memiliki apapun. Kakinya terus berjalan sampai dia tiba di sebuah rumah mewah yang pernah dia tinggali bersama Eva dan Hazel. "Bang, bagaimana? Apa abang sudah bertemu wanita itu?" tanya Tia. "Bagaimana aku bisa bertemu dengan Eva kalau baru nyampe depan pintu aku sudah diusir oleh security. Ditambah lagi kalau anak sialan itu tidak mau mengakuiku sebagai ayah lagi. Katanya dia tidak punya ayah yang berselingkuh sampai punya anak haram!" jawab pak Sunyoto sambil meminum kopi yang disediakan Tia. "Kurang ajar! beraninya dia menyebut anakku anak haram! Ingin sekali aku merobek mulutnya!" teriak Tia yang tidak senang. "Sudahlah! Semua itukan gegara kamu yang tidak waspada sampai semuanya ketahuan! Oh ya, dimana Vero?" tanya pak Sunyoto yang celingak celinguk mencari anak kesayangannya. "Entahlah! Dari semalam tidak pulang!" jawab Tia. "Apa tidak pulang juga dibiarkan begitu saja? Telepon dia! Suruh dia pulang sekarang juga!" pinta pak Sunyoto yang membuat istrinya mengambil ponsel dan mencoba menelepon putrinya tapi tidak diangkat. "Tidak diangkat! Mungkin dia sedang tidur di rumah temannya." ujar Tia. "Dasar ibu tak berguna!" tukas pak Sunyoto yang melangkah pergi mencari putrinya yang tahu di mana keberadaan putrinya. Dibutuhkan waktu berjam jam untuk bisa menarik putrinya pulang dari rumah Alwin. Sampai rumah Vero dipukul secara bertubi tubi oleh ayahnya. Anak itu berteriak sambil memaki ayahnya yang tidak bisa menaikkan derajat keluarga dan hanya bisa membuat istri dan anaknya menderita. Pak Sunyoto pun berhenti memukul dan masuk kamarnya untuk merenung. Sementara Vero ditenangkan dan diobati oleh ibunya yang sangat sakit melihat bekas luka pukulan itu dan di hatinya penuh dendam dan amarah pada Eva dan Hazel. Ulang tahun bu Eva pun tiba dan banyak tamu yang berdatangan di ballroom sebuah hotel terkenal termasuk pak Hansen. Begitu juga dengan Pak Sunyoto beserta Tia dan Vero yang di undang oleh Hazel. Vero pun mulai melakukan aksinya dengan cara menaruh obat perangsang di dalam minuman Hazel yang kemudian di bawakan oleh Vero sendiri. 'Kali ini mati kamu, Hazel! Aku sudah menyediakan lelaki yang berpenyakit AIDS untukmu! Nikmati pelan-pelan!' batin Vero. "Ibu, selamat ulang tahun! Kak, maaf ya kalau akhir-akhir ini perlakuanku ke kakak cukup kurang ajar! Aku janji tidak akan mengulanginya lagi! Sebagai permohan maaf dariku, ambillah minuman ini. Kita bersulang!" ujar Vero sambil membawakan 3 minuman dalam nampan. "Baiklah! Aku terima maafmu! Jangan mengulanginya lagi!" ujar Hazel mengambil minuman itu dan mereka bertiga pun bersulang."Nyonya muda, ada yang mencari anda di luar. Dia mengaku sebagai adik anda dan tunangan anda." ujar pelayan itu dengan nada takut karena tuan mudanya juga ada disitu. "Tunangan?" lirik Hazel pada suaminya. "Tunangan yang mana? Aku adalah suaminya. Usir mereka!" pinta Calvin. "Eh! Masa segampang itu sih cuma diusir aja? Kesini kamu!" pinta Hazel pada pelayannya dan membisikkan sesuatu ke telinganya. "Baik, Nyonya muda!" jawab pelayan muda itu melangkah pergi. "Kamu bilang apa padanya?" tanya Calvin dengan kebingungan. "Yuk kita ke balkon! Aku mau kamu menemaniku melihat drama 1 babak!" ajak Hazel pada suaminya yang hanya mengangguk dan ikut dengannya. Sampai di balkon terlihat kalau 4 pengawal tengah mengeluarkan Vero dan Alwin dari rumah. Disitu Alwin berteriak memaki Hazel yang membuat Calvin geram dan ingin menghajarnya, tapi ditahan oleh istrinya. Setelah itu 2 anjing doberman milik Calvin pun dikeluarkan dan menggonggi mereka sampai lari ketakutan. Hazel pun ngaka
Hazel pun meminumnya dan mendadak dia merasa kepalanya pusing dan Vero berpikir kalau obatnya sangat cepat bekerja. "Kak, aku bawa ke kamar ya supaya kakak bisa istirahat." ujar Vero sambil membopong kakaknya. "Iya! Makasih ya Vero! Aduh kepalaku pusing sekali! Maaf ya, Ma!" sesal Hazel. Vero pun membopong kakaknya ke kamar 1212 dengan lift. Sampai di kamar dia melatakkan kakaknya dengan kasar di tempat tidur, lalu secara mendadak Vero juga merasakan kepalanya sangat pusing, lalu pingsan. Hazel pun bangun dan merapikan dirinya. "Rasain kamu! Mau coba ngejebak malah kena batunya sendiri kan! Huh!" ejek Hazel sambil melangkah keluar dari kamar. Tak lama setelah Hazel keluar datanglah seorang pria yang gemuk dan pendek. Dia membuka kamar dengan kartunya dan melihat Vero sudah berbaring di tempat tidur. Dia pun beraksi. Sementara dibawah bu Eva sangat khawatir dengan anaknya yang mendadak pusing. Pak Sunyoto dan Tia yang melihat itu pun sangat senang. Calvin yang melihat ibu
"Apa kata dokter soal keadaan papa?" tanya bu Eva. "Dokter mengatakan kalau papa sudah tidak mempunyai semangat untuk sembuh, itu sudah susah. Kak, kami mohon jangan kembali lagi pada Sunyoto." mohon ketiga adiknya sambil berlutut. "Aduh! Berdirilah kalian semua! Aku sudah cerai dengan Sunyoto dan aku janji akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa. "Benar, Paman! Besok pengacara akan memproses perceraian mama di pengadilan." ujar Hazel. "Papa dengar kan? Kakak sudah bercerai dengan bajingan itu dan kakak akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa." ujar adik keduanya, Denzel yang membuat ayah mereka berlinang airmata. Pikiran Hazel pun melayang ke kehidupan sebelumnya bagaimana setelah sepeninggal kakeknya karena tidak ada keinginan untuk sembuh, kesialan mulai menimpa ketiga putranya. Denzel anak kedua mendadak mengalami kecelakaan dan mengalami kelumpuhan. Sementara Carlo dan Kai berebutan wanita yang bekerja di klub malam. Akhirnya Carlo mati d
"Bagaimana, Sunyoto? Kamu menerima kekalahan kamu?" tanya bu Eva. "Tidak! Tidak mungkin aku kalah dari wanita seperti kamu yang hanya wanita biasa dan tidak bisa apa-apa. Kamu hanya beruntung sesaat!" hina pak Sunyoto. "Wanita biasa kata anda? Kalau memang ibuku wanita biasa, lantas kenapa kamu ingin menabraknya sampai mati?" tanya Hazel yang mendadak masuk ke ruang rapat dan membuat pemegang saham yang lain saling berbisik. "Wah! Gila juga Sunyoto! Sampai tega ngehabisi istrinya demi kontrak!" ujar pemegang saham yang lain. "Apa buktinya kalau memang aku mau membunuh ibumu?" tanya pak Sunyoto. "Bukti ada di ponselku! Sebelum aku perlihatkan ke semua pemegang saham aku mau bertanya dulu. Apa anda tidak malu kalau benar-benar aku perlihatkan pada semua orang?" tanya Hazel pada ayahnya. "Aku tidak percaya kalau kamu ada buktinya! Kamu telah menuduh ayahmu sendiri." jawab pak Sunyoto yang memang sudah ketakutan. "Baiklah! Paman sekalian, videonya sudah kukirimkan. Selamat m
Sekeluarnya bu Eva dengan Pak Hansen dari perusahaan, Pak Sunyoto pun menghidupkan mobil dan mau menabrak istrinya. Apa daya bu Eva didorong untuk menjauh dan pak Hansen yang terpental 1 meter. Melihat itu pak Sunyoto pun tancap gas pergi dari TKP. "Hans! Bangun, Hans!" panggil bu Eva sambil menepuk halus wajah pria paruh baya itu. "Eva! Ka..mu gak apa-apa?" tanya pria paruh baya itu sambil memegang wajah bu Eva. "Gak! Aku gak apa-apa, Hans. Itu semua karena kamu yang menolongku. Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang." ucap bu Eva sambil menelepon ambulance. Tak lama ambulance pun datang dan membawa mereka ke rumah sakit. Di depan ruang UGD, bu Eva menelepon Hazel yang sedang makan siang dengan suaminya. Mereka pun berangkat. "Ma, mama gak apa-apa kan?" tanya Hazel dengan khawatir. "Gak, Nak! Mama gak apa-apa. Hanya luka gores sedikit aja saat Hansen mendorong mama." jawab bu Eva menunjukkan luka tersebut. "Syukurlah mama gak apa-apa. Terus mama tahu siapa yang nabr
"Ma, jika aku mengatakan siapa anak haram papa apakah mama mau bercerai dengan papa?" tanya Hazel. "Apakah kamu menginginkan agar mama bercerai dengan papa?" tanya bu Eva kembali. "Iya, Ma! Aku tidak mau mama hidup menderita dengan papa lagi gegara Tia & anak haramnya. Kita buka lembaran hidup lagi tanpa papa. Gimana ma?" tanya Hazel. "Nak, kenapa harus seperti itu? Kakek janji akan melakukan apa saja agar kamu mendapatkan keluarga yang utuh." janji pak Dharma. 'Dasar rubah tua! Jangan kamu kira aku tidak tahu apa yang ada dalam otakmu. Mulutmu mengatakan akan memberikan keluarga utuh padaku, tapi kenyataannya setelah mamaku meninggal dibunuh kamu sama sekali tidak bertindak apa-apa dan malah mengatakan kalau aku anak sial yang sudah membunuh ibunya sendiri! Lihat saja, aku juga akan mengurusmu nanti setelah giliran ayah keparat ini!' batin Hazel. "Tidak, Kek! Aku mau ganti papa saja. Aku tidak mau pak Sunyoto jadi papaku!" jawab Hazel yang membuat pak Sunyoto lebih kaget la







