INICIAR SESIÓN"Menurutku, jika kamu suka dengan proyek itu maka ambillah. Tanamlah modal di dalamnya. Tapi awalnya tanam modal kecil dulu. Setelah ada investor baru menanam modal besar. Bagaimana menurutmu?" tanya Hazel.
"luar biasa sekali idemu, sayang. Kamu memang istriku yang terbaik. Sekarang aku akan menelepon bagian pemasaran untuk membicarakan masalah ini. Terima kasih, sayang! Muach!" ujar Calvin melangkah pergi setelah mencium pipi istrinya dan itu membuat Hazel hanya tertawa. 'Kalau saja di kehidupan dulu aku tidak memilih untuk meninggalkan Calvin dan kawin lari dengan Alwin, pasti sekarang aku sudah bahagia dan memiliki banyak anak dari benihnya dan tidak akan hidup menderita sampai anakku dibunuh olehnya!' batin Hazel sambil menggenggam erat sprei tempat tidur. selesai makan malam, Hazel duduk di balkon menikmati angin malam sambil menyeruput teh chamomile buatannya. Dia berpikir bagaimana membuktikan pada ibunya kalau selama ini dia telah dikhianati oleh suaminya, bahkan sampai sudah memiliki anak yang dia besarkan selama puluhan tahun. "Drrrttt! Drrrttt! Drrrttt! Ya! Bagaimana?" tanya Hazel saat mengangkat ponselnya. "Nona, seperti yang anda ramalkan kalau Nona Vero dan tuan Alwin adalah pasangan kekasih sejak duduk di bangku SMU dan Nona Vero juga sudah beberapa kali menggugurkan kandungan." jawab seorang pria di ujung seberang. "Lalu bagaimana hubungan ayahku dengan Tia?" tanya Hazel sambil menyeruput chamomile nya. "Hubungan tuan Sunyoto dengan sekretarisnya Tia sudah terjalin sebelum menikah dengan bu Eva. Saat itu mereka sudah punya 2 anak perempuan, yaitu Vero dan Ani. Tapi Ani hilang saat berumur 3 tahun." jawab pria tersebut. "Sampai sekarang tidak ada yang tahu keberadaan Ani?" tanya Hazel memastikan. "Tidak bu. Apakah anda mau kami mencarinya?" tanya pria tersebut. "Tidak usah. Apakah kamu punya bukti perselingkuhan ayahku dengan Tia?" tanya Hazel. "Ada bu. Apakah mau dikirimkan ke ibu?" tanya pria tersebut. "Tidak. Kirimkan saja ke rumah kakekku. Aku mau dia lihat bagaimana dia mendidik anaknya." jawab Hazel yang kemudian mematikan ponselnya. Tak lama kemudian Calvin masuk ke kamar dan menemukan Hazel sedang duduk di balkon. dia pun menghampiri istrinya dan mengajaknya untuk tidur. Hazel pun tidur, tapi dia tidak bisa memejamkan mata karena dia masih mengingat kehidupan sebelumnya yang dia jalani dengan penuh duka, luka dan pengkhinatan. Keesokan paginya setelah sarapan, dia diantar Calvin menuju rumah kakek dan neneknya. Disana Hazel diperkenalkan dan mereka menyambut baik cucu menantu itu. Bahkan Hazel diberikan gelang giok yang merupakan peninggalan orang tua nenek Calvin dan diterima baik oleh Hazel. Setelah agak lama, mereka pun memutuskan untuk pulang dan sebelum Calvin kembali ke kantor, Hazel diberikan black card oleh suaminya. Awalnya Hazel menolak, tapi suaminya terus memaksa dan dia pun tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima. Karena keesokan harinya dia harus pulang ke rumahnya karena ulang tahun ibunya, maka dia memutuskan ke toko mas membeli perhiasan untuk ibunya. Hazel membelikan 1 set perhiasan pink sapphire untuk ulang tahun ibunya. "Kakak! Hazel! Ternyata kamu gak lupa ya dengan ulang tahunku!" ujar Alwin yang melihat Hazel membeli hadiah. "Hah?! Memangnya besok ulang tahunmu ya?" tanya Hazel dengan nada bingung. "Sudahlah, Hazel! Katakan saja kalau kamu masih mencintaiku dan kamu tidak bisa lepas dariku. Aku janji akan memberimu kesempatan dan melupakan semua yang kamu perbuat padaku di hari itu. Bagaimana?" saran Alwin yang membuat Hazel tertawa keras. "Hahaha! Memberiku kesempatan? Alwin! Alwin! Kamu itu ya kepedean sekali. Kamu sadar gak kalau aku sudah menikah dengan Calvin Wibowo dan sudah tertutup kemungkinan untuk bersamamu lagi. Udahlah! Jalani aja hubunganmu dengan Vero dan berhentilah untuk menjadi penjilat!" maki Hazel yang langsung melangkah pergi, tapi ditarik kembali oleh Alwin. "Hazel, aku tahu kalau kamu cemburu dengan Vero. Tapi aku memang tidak ada hubungan apa-apa dengan adikmu. Jadi berhentilah untuk berpikir seperti anak kecil." nasehat Alwin. "Kakak, aku tahu kalau kakak tidak suka padaku dari kecil dan selalu ingin memiliki apa yang aku miliki. Aku paham perasaan kakak. Demi supaya kakak kembali pada bang Alwin, aku rela berlutut agar kakak kembali pada bang Alwin." ujar Vero berpura-pura menangis. "Vero, untuk apa kamu melakukan ini? Hazel, lihat adikmu apa kamu tidak tersentuh?" tanya Alwin. "Tersentuh? Untuk apa aku tersentuh dengan anak di luar nikah papa dengan ibumu, Tia?" bisik Hazel di telinga adiknya yang membuat air mukanya langsung berubah. 'Sial! Darimana dia tahu kalau ibuku bernama Tia?' batin Vero yang mulai kebingungan. "Akh! Kakak, kenapa kamu mendorongku? Bang Alwin, sakit!" rengek Vero. "Hazel, kamu apaan sih? Kenapa kamu mendorong Vero? Apa salahnya padamu? Ayo sekarang minta maaf sama Vero!" pinta Alwin. "Bang, aku gak apa-apa kok. Jangan marah sama kakak ya." hibur Vero dengan kepura-puraannya. "Lihat adikmu masih membelamu setelah apa yang kamu lakukan padanya! Cepat minta maaf padanya!" pinta Alwin sekali lagi. "Minta maaf? Baiklah!" tukas Hazel sambil mendekati adiknya. "Plak! Plak!" tampar Hazel. "Hazel! Gila kamu!" maki Alwin sambil memegang wajah Vero "Bukankah tadi Vero mengatakan aku mendorongnya dan kamu menyuruhku untuk minta maaf? Tamparan inilah permohonan minta maaf dariku. Lain kali kalau mau mencari masalah denganku dipikirkan dulu!" nasehat Hazel sambil melangkah pergi. 'Kenapa aku sepertinya tidak mengenali Hazel? Dia sepertinya sangat susah untuk aku kendalikan. Apa dia tahu sesuatu tentang hubunganku dengan Vero? Tidak! Tidak mungkin! Dia hanya cemburu dengan Vero!' batin Alwin sambil melihat Hazel yang melangkah pergi. Sekeluarnya dari toko mas, Hazel menuju perusahaan mencari ibunya. Tapi disitu sudah ada kakeknya, pak Dharma dan orang tuanya. Hazel pun mendengarkan dari balik pintu. "Sunyoto, tega sekali kamu mengkhianati Eva dan selingkuh dengan Tia sampai punya anak dari dia!" marah pak Dharma sambil meletakkan foto syur pak Sunyoto dengan Tia. "Maafkan aku, pa! Eva, aku khilaf! Kamu mau kan memaafkan aku?" tanya pak Sunyoto sambil berlutut meminta maaf pada istrinya. "Plak! Tega kamu! Katakan padaku dimana anak Tia sekarang?" tanya bu Eva pada suaminya yang membuat air mukanya berubah. "Aku tidak tahu. Aku tidak pernah berhubungan dengan anakku." bohong pak Sunyoto yang membuat Hazel yang tengah mendengarkan di luar hanya nyengir. "Benar kamu tidak tahu dimana anakmu?" tanya pak Dharma memastikan. "Benar, Pa! Aku tidak tahu dimana keberadaan anakku!" jawab pak Sunyoto. "Brak! Sudahlah Pa! Jangan berbohong lagi pada mama! Ma, aku tahu siapa anak di luar nikahnya papa!" tukas Hazel. "Siapa, Nak?" tanya bu Eva penasaran. "Anak kurang ajar! Anak sial! Apa kamu mau mengacaukan rumah tangga orang tuamu sendiri? Hah?!" maki pak Sunyoto. "Diam kamu! Nak, katakan pada kakek dan ibumu siapa anak hasil selingkuhan ayahmu?" mohon pak Dharma."Nyonya muda, ada yang mencari anda di luar. Dia mengaku sebagai adik anda dan tunangan anda." ujar pelayan itu dengan nada takut karena tuan mudanya juga ada disitu. "Tunangan?" lirik Hazel pada suaminya. "Tunangan yang mana? Aku adalah suaminya. Usir mereka!" pinta Calvin. "Eh! Masa segampang itu sih cuma diusir aja? Kesini kamu!" pinta Hazel pada pelayannya dan membisikkan sesuatu ke telinganya. "Baik, Nyonya muda!" jawab pelayan muda itu melangkah pergi. "Kamu bilang apa padanya?" tanya Calvin dengan kebingungan. "Yuk kita ke balkon! Aku mau kamu menemaniku melihat drama 1 babak!" ajak Hazel pada suaminya yang hanya mengangguk dan ikut dengannya. Sampai di balkon terlihat kalau 4 pengawal tengah mengeluarkan Vero dan Alwin dari rumah. Disitu Alwin berteriak memaki Hazel yang membuat Calvin geram dan ingin menghajarnya, tapi ditahan oleh istrinya. Setelah itu 2 anjing doberman milik Calvin pun dikeluarkan dan menggonggi mereka sampai lari ketakutan. Hazel pun ngaka
Hazel pun meminumnya dan mendadak dia merasa kepalanya pusing dan Vero berpikir kalau obatnya sangat cepat bekerja. "Kak, aku bawa ke kamar ya supaya kakak bisa istirahat." ujar Vero sambil membopong kakaknya. "Iya! Makasih ya Vero! Aduh kepalaku pusing sekali! Maaf ya, Ma!" sesal Hazel. Vero pun membopong kakaknya ke kamar 1212 dengan lift. Sampai di kamar dia melatakkan kakaknya dengan kasar di tempat tidur, lalu secara mendadak Vero juga merasakan kepalanya sangat pusing, lalu pingsan. Hazel pun bangun dan merapikan dirinya. "Rasain kamu! Mau coba ngejebak malah kena batunya sendiri kan! Huh!" ejek Hazel sambil melangkah keluar dari kamar. Tak lama setelah Hazel keluar datanglah seorang pria yang gemuk dan pendek. Dia membuka kamar dengan kartunya dan melihat Vero sudah berbaring di tempat tidur. Dia pun beraksi. Sementara dibawah bu Eva sangat khawatir dengan anaknya yang mendadak pusing. Pak Sunyoto dan Tia yang melihat itu pun sangat senang. Calvin yang melihat ibu
"Apa kata dokter soal keadaan papa?" tanya bu Eva. "Dokter mengatakan kalau papa sudah tidak mempunyai semangat untuk sembuh, itu sudah susah. Kak, kami mohon jangan kembali lagi pada Sunyoto." mohon ketiga adiknya sambil berlutut. "Aduh! Berdirilah kalian semua! Aku sudah cerai dengan Sunyoto dan aku janji akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa. "Benar, Paman! Besok pengacara akan memproses perceraian mama di pengadilan." ujar Hazel. "Papa dengar kan? Kakak sudah bercerai dengan bajingan itu dan kakak akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa." ujar adik keduanya, Denzel yang membuat ayah mereka berlinang airmata. Pikiran Hazel pun melayang ke kehidupan sebelumnya bagaimana setelah sepeninggal kakeknya karena tidak ada keinginan untuk sembuh, kesialan mulai menimpa ketiga putranya. Denzel anak kedua mendadak mengalami kecelakaan dan mengalami kelumpuhan. Sementara Carlo dan Kai berebutan wanita yang bekerja di klub malam. Akhirnya Carlo mati d
"Bagaimana, Sunyoto? Kamu menerima kekalahan kamu?" tanya bu Eva. "Tidak! Tidak mungkin aku kalah dari wanita seperti kamu yang hanya wanita biasa dan tidak bisa apa-apa. Kamu hanya beruntung sesaat!" hina pak Sunyoto. "Wanita biasa kata anda? Kalau memang ibuku wanita biasa, lantas kenapa kamu ingin menabraknya sampai mati?" tanya Hazel yang mendadak masuk ke ruang rapat dan membuat pemegang saham yang lain saling berbisik. "Wah! Gila juga Sunyoto! Sampai tega ngehabisi istrinya demi kontrak!" ujar pemegang saham yang lain. "Apa buktinya kalau memang aku mau membunuh ibumu?" tanya pak Sunyoto. "Bukti ada di ponselku! Sebelum aku perlihatkan ke semua pemegang saham aku mau bertanya dulu. Apa anda tidak malu kalau benar-benar aku perlihatkan pada semua orang?" tanya Hazel pada ayahnya. "Aku tidak percaya kalau kamu ada buktinya! Kamu telah menuduh ayahmu sendiri." jawab pak Sunyoto yang memang sudah ketakutan. "Baiklah! Paman sekalian, videonya sudah kukirimkan. Selamat m
Sekeluarnya bu Eva dengan Pak Hansen dari perusahaan, Pak Sunyoto pun menghidupkan mobil dan mau menabrak istrinya. Apa daya bu Eva didorong untuk menjauh dan pak Hansen yang terpental 1 meter. Melihat itu pak Sunyoto pun tancap gas pergi dari TKP. "Hans! Bangun, Hans!" panggil bu Eva sambil menepuk halus wajah pria paruh baya itu. "Eva! Ka..mu gak apa-apa?" tanya pria paruh baya itu sambil memegang wajah bu Eva. "Gak! Aku gak apa-apa, Hans. Itu semua karena kamu yang menolongku. Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang." ucap bu Eva sambil menelepon ambulance. Tak lama ambulance pun datang dan membawa mereka ke rumah sakit. Di depan ruang UGD, bu Eva menelepon Hazel yang sedang makan siang dengan suaminya. Mereka pun berangkat. "Ma, mama gak apa-apa kan?" tanya Hazel dengan khawatir. "Gak, Nak! Mama gak apa-apa. Hanya luka gores sedikit aja saat Hansen mendorong mama." jawab bu Eva menunjukkan luka tersebut. "Syukurlah mama gak apa-apa. Terus mama tahu siapa yang nabr
"Ma, jika aku mengatakan siapa anak haram papa apakah mama mau bercerai dengan papa?" tanya Hazel. "Apakah kamu menginginkan agar mama bercerai dengan papa?" tanya bu Eva kembali. "Iya, Ma! Aku tidak mau mama hidup menderita dengan papa lagi gegara Tia & anak haramnya. Kita buka lembaran hidup lagi tanpa papa. Gimana ma?" tanya Hazel. "Nak, kenapa harus seperti itu? Kakek janji akan melakukan apa saja agar kamu mendapatkan keluarga yang utuh." janji pak Dharma. 'Dasar rubah tua! Jangan kamu kira aku tidak tahu apa yang ada dalam otakmu. Mulutmu mengatakan akan memberikan keluarga utuh padaku, tapi kenyataannya setelah mamaku meninggal dibunuh kamu sama sekali tidak bertindak apa-apa dan malah mengatakan kalau aku anak sial yang sudah membunuh ibunya sendiri! Lihat saja, aku juga akan mengurusmu nanti setelah giliran ayah keparat ini!' batin Hazel. "Tidak, Kek! Aku mau ganti papa saja. Aku tidak mau pak Sunyoto jadi papaku!" jawab Hazel yang membuat pak Sunyoto lebih kaget la







