Compartir

Chapter 6

Autor: Moccha778
last update Última actualización: 2025-10-21 21:03:40

"Bagaimana, Sunyoto? Kamu menerima kekalahan kamu?" tanya bu Eva.

"Tidak! Tidak mungkin aku kalah dari wanita seperti kamu yang hanya wanita biasa dan tidak bisa apa-apa. Kamu hanya beruntung sesaat!" hina pak Sunyoto.

"Wanita biasa kata anda? Kalau memang ibuku wanita biasa, lantas kenapa kamu ingin menabraknya sampai mati?" tanya Hazel yang mendadak masuk ke ruang rapat dan membuat pemegang saham yang lain saling berbisik.

"Wah! Gila juga Sunyoto! Sampai tega ngehabisi istrinya demi kontrak!" ujar pemegang saham yang lain.

"Apa buktinya kalau memang aku mau membunuh ibumu?" tanya pak Sunyoto.

"Bukti ada di ponselku! Sebelum aku perlihatkan ke semua pemegang saham aku mau bertanya dulu. Apa anda tidak malu kalau benar-benar aku perlihatkan pada semua orang?" tanya Hazel pada ayahnya.

"Aku tidak percaya kalau kamu ada buktinya! Kamu telah menuduh ayahmu sendiri." jawab pak Sunyoto yang memang sudah ketakutan.

"Baiklah! Paman sekalian, videonya sudah kukirimkan. Selamat menikmati!" ujar Hazel.

Bunyi di ponsel pun terdengar dan pemegang saham yang lain termasuk pak Sunyoto dan Tia beserta bu Eva juga mendapatkan video itu yang dimulai dari bu Eva berjalan bersama Hansen sampai bagaimana mereka tertabrak oleh mobil yang dikemudikan pak Sunyoto.

"Gila kamu, Sunyoto! Gegara kontrak kamu mau habisi istrimu sendiri!" ujar pemegang saham yang lebih muda.

"Iya! Bu Eva, sebaiknya suami seperti itu diceraikan dan dilaporkan saja ke polisi!" saran pemegang saham yang merupakan seorang wanita.

"Kalian jangan percaya video itu! Kalian belum melihat bagaimana wanita ini bergandengan mesra dengan lelaki di foto itu!" ujar pak Sunyoto yang berusaha untuk membuat nama baik istrinya menjadi buruk.

"Selingkuh? Dengan pak Hansen maksudmu? Kamu jangan sembarang bicara, Sunyoto! Istrimu dari dulu sudah bekerja sama dengan pak Hansen!" ucap pemegang saham yang lain.

"Pak Hansen pemilik perusahaan Wijaya&Co? Tidak mungkin! Aku tidak percaya!" tukas pak Sunyoto.

"Itulah akibatnya kalau orang tidak mau mengurusi perusahaan! Bos besar pun dia gak tahu!" ujar pemegang saham yang agak paruh baya dan disambut tawa yang lain.

"Sunyoto, saham 40% milikmu akan menjadi milik Hazel dan tanda tangani surat cerai ini. Pengacaraku akan memproses perceraian kita!" ujar bu Eva sambil kemberikan surat cerai dan dokumen pengalihan saham.

"Kak Eva, apakah kakak harus mengusir bang Sunyoto dengan begitu kejam tanpa meninggalkan apapun untuk dia?" tanya Tia dengan penuh kepura-puraan.

"Kalau kamu tidak berbicara aku jadi lupa untuk berurusan denganmu! Pak Sunyoto yang terhormat, apakah anda tahu kalau selingkuhan anda memiliki anak yang lain? Apakah anda juga tahu kalau sekarang dia sedang hamil 4 bulan?" tanya Hazel menyerahkan bukti dari rumah sakit pada ayahnya.

"Hamil? Benarkah itu Tia? Bukankah kamu pernah mengatakan kalau rahimmu sudah diangkat dan tidak mungkin bagimu untuk hamil lagi? tanya pak Sunyoto yang kali ini membuat Tia terdiam seribu bahasa.

Di kehidupan sebelumnya Tia hamil dan melahirkan seorang bayi laki-laki dari benih pria lain yang diberi nama Bram. Anak itu disembunyikan dengan sangat baik sampai sebuah kecelakaan yang membuat anak itu kehilangan banyak darah. Saat rumah sakit meminta donor, darah ayah dari anak itu tidak cocok. Begitu juga dengan darah Tia yang menyebabkan anak itu meninggal di usia 8 tahun.

"Yah! Mana mungkin sih dia mau jujur!" bisik Hazel pada ibunya yang hanya mengangguk.

"Aku tidak mau mendengar pertengkaran kalian. Sekarang cepat tanda tangani surat pengalihan saham dan surat cerai ini!" pinta bu Eva.

"Eva, maafkan aku! Maafkan kesalahanku! Aku mohon jangan menceraikan aku! Aku akan melakukan apa saja asal kita jangan bercerai!" mohon pak Sunyoto sambil berlutut.

"Apapun?" tanya bu Eva sekali lagi.

"Iya! Apapun akan kulakukan!" jawab pak Sunyoto.

"Baiklah! Kirim Tia dan Vero pergi jauh dari sini! Bisa kamu lakukan?" tanya bu Eva.

"Ini! Ini! Ehm....

"Sudahlah! Aku tahu jawabanmu! Tanda tangani saja 2 surat itu. Besok pengacaraku akan datang untuk memproses perceraian kita!" ujar bu Eva melangkah pergi bersama Hazel diikuti pemegang saham yang lain.

"Bang!" panggil Tia.

"Ikut aku!" pinta pak Sunyoto sambil menarik rambut Tia untuk masuk ke ruang kerjanya dan Tia pun di cambuk dengan ikat pinggang, di tampar sampai di tendang yang mengakibatkan Tia mengalami pendarahan.

"Bang, aku mohon hentikan! Perutku sakit, Bang! Jangan pukul lagi! Aku mohon!" mohon Tia memegang kaki pak Sunyoto.

"Aku tidak peduli! Anak dalam kandunganmu itu anak haram!" ujar pak Sunyoto terus menendang perut Tia sampai dia pingsan.

Sementara ibu dan anak itu sedang makan siang bersama, Alwin juga ada disana bersama Vero. Alwin pun menghampiri ibu dan anak itu.

"Halo tante!" sapa Alwin yang membuat bu Eva hanya mengangguk.

"Vero, sebaiknya kamu pergi melihat kedua orang tuamu. Tadi aku melihat kalau mereka sedang bertengkar gegara ibumu Tia hamil lagi dari benih pria lain. Jangan sampai ibumu dibunuh oleh ayahmu!" ujar bu Eva yang membuat Vero pergi begitu saja diikuti Alwin.

Saat Vero sampai di kantor ayahnya, dia tidak melihat ada ibunya disitu. Dia pun bertanya pada karyawan lain yang mengatakan kalau ibunya dibawa le rumah sakit memakai ambulance. sementara ayahnya dibawa polisi untuk di proses. Vero pun terduduk lemas di lantai.

"Mama! Mama gak akan apa-apakan, bang?" tanya Vero pada Alwin.

"Gak! Tante Tia pasti akan baik-baik aja!" jawab Alwin yang berusaha menyemangati pasangannya.

"Semua ini gegara ibu dan anak itu! Aku pasti akan membuat mereka membayar atas apa yang mereka lakukan pada orang tuaku!" ujar Vero yang matanya penuh dengan hawa dendam.

Sementara itu, Hazel mengantar bu Eva untuk pulang ke rumah mengambil barang-barang. Saat mengambil barang bu Eva melihat ada kotak besar yang berisi barang yang diberikan Hansen padanya saat baru menikah dengan Sunyoto.

Karena takut Sunyoto marah, Eva pun menyimpan barang itu di sebuah kotak besar dan memasukkan nya ke lemari. Eva pun menangis keras karena dia merasa kalau saja dia menikah dengan Hansen, mungkin dia sudah bahagia.

Setelah membawa barang-barang yang diperlukan, Hazel pun mengantar ibunya ke rumah pamannya. Disana ibunya disambut baik oleh ketiga adiknya. Bu Eva langsung berlutut meminta maaf pada ayah nya, Pak Wira Kusuma yang sedang sakit di tempat tidur karena terkena stroke.

"Kak, papa sudah memaafkan kakak. Berdirilah! Jangan berlutut lagi!" saran adik keduanya, Denzel.

"Iya, kak!" ujar adik bungsunya, Carlo.

"Bagaimana keadaan papa sekarang setelah kepergianku?" tanya bu Eva pada ketiga adiknya.

"Jujur saja papa sangat sedih setelah kakak menikah dengan Sunyoto. Apalagi di saat kakak tidak ada kabar, papa jadi makin sedih." jawab Denzel.

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • Kelahiran Kedua   Chapter 9

    "Nyonya muda, ada yang mencari anda di luar. Dia mengaku sebagai adik anda dan tunangan anda." ujar pelayan itu dengan nada takut karena tuan mudanya juga ada disitu. "Tunangan?" lirik Hazel pada suaminya. "Tunangan yang mana? Aku adalah suaminya. Usir mereka!" pinta Calvin. "Eh! Masa segampang itu sih cuma diusir aja? Kesini kamu!" pinta Hazel pada pelayannya dan membisikkan sesuatu ke telinganya. "Baik, Nyonya muda!" jawab pelayan muda itu melangkah pergi. "Kamu bilang apa padanya?" tanya Calvin dengan kebingungan. "Yuk kita ke balkon! Aku mau kamu menemaniku melihat drama 1 babak!" ajak Hazel pada suaminya yang hanya mengangguk dan ikut dengannya. Sampai di balkon terlihat kalau 4 pengawal tengah mengeluarkan Vero dan Alwin dari rumah. Disitu Alwin berteriak memaki Hazel yang membuat Calvin geram dan ingin menghajarnya, tapi ditahan oleh istrinya. Setelah itu 2 anjing doberman milik Calvin pun dikeluarkan dan menggonggi mereka sampai lari ketakutan. Hazel pun ngaka

  • Kelahiran Kedua   Chapter 8

    Hazel pun meminumnya dan mendadak dia merasa kepalanya pusing dan Vero berpikir kalau obatnya sangat cepat bekerja. "Kak, aku bawa ke kamar ya supaya kakak bisa istirahat." ujar Vero sambil membopong kakaknya. "Iya! Makasih ya Vero! Aduh kepalaku pusing sekali! Maaf ya, Ma!" sesal Hazel. Vero pun membopong kakaknya ke kamar 1212 dengan lift. Sampai di kamar dia melatakkan kakaknya dengan kasar di tempat tidur, lalu secara mendadak Vero juga merasakan kepalanya sangat pusing, lalu pingsan. Hazel pun bangun dan merapikan dirinya. "Rasain kamu! Mau coba ngejebak malah kena batunya sendiri kan! Huh!" ejek Hazel sambil melangkah keluar dari kamar. Tak lama setelah Hazel keluar datanglah seorang pria yang gemuk dan pendek. Dia membuka kamar dengan kartunya dan melihat Vero sudah berbaring di tempat tidur. Dia pun beraksi. Sementara dibawah bu Eva sangat khawatir dengan anaknya yang mendadak pusing. Pak Sunyoto dan Tia yang melihat itu pun sangat senang. Calvin yang melihat ibu

  • Kelahiran Kedua   Chapter 7

    "Apa kata dokter soal keadaan papa?" tanya bu Eva. "Dokter mengatakan kalau papa sudah tidak mempunyai semangat untuk sembuh, itu sudah susah. Kak, kami mohon jangan kembali lagi pada Sunyoto." mohon ketiga adiknya sambil berlutut. "Aduh! Berdirilah kalian semua! Aku sudah cerai dengan Sunyoto dan aku janji akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa. "Benar, Paman! Besok pengacara akan memproses perceraian mama di pengadilan." ujar Hazel. "Papa dengar kan? Kakak sudah bercerai dengan bajingan itu dan kakak akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa." ujar adik keduanya, Denzel yang membuat ayah mereka berlinang airmata. Pikiran Hazel pun melayang ke kehidupan sebelumnya bagaimana setelah sepeninggal kakeknya karena tidak ada keinginan untuk sembuh, kesialan mulai menimpa ketiga putranya. Denzel anak kedua mendadak mengalami kecelakaan dan mengalami kelumpuhan. Sementara Carlo dan Kai berebutan wanita yang bekerja di klub malam. Akhirnya Carlo mati d

  • Kelahiran Kedua   Chapter 6

    "Bagaimana, Sunyoto? Kamu menerima kekalahan kamu?" tanya bu Eva. "Tidak! Tidak mungkin aku kalah dari wanita seperti kamu yang hanya wanita biasa dan tidak bisa apa-apa. Kamu hanya beruntung sesaat!" hina pak Sunyoto. "Wanita biasa kata anda? Kalau memang ibuku wanita biasa, lantas kenapa kamu ingin menabraknya sampai mati?" tanya Hazel yang mendadak masuk ke ruang rapat dan membuat pemegang saham yang lain saling berbisik. "Wah! Gila juga Sunyoto! Sampai tega ngehabisi istrinya demi kontrak!" ujar pemegang saham yang lain. "Apa buktinya kalau memang aku mau membunuh ibumu?" tanya pak Sunyoto. "Bukti ada di ponselku! Sebelum aku perlihatkan ke semua pemegang saham aku mau bertanya dulu. Apa anda tidak malu kalau benar-benar aku perlihatkan pada semua orang?" tanya Hazel pada ayahnya. "Aku tidak percaya kalau kamu ada buktinya! Kamu telah menuduh ayahmu sendiri." jawab pak Sunyoto yang memang sudah ketakutan. "Baiklah! Paman sekalian, videonya sudah kukirimkan. Selamat m

  • Kelahiran Kedua   Chapter 5

    Sekeluarnya bu Eva dengan Pak Hansen dari perusahaan, Pak Sunyoto pun menghidupkan mobil dan mau menabrak istrinya. Apa daya bu Eva didorong untuk menjauh dan pak Hansen yang terpental 1 meter. Melihat itu pak Sunyoto pun tancap gas pergi dari TKP. "Hans! Bangun, Hans!" panggil bu Eva sambil menepuk halus wajah pria paruh baya itu. "Eva! Ka..mu gak apa-apa?" tanya pria paruh baya itu sambil memegang wajah bu Eva. "Gak! Aku gak apa-apa, Hans. Itu semua karena kamu yang menolongku. Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang." ucap bu Eva sambil menelepon ambulance. Tak lama ambulance pun datang dan membawa mereka ke rumah sakit. Di depan ruang UGD, bu Eva menelepon Hazel yang sedang makan siang dengan suaminya. Mereka pun berangkat. "Ma, mama gak apa-apa kan?" tanya Hazel dengan khawatir. "Gak, Nak! Mama gak apa-apa. Hanya luka gores sedikit aja saat Hansen mendorong mama." jawab bu Eva menunjukkan luka tersebut. "Syukurlah mama gak apa-apa. Terus mama tahu siapa yang nabr

  • Kelahiran Kedua   Chapter 4

    "Ma, jika aku mengatakan siapa anak haram papa apakah mama mau bercerai dengan papa?" tanya Hazel. "Apakah kamu menginginkan agar mama bercerai dengan papa?" tanya bu Eva kembali. "Iya, Ma! Aku tidak mau mama hidup menderita dengan papa lagi gegara Tia & anak haramnya. Kita buka lembaran hidup lagi tanpa papa. Gimana ma?" tanya Hazel. "Nak, kenapa harus seperti itu? Kakek janji akan melakukan apa saja agar kamu mendapatkan keluarga yang utuh." janji pak Dharma. 'Dasar rubah tua! Jangan kamu kira aku tidak tahu apa yang ada dalam otakmu. Mulutmu mengatakan akan memberikan keluarga utuh padaku, tapi kenyataannya setelah mamaku meninggal dibunuh kamu sama sekali tidak bertindak apa-apa dan malah mengatakan kalau aku anak sial yang sudah membunuh ibunya sendiri! Lihat saja, aku juga akan mengurusmu nanti setelah giliran ayah keparat ini!' batin Hazel. "Tidak, Kek! Aku mau ganti papa saja. Aku tidak mau pak Sunyoto jadi papaku!" jawab Hazel yang membuat pak Sunyoto lebih kaget la

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status