INICIAR SESIÓN"Ma, jika aku mengatakan siapa anak haram papa apakah mama mau bercerai dengan papa?" tanya Hazel.
"Apakah kamu menginginkan agar mama bercerai dengan papa?" tanya bu Eva kembali. "Iya, Ma! Aku tidak mau mama hidup menderita dengan papa lagi gegara Tia & anak haramnya. Kita buka lembaran hidup lagi tanpa papa. Gimana ma?" tanya Hazel. "Nak, kenapa harus seperti itu? Kakek janji akan melakukan apa saja agar kamu mendapatkan keluarga yang utuh." janji pak Dharma. 'Dasar rubah tua! Jangan kamu kira aku tidak tahu apa yang ada dalam otakmu. Mulutmu mengatakan akan memberikan keluarga utuh padaku, tapi kenyataannya setelah mamaku meninggal dibunuh kamu sama sekali tidak bertindak apa-apa dan malah mengatakan kalau aku anak sial yang sudah membunuh ibunya sendiri! Lihat saja, aku juga akan mengurusmu nanti setelah giliran ayah keparat ini!' batin Hazel. "Tidak, Kek! Aku mau ganti papa saja. Aku tidak mau pak Sunyoto jadi papaku!" jawab Hazel yang membuat pak Sunyoto lebih kaget lagi. "Dasar anak kurang ajar! Anak sial! Percuma saja aku membesarkanmu selama ini kalau balasanmu seperti ini! Mati saja kau!" maki pak Sunyoto. "Plak! Apa hakmu memaki anakku? Kamu tidak pernah berkontribusi membesarkan dia. Bahkan kamu juga tidak pernah menafkahiku. Dulu saat sedang hamil besar aku masih harus mengurusi perusahaan. Saat perutku kontraksi, aku masih memimpin rapat dan menanda tangani proyek dengan keluarga Wijaya. Sementara kamu, saat aku melahirkan dimana kamu berada? Kamu tahunya hanya berjudi, mabuk-mabukan dan bermain wanita. Apakah aku marah padamu? Tidak! Saat Hazel lahir apakah kamu pernah melihatnya walaupun hanya sebentar? Juga tidak! Kamu selalu mengatakan kamu sibuk! Beberapa minggu setelah melahirkan, saham perusahaan mendadak anjlok. Apa kamu peduli? Juga tidak. Semuanya aku yang mengerjakannya. Jadi jangan mengatakan kalau kamu ada kontribusi dalam membesarkannya!" ujar bu Eva mengungkit semua kesalahan suaminya. "Va, jadi putusanmu bagaimana?" tanya pak dharma. "Pa, aku sudah muak dengan semua ini! Aku hanya bertahan demi Hazel. Kalau Hazel ingin ganti papa, maka aku akan mendengarkannya." jawab bu Eva sambil membelai halus kepala anaknya. "Eva! Gila kamu! Lebih mendengarka anak daripada suamimu sendiri!" maki pak Sunyoto. "Sudah! Cukup! Apa sampai sekarang kamu masih belum menyadari kesalahanmu?" tanya pak dharma. "Kakek, Mama, anak haram papa adalah Vero yang di adopsi dari panti asuhan dan mengatakan pada mama kalau anak itu sangat kasihan dan selalu dibuli oleh anak-anak panti. Kenyataan nya Tia sendirilah yang menaruh Vero ke panti asuhan dan setelah perusahaan sudah stabil Tia menyuruh papa mengadopsi Vero dari panti asuhan." ucap Hazel yang membuat bu Eva melotot. "Ternyata apa yang kupikirkan selama ini benar. Saat kamu membawa Tia yang hamil besar makan malam di rumah, aku sudah mulai curiga kalau anak dalam kandungan Tia adalah anakmu. Tapi aku menepis jauh semua itu dan berusaha untuk berpikir positif. Karena aku tahu kamu tidak mungkin berselingkuh walaupun kamu di luar banyak perempuan. Hikz!" tangis bu Eva. "Ma, Sudah! Lelaki seperti pak Sunyoto tidak usah mama tangisi. Sekarang mama sudah tahu siapa anak haram papa. Lakukan apa yang harus mama lakukan. Aku akan mendukung mama." hibur Hazel pada bu Eva. "Baiklah kalau begitu. Mama putuskan akan bercerai dengan papamu dan rumah yang kita tinggalin sekarang aku akan menjualnya dan hasil penjualan kita bagi 2. Masalah saham perusahaan, aku akan mengambilnya kembali dan kamu keluar dari perusahaanku" tegas bu Eva yang membuat kakek dharma dan pak Sunyoto kaget. "Va, kamu yakin mau menceraikan Sunyoto?" tanya pak Dharma sekali lagi. "Yakin, Pa! Aku akan menyuruh pengacaraku untuk menyiapkan surat cerai. "Baiklah jika itu memang sudah merupakan keputusanmu. Papa juga tidak bisa apa-apa. Papa pergi dulu. Sunyoto, ikut papa!" pinta kakek dharma pada anaknya yang di dalam ruangan hanya menyisakan ibu dan anak itu. Hazel pun mengajak ibunya untuk makan siang dan mengambil semua pakaian ibunya. Setelah itu Hazel mengantar ibunya ke rumah 3 pamannya. Setelah bu Eva menceritakan semua yang terjadi ke 3 adiknya sangatlah marah dan membuat perhitungan pada pak Sunyoto, tapi dihalangi Hazel karena dia ada cara lain yang lebih baik. Sementara di rumah pak Dharma, pak Sunyoto mendapatkan hukuman, yaitu dicambuk 50 kali. Setelah itu Pak Sunyoto dikurung di gudang gelap tanpa lampu dan tanpa makan. Berhari hari pak Sunyoto di dalam gudang dalam keadaan lapar. Pak Dharma yang kasihan pada anaknya itu pun mengeluarkannya dan memberinya makan. "Itu hukuman yang papa berikan padamu supaya kamu berpikir dulu sebelum bertindak! Sekarang Eva sudah tidak mempedulikanmu lagi. Bisa dikatakan kamu gagal dalam menguasai semua harta keluarga Kusuma!" ujar pak Dharma. "Gegara anak sial itu yang merusak semua rencanaku!" maki pak Sunyoto. "Anak itu berubah menjadi susah diatur. Dulu dia tidak pernah peduli pada Eva. Oh ya, bukankah Vero berencana agar Hazel kawin lari dengan Alwin? Kenapa sekarang dia bisa menikah dengan anak keluarga Wibowo?" tanya pak Dharma. "Justru itulah, Pa. Aku juga bingung dan sampai sekarang aku memikirkan dimana salahnya. Kenapa rencana Vero bisa berantakan dan malah Hazel juga bisa mengetahui kalau Vero anakku dengan Tia yang diadopsi dari panti asuhan. Padahal rahasia itu tidak ada seorang pun yang mengetahuinya." jawab pak Sunyoto dengan kebingungan. "Sekarang bukan waktunya untuk bingung! Bukankah Eva dalam waktu beberapa hari ini akan menanda tangani kontrak kerja sama lagi dengan keluarga Wijaya? Rebut kontrak itu dari Eva! Lakukan apa yang harus kamu lakukan! Ingat, aku tidak suka mendengar kata gagal!" pinta pak Dharma. "Baik, Pa! Besok aku akan bertemu Hansen Wijaya untuk membicarakannya." jawab Pak Sunyoto. Keesokan harinya benar saja pak Sunyoto mendatangi perusahaan Wijaya & Co untuk bertemu pak Hansen, tapi ditolak karena tidak ada janji. Tak lama bu Eva datang dan disambut baik oleh penerima tamu, bahkan diundang ke dalam ruangan dan disajikan teh. Pak Sunyoto yang melihat itu sangat marah dan hendak masuk ke ruangan tersebut, tapi dihalangi satpam dan diusir keluar. Tidak ada yang bisa dilakukan pak Sunyoto selain menelepon tangan kanan pak Hansen. Tapi sayang orang itu malah mematikan teleponnya. Pak Sunyoto bagaikan orang kebakaran jenggot dan hanya bisa menunggu bu Eva keluar dari perusahaan tersebut. Tak lama terlihat bu Eva keluar dengan pak Hansen dan mereka sangat mesra. Api cemburu pun membakar pak Sunyoto dan hendak menabrak bu Eva yang sedang menyeberang jalan. Tiba-tiba tubuh bu Eva seperti di dorong dan betapa kagetnya dia saat melihat sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya."Nyonya muda, ada yang mencari anda di luar. Dia mengaku sebagai adik anda dan tunangan anda." ujar pelayan itu dengan nada takut karena tuan mudanya juga ada disitu. "Tunangan?" lirik Hazel pada suaminya. "Tunangan yang mana? Aku adalah suaminya. Usir mereka!" pinta Calvin. "Eh! Masa segampang itu sih cuma diusir aja? Kesini kamu!" pinta Hazel pada pelayannya dan membisikkan sesuatu ke telinganya. "Baik, Nyonya muda!" jawab pelayan muda itu melangkah pergi. "Kamu bilang apa padanya?" tanya Calvin dengan kebingungan. "Yuk kita ke balkon! Aku mau kamu menemaniku melihat drama 1 babak!" ajak Hazel pada suaminya yang hanya mengangguk dan ikut dengannya. Sampai di balkon terlihat kalau 4 pengawal tengah mengeluarkan Vero dan Alwin dari rumah. Disitu Alwin berteriak memaki Hazel yang membuat Calvin geram dan ingin menghajarnya, tapi ditahan oleh istrinya. Setelah itu 2 anjing doberman milik Calvin pun dikeluarkan dan menggonggi mereka sampai lari ketakutan. Hazel pun ngaka
Hazel pun meminumnya dan mendadak dia merasa kepalanya pusing dan Vero berpikir kalau obatnya sangat cepat bekerja. "Kak, aku bawa ke kamar ya supaya kakak bisa istirahat." ujar Vero sambil membopong kakaknya. "Iya! Makasih ya Vero! Aduh kepalaku pusing sekali! Maaf ya, Ma!" sesal Hazel. Vero pun membopong kakaknya ke kamar 1212 dengan lift. Sampai di kamar dia melatakkan kakaknya dengan kasar di tempat tidur, lalu secara mendadak Vero juga merasakan kepalanya sangat pusing, lalu pingsan. Hazel pun bangun dan merapikan dirinya. "Rasain kamu! Mau coba ngejebak malah kena batunya sendiri kan! Huh!" ejek Hazel sambil melangkah keluar dari kamar. Tak lama setelah Hazel keluar datanglah seorang pria yang gemuk dan pendek. Dia membuka kamar dengan kartunya dan melihat Vero sudah berbaring di tempat tidur. Dia pun beraksi. Sementara dibawah bu Eva sangat khawatir dengan anaknya yang mendadak pusing. Pak Sunyoto dan Tia yang melihat itu pun sangat senang. Calvin yang melihat ibu
"Apa kata dokter soal keadaan papa?" tanya bu Eva. "Dokter mengatakan kalau papa sudah tidak mempunyai semangat untuk sembuh, itu sudah susah. Kak, kami mohon jangan kembali lagi pada Sunyoto." mohon ketiga adiknya sambil berlutut. "Aduh! Berdirilah kalian semua! Aku sudah cerai dengan Sunyoto dan aku janji akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa. "Benar, Paman! Besok pengacara akan memproses perceraian mama di pengadilan." ujar Hazel. "Papa dengar kan? Kakak sudah bercerai dengan bajingan itu dan kakak akan mencarikan dokter yang terbaik untuk merawat papa." ujar adik keduanya, Denzel yang membuat ayah mereka berlinang airmata. Pikiran Hazel pun melayang ke kehidupan sebelumnya bagaimana setelah sepeninggal kakeknya karena tidak ada keinginan untuk sembuh, kesialan mulai menimpa ketiga putranya. Denzel anak kedua mendadak mengalami kecelakaan dan mengalami kelumpuhan. Sementara Carlo dan Kai berebutan wanita yang bekerja di klub malam. Akhirnya Carlo mati d
"Bagaimana, Sunyoto? Kamu menerima kekalahan kamu?" tanya bu Eva. "Tidak! Tidak mungkin aku kalah dari wanita seperti kamu yang hanya wanita biasa dan tidak bisa apa-apa. Kamu hanya beruntung sesaat!" hina pak Sunyoto. "Wanita biasa kata anda? Kalau memang ibuku wanita biasa, lantas kenapa kamu ingin menabraknya sampai mati?" tanya Hazel yang mendadak masuk ke ruang rapat dan membuat pemegang saham yang lain saling berbisik. "Wah! Gila juga Sunyoto! Sampai tega ngehabisi istrinya demi kontrak!" ujar pemegang saham yang lain. "Apa buktinya kalau memang aku mau membunuh ibumu?" tanya pak Sunyoto. "Bukti ada di ponselku! Sebelum aku perlihatkan ke semua pemegang saham aku mau bertanya dulu. Apa anda tidak malu kalau benar-benar aku perlihatkan pada semua orang?" tanya Hazel pada ayahnya. "Aku tidak percaya kalau kamu ada buktinya! Kamu telah menuduh ayahmu sendiri." jawab pak Sunyoto yang memang sudah ketakutan. "Baiklah! Paman sekalian, videonya sudah kukirimkan. Selamat m
Sekeluarnya bu Eva dengan Pak Hansen dari perusahaan, Pak Sunyoto pun menghidupkan mobil dan mau menabrak istrinya. Apa daya bu Eva didorong untuk menjauh dan pak Hansen yang terpental 1 meter. Melihat itu pak Sunyoto pun tancap gas pergi dari TKP. "Hans! Bangun, Hans!" panggil bu Eva sambil menepuk halus wajah pria paruh baya itu. "Eva! Ka..mu gak apa-apa?" tanya pria paruh baya itu sambil memegang wajah bu Eva. "Gak! Aku gak apa-apa, Hans. Itu semua karena kamu yang menolongku. Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang." ucap bu Eva sambil menelepon ambulance. Tak lama ambulance pun datang dan membawa mereka ke rumah sakit. Di depan ruang UGD, bu Eva menelepon Hazel yang sedang makan siang dengan suaminya. Mereka pun berangkat. "Ma, mama gak apa-apa kan?" tanya Hazel dengan khawatir. "Gak, Nak! Mama gak apa-apa. Hanya luka gores sedikit aja saat Hansen mendorong mama." jawab bu Eva menunjukkan luka tersebut. "Syukurlah mama gak apa-apa. Terus mama tahu siapa yang nabr
"Ma, jika aku mengatakan siapa anak haram papa apakah mama mau bercerai dengan papa?" tanya Hazel. "Apakah kamu menginginkan agar mama bercerai dengan papa?" tanya bu Eva kembali. "Iya, Ma! Aku tidak mau mama hidup menderita dengan papa lagi gegara Tia & anak haramnya. Kita buka lembaran hidup lagi tanpa papa. Gimana ma?" tanya Hazel. "Nak, kenapa harus seperti itu? Kakek janji akan melakukan apa saja agar kamu mendapatkan keluarga yang utuh." janji pak Dharma. 'Dasar rubah tua! Jangan kamu kira aku tidak tahu apa yang ada dalam otakmu. Mulutmu mengatakan akan memberikan keluarga utuh padaku, tapi kenyataannya setelah mamaku meninggal dibunuh kamu sama sekali tidak bertindak apa-apa dan malah mengatakan kalau aku anak sial yang sudah membunuh ibunya sendiri! Lihat saja, aku juga akan mengurusmu nanti setelah giliran ayah keparat ini!' batin Hazel. "Tidak, Kek! Aku mau ganti papa saja. Aku tidak mau pak Sunyoto jadi papaku!" jawab Hazel yang membuat pak Sunyoto lebih kaget la







